00

449 53 4
                                    

E-mail dari teman lamanya baru saja tiba sehabis Lev menyelesaikan pemotretannya.

Tubuh jangkung itu terasa pegal, berpose puluhan kali dengan model wanita yang selalu berganti-ganti tiap beberapa menit sekali perlu upaya untuk bisa saling menyesuaikan.

Setelah duduk di kursi yang disediakan, ia memutuskan untuk menghubungi seseorang, mantan kakak kelasnya.

"Kenma-san! Aku mendapatkan pesan dari Hinata, apa kau juga mendapatkannya?"

'Ya, Shoyou bilang kita semua harus datang.'

Jawaban dari Kenma membuat Lev terdiam sejenak, ada beberapa pertanyaan yang sedang ia pikirkan. Terutama tentang orang itu.

"Semua orang?" gumam Lev ragu.

'Ya. Ada apa?'

"Ah ... tidak, aku hanya penasaran berapa banyak yang akan datang."

'Jika kau penasaran datang saja Minggu depan. Apa kau ingin aku dan Kuro menjemputmu?' tawar Kenma. Ia sedang berbaik hati sekarang ini.

Lev menggeleng cepat dan memegang tengkuknya yang agak berkeringat, seolah-olah Kenma benar-benar berada bersamanya dan akan mengintrogasi lebih lanjut. "Tidak perlu, aku bisa datang sendiri Kenma-san."

Telepon dimatikan. Lev mengacak helai abu-abunya, perasaan rindu mendadak menabrak dan menghempaskan memori lama yang tak bisa Lev lupakan tiap malam.

"Sial, aku ingin cepat-cepat bertemu dengannya," gumam Lev.

Setelahnya, ia memutuskan untuk kembali ke tanah kelahirannya.

.

.

"Tsukki, jika aku mengingkari janji apa kau akan membenciku?"

Netra madu melirik padanya, bibir itu tersenyum tanpa makna. Hati Lev mencelos, ada gurat ragu yang muncul.

Bola voli dipantul-pantulkan, beberapa kali terdengar bunyi berdebum dari belakang Tsukishima.

"Aku pasti akan membencimu."

Apa yang Lev harapkan?

"Tapi aku akan memaafkan hal itu jika kau memberiku alasan yang masuk akal," kali ini Tsukishima tersenyum kecil.

Lev tergagap, "ja-di k-kau akan memaafkan hal itu?"

Tsukishima mengangguk, ia memantulkan bola dan menangkapnya lagi. "Ya, jika kau berjanji tidak akan mengulanginya."

.

.

Rambut pirang itu sekarang lebih mirip permen kapas, dan mata sewarna madu masih tetap disembunyikan dibalik kacamata yang mungkin bertambah tebal dari pertemuan terdahulu. Tsukishima Kei hanya berubah sedikit dari terakhir kali mereka bertemu.

Tatapan mata mereka betabrakan, Lev menyambutnya dengan senyum merekah. Tubuh jangkung itu bergerak cepat, mengikuti instingnya untuk semakin memperpendek jarak.

"Tsukki, aku merindukanmu!" tubuh Tsukishima menegang.

Beberapa orang yang duduk bersama Tsukishima memilih menghindar, menunggu apa yang akan terjadi pada keduanya.

Hening beberapa saat.

Tsukishima seakan kembali menggali ingatan lama. Ingatan nan jauh tentang hubungan mereka yang lalu.

"Maafkan aku karena tidak bisa menghubungimu. Handphoneku rusak dan aku tidak tahu kalau kamu mengganti nomer telpon." Lev mengoceh didepan Tsukishima yang hanya terdiam.

Riang sekali, karena ia kembali menemukan hal yang paling berharga di hidupnya. "Tapi, aku akan menebusnya. Aku tidak akan meninggalkanmu lagi."

Janji yang pernah ia ingkari terucap lagi.

Dan Tsukishima kembali mempercainya, berharap jika si rambut abu-abu tidak akan pernah meninggalkannya lagi. Selalu disisinya, tak peduli sebagai apa.

Namun nyatanya, keduanya menginginkan lebih dari sekedar janji untuk tidak saling meninggalkan.

-TBC-

Yo ho~ Sequel dari False
Asupan pribadi yang sayang kalau cuma majang dicatatan.

Mulmed ©Unico_ts (Twitter)

TrueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang