03

159 37 1
                                    

"Apa?"

"Tsukki, ak--aku pikir a-ku menyukaimu."

Tsukishima mencelos. Matanya menatap nanar orang didepannya. Ia tidak yakin, apa benar ia dipermainkan?

Lev yang tahu tatapan keraguan milik Tsukishima mulai mendekat, diusapnya sisi kanan wajah Tsukishima. Si pirang masih menatap matanya, berkaca lewat netra hijau itu.

"Aku tidak berbohong Tsukki," suara itu berdesir ditelinga Tsukishima.

Ragu, Tsukishima memilih memejamkan mata. Ia mundur kebelakang, membuat sentuhan tangan Lev otomatis terlepas. Jantungnya berdetak liar, tolong jangan buat Tsukishima berharap.

"Apa kamu tidak percaya?" Lev bertanya padanya.

Tsukishima mengangguk. "Aku hanya ingin kau tidak meninggalkanku, aku hanya ingin kau tidak mengingkari janjimu lagi, hanya itu." Ia berbohong, bahkan Lev bisa melihat jelas hal itu.

Senyum tipis Lev sunggingkan.

"Kamu pasti keberatan aku sukai, Tsukki maaf." Lev hendak berdiri, namun Tsukishima berhasil meraih tangannya.

Hanya ini kesempatannya.

Tapi, hatinya belum siap.

"Kenapa?" Lev tersenyum jahil melihat rona merah muda dipipi Tsukishima.

"A--aku ti-"

Ucapan Tsukishima terpotong, bibir Lev lebih dulu mendarat di bibirnya. Mengecup, menyesap dan menjilat. Tengkuk Tsukishima ditekan, sementara tangannya dipegang kuat-kuat.

Lev, tidak akan membiarkan Tsukishima mengatakan penolakan.

Tidak akan.

Tangan Tsukishima memberontak, napasnya terengah-engah. Lev tak keberatan untuk melepas cumbuannya dan membiarkan orang yang paling ia inginkan bernapas.

Ia tersenyum jahil.

"Kau mau bilang apa?"

Tsukishima melempar sumpit kearah Lev. Sayangnya Lev berhasil menghindar kemudian menangkap pergelangan tangannya, kembali maju dan menciumnya.

Kali ini hanya sesaat.

Mata Tsukishima terbelalak.

Ia menutup bibirnya dengan telapak tangan.

"Jangan main-main Lev!" Tsukishima berseru murka. "Jangan katakan hal-hal yang bahkan tak bisa kau buktikan!"

Tsukishima tak mau sakit hati, percintaan sesama jenis tak akan mudah untuk dilalui.

Pandangan masyarakat, penolakan keluarga dan rasa bosan yang sewaktu-waktu akan datang entah pada dirinya sendiri atau pada Lev.

Tsukishima tak mau.

Ia tak mau tersakiti. Sudah cukup 8 tahun mendamba kehadiran Lev, ia tak butuh perasaan cinta terbalas jika taruhannya Lev meninggalkannya.

Tidak mau.

Di hanya mau Lev disisinya.

Hanya itu!

Tapi Lev, menginginkan Tsukishima. Lebih dari apapun. Tsukishimanya yang manis dan kebaikan hati yang terbalut sikap Tsundere yang mendarah daging.

"Aku bisa membuktikannya," Lev meraih tangan Tsukishima. Ia merogoh kantung celana, Tsukishima mendapati sebuah cincin dengan berlian biru yang kemudian disematkan di jarinya. "Aku Haiba Lev, untuk sekarang dan selamanya akan mencintaimu."

Bibir Tsukishima hampir terbuka, namun Lev dengan cepat menyela.

"Jika aku mengingkarinya, Tsukishima Kei boleh membenciku." Lev berhenti sejenak, lalu tersenyum usil, "itupun kalau dia mampu."

Lev mendapati Tsukishima yang memukul kepalanya.

"Bodoh!" umpat Tsukishima.

Padahal, Lev merencanakan untuk berkencan terlebih dahulu sebelum memberikan Tsukishima cincin. Namun ternyata ia tak sanggup untuk melakukannya.

Sudah cukup 8 tahun dalam zona ketidak pastian.

Sudah cukup 8 tahun menyimpan rasa tanpa berani mengutarakannya.

Sudah cukup 8 tahun merindu tiap saat.

Sudah cukup.

Bahkan jika hanya kembali berjumpa sekali, Lev masih tetap ingin Tsukishima menjadi miliknya.

  - Tamat -

TrueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang