14 | Hoseok old Story

292 44 0
                                    

"Hoseok-ah berjanjilah kau selalu ada untukku."

Aku tersenyum ketika perempuan itu mengutarakan kalimatnya. Ada gurat kekhawatiran yang terpancar di sudut wajahnya. Ia adalah seseorang yang hanya dan satu-satunya kumiliki. Kakak perempuanku, Seora Noona.

Aku dan Seora Noona telah tinggal bersama sejak saat itu ketika orang tua kami meninggal akibat kecelakaan. Kami yang hanya sebatang diri berusaha untuk bertahan hidup memenuhi hidup kami. Ditambah lagi, Seora Noona mengidap kanker maka akulah yang harus banting tulang.

"Euhm.. tidurlah, ini sudah malam" aku menyelimuti tubuhnya lalu keluar ketika ia benar-benar sudah menutup mata.

Kututup pintu kamarnya perlahan agar tak membangunkannya kemudia ku baringkan tubuhku diatas sofa sedangkan satu lenganku bertopang diatas dahi. Aku sedang berpikir sesuatu... sesuatu yang janggal. Aku merasa aneh.

Kriett

Suara pintu terbuka. Ternyata Seora Noona belum tidur. Ia menghampiriku kemudian duduk di sebelahku.

"Hoseok-ah, bolehkah aku minta uang? Aku tidak begitu mengerti mengapa pengobatanku akhir-akhir ini bertambah mahal," Seora noona gelisah, wajahnya murung.

"Kalau begitu, ayo kita pergi ke dokter bersama, aku akan berbicara kepadanya,"

"Andwae! M-maksudku jangan bolos karena aku. Pekerjaanmu lebih penting, bagaimana kalau kau mendapat potongan gaji?"

"Tidak masalah,"

"Jangan hoseok! Kau sudah bersusah payah, lagian aku sudah terbiasa sendiri. Aku hanya butuh lima puluh ribu won" Melihat raut wajah Seora Noona aku menjadi tidak tega, akhirnya kuberikan uang lima puluh ribu won kepadanya.

Ia memelukku sangat erat seolah aku ini harta berharga, ia mengucapkan beribu-ribu terimakasih.

***
LFC Store 

"Hoseok-ah! Kudengar kau disuruh bos bekerja di star bar!" Aku yang ssdang mencuci piring kaget mendengar rekan kerjaku, Yooshik berujar seperti itu.

"Maksudmu- aku di pecat?!,"

"Ayy, bukan begitu! Star bar kekurangan karyawan jadi kau disuruh sebagai perwakilan untuk bekerja disana," 

"Ah, begitu," aku mengangguk-anggukan kepala.

Yooshik mendekat padaku lalu berbisik," Ya, kudengar gaji disana lebih tinggi dibanding disini so good luck bro,"

Aku tertawa," kau ini ada-ada saja,"

***

Suasana bar tempat aku bekerja memang tergolong ramai sehingga mengharuskan tubuhku bertambah berat. Berjalan kesana kemari demi melayani pelanggan tak kalah juga sudut bibir yang harus terangkat sekalipun itu fake smile.

Perempuan berambut panjang mengenakan mini skirt dengan seorang pria yang terlihat seperti dokter kakakku. 'Apa konsultasi dengan dokter tidak harus bertemu di klinik?' Aku melangkah mencoba menyapa mereka...

"Tidakkah kau kasihan dengan adikmu, kau membohonginya dan bersikap semena-mena kepadanya,"

Perempuan itu tertawa lalu meneguk segelas wine," Tak masalah selama ia berada dipihakku, dia adik yang penurut dan baik. Kau iri, kan?" Perempuan itu menguk wine nya lagi.

"Dasar tak berperi-kemanusiaan, adikmu banting tulang karenamu, mengasih uang padamu tapi kau gunakan uang itu untuk taruhan, ck!," pria itu keliatan mengejek dengan nada kesal.

"Seora Noona," ternyata benar perempuan itu adalah- Seora Noona, kakakku. Matanya terbelalak kaget, ia tidak bisa berkata apa-apa sampai-sampai gelas yang ada di genggamnya terperosok jatuh kebawah.

"Hoseok-ah," kata-kata itu sekarang yang aku benci. Nada memohon itu, membuatku sakit. Aku benar-benar tak habis pikir. Kini tak hanya tubuhku yang berat, hatiku, pikiranku semuanya kacau. Sayang, air mata ini tak bisa tertahan, aku berlari meninggalkan tempat gaduh itu. Aku benci semuanya!

Perempuan itu terus mengejarku, aku tak ingin melihatnya. Sekarang yang sedang menghantuiku adalah kata-kata pergi, pergi dan pergi. Sampai aku masuk kedalam sebuah toko 'magic shop'.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Welcome to Our Magic Shop ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang