16 - Berita pagi

349 46 5
                                    

Happy reading ....

Hari ini Jelita sudah bisa memasuki sekolah seperti biasanya. Keadaannya sudah membaik, bahkan lebih baik dari sebelumnya.

Jelita mencoba melupakan segalah resah yang ada. Ia tak ingin memikirkan hal yang membuatnya sakit, juga ia akan menjauhi makanan pedas yang akan membuatnya muntah. Meski harus ia akui, Jelita adalah penggemar akut para cabe yang bergelayut manja pada makanan.

Menjalani hari dengan biasanya. Melupakan masa yang sudah berlalu, dan hanya fokus pada masa yang akan datang. Cukup jadikan pelajaran saja, karena sekarang Jelita mesti merubah diri menjadi lebih baik lagi.

Duduk diantara deretan bangku yang tersedia rapi di kelasnya. Beberapa orang sudah berdatangan dan duduk seperti Jelita saat ini. Jika Jelita duduk dengan memikirkan sederet kejadian yang menimpanya, maka teman sekelasnya yang lain seperti tengah sibuk bergosip ria ala-ala ibu-ibu di perumahannya.

Jelita sampai menggeleng heran dengan anak muda jaman sekarang. Seperti lebih memilih membicarakan orang lain dari pada mengintropeksi diri sendiri. Seolah dengan bergosip mereka akan kenyang di pagi hari seperti ini.

Lagi-lagi Jelita menggelengkan kepalanya sembari tersenyum tipis.

"LITA!"

"AAA JELITA MANA?!"

"LITAAAAA!!!"

Dari ambang pintu sana, sosok sahabat Jelita yang tak lain tak bukan ialah Lusi berteriak lantang sembari berlari pontang-panting menghampiri Jelita.

Nafasnya ngos-ngosan. Lusi sampai memegangi dadanya, dan mulai mengatur jalan nafasnya. Lusi duduk disebelah Jelita yang memandangnya biasa saja.

"Minum dulu, Lus, pasti cape 'kan?" Jelita menyodorkan sebotol minumnya.

Tanpa aba-aba dan pendahuluan, Lusi lantas menyambar botol minum berwarna merah muda itu dan meneguknya sampai habis setengah. Sungguh luar biasa Lusi di pagi ini!

"Lusi cape banget ya, sampai minumnya lahap banget," seru Jelita geleng-geleng kepala.

Lusi berdecak mendengar penuturan Jelita yang menyebalkan menurutnya.

"Gue marathon dari parkiran kesini tau gak!" Lusi melakukan rolling eyes.

"Kayak lomba aja pake marathon segala!"

"Ya, lo ninggalin gue gitu!"

"Hehe, abisnya Kak Rey jemput tadi tuh." Jelita terkekeh geli.

"Bilang kek kalau mau dijemput sama pangeran kudanya itu, jadi gue gak perlu pusing nungguin lo Cacing!" gerutu Lusi.

"Waduh, Lusi nungguin diriku 'kah?" tanya Jelita menggoda Lusi.

Lusi hanya berdecak sebal.

"Gue tuh--"

"HEH-HEH-HEH, BENTAR DULU BENTAR!"

"Eh bangke ngapain lo pake acara motong ucapan gue segala, mau kena sanksi pidana lo?!" sentak Lusi tak terima, kala Desi memotong ucapannya tiba-tiba.

"Aduh, berisik lo Lus. Cape gue!" keluh Desi.

"Siapa suruh lo pake acara lomba lari segala?!" delik Lusi.

Desi memutar bola matanya malas menghadapi Lusi yang sensitif seperti ini. "Sensi banget lo, PMS ya?!"

"Terus masalah buat lo?!"

"Ini lebih dari sekedar masalah. Ini masalah gede banget segede gaban!" seru Desi serius.

"Jadi menurut lo gue PMS jadi biang masalah gitu?!" sentak Lusi seraya bangkit dari duduknya menghadap Desi sambil berkacak pinggang.

JELITA [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang