20 - Gara-gara diacuhkan

318 32 1
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak!

Oke, happy reading!

Saga terlelap. Bocah lelaki itu nampak pulas sekali dalam tidurnya. Setelah asik bermain di kolam bersama Jelita tadi. Jelita yang melihat hal itu tersenyum lirih seraya mengusap puncak kepala Saga lembut.

Dalam diam, Jelita memerhatikan setiap lekuk wajah bocah kecil ini. Satu kata yang Jelita jabarkan pasal Saga.

Tampan!

Hidung yang mancung, bibir tipis, bola mata bulat, dan kulit bersih. Saga mirip dengan Rey, namun mereka beda di arah  alis. Saga memiliki alis yang sedikit lebat, sedangkan Rey tidak. Mereka berdua memiliki ketampanan dengan ciri khas yang berbeda.

Jelita sampai tersenyum melihat Saga yang terlelap nyaman di kasurnya. Dalam hati, ia berdoa agar Saga menjadi lelaki yang baik, dan tidak dingin seperti Kakanya sendiri. Ah, Jelita sampai terkekeh dengan apa yang ia doakan untuk Saga. Ia jadi teringat Rey si manusia kutub itu.

"Apa Saga terlalu tampan, hingga lupa bahwa ada pacar di sini sedari tadi?"

Jelita tersentak. Suara itu membuatnya kembali pada titik nyata dan tak melamunkan Saga lagi. Ia pun mengalihkan pandang pada sang pemilik suara. Siapa lagi jika bukan Rey, si pacarnya itu.

"Saga emang tampan, Kak. Aku yakin saat dia besar nanti dia akan jauh lebih tampan dari Kak Rey," papar Jelita begitu jujur seraya mengalihkan tatap pada Saga lagi.

Rey mendengkus, hatinya merasa tidak suka kala mendengar penuturan pacarnya itu. Sungguh! Ucapan Jelita membuat mood-nya jelek. Bilang saja Rey iri pada bocah TK seperti Saga ini.

"Yaudah, pacaran sama Saga saja, noh!" Rey memalingkan wajahnya.

Jelita mengernyit heran akan ucapan Rey. Ia tersenyum setelah mengerti. Mengerti jika Rey tengah merajuk karena ucapannya tadi. Dalam hati ia terkikik geli melihat wajah Rey yang ditekuk seperti itu. Bikin gemas saja!

Jelita pun bangkit dari duduknya di kasur, lalu berjalan untuk duduk di dekat Rey. Ia tersenyum, rasanya ingin sekali menjahili pacarnya itu jika tahu Rey menggemaskan kala merajuk seperti ini.

"Kak Rey, kenapa?" Mati-matian Jelita menahan untuk tidak tertawa.

Rey tak menyahuti.

"Kakak Marah, kah?" selidik Jelita sembari menatap Rey lekat, namun lelaki itu selalu mengalihkan pandangnya ke sembarang arah.

"Apa Kakak cemburu sama Saga?" Jelita menaik-turunkan alisnya tepat di depan mata Rey.

"Gak!" jawab Rey singkat.

"Gemes banget, sih, yang cemburu." Jelita menjawil pipi Rey gemas.

"Enggakkk." Rey melepaskan jawilan di pipinya.  Ia merona.

"Yakin nih?" Rey mengangguk tanpa menatap Jelita.

"Berarti kalau aku deket cowok lain juga gak cemburu dong!!" pekik Jelita berakting antusias.

Rey tersentak kaget dengan ucapan Jelita ini. Apa-apaan ini? Sungguh, bukan itu maksud Rey. Bukan dan bukan!

"Jangan!" cegah Rey menatap manik Jelita lekat.

Alis Jelita terangkat sebelah. Ia berpura-pura tak mengerti akan ucapan Rey baru saja. "Kenapa? Orang Kak Rey juga gak cemburu."

"Gue cemburu, sangat!" tekannya serius.

Telak! Jelita ingin tertawa sekarang. Pacarnya ini mengakui jika ia cemburu. Cemburu gaes! Si kutub mengaku cemburu!

"Wah! Belajar dari mana bisa cemburu segala?" kekeh Jelita.

JELITA [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang