Kita Tak Bisa Memenuhi Ekspektasi Orang Lain

11 4 0
                                    

Saat kamu sekolah, kuliah atau bekerja, apa yang yang keluargamu harapkan? Tentu ingin melihatmu mendapat nilai baik, setelah lulus dapat kerja yang enak, atau berharap kamu mendapat uang banyak dari bekerja kan. Tapi apakah akan semudah itu? Ingat, setiap manusia memiliki waktu dan batasan masing-masing dalam menjalani hidupnya. Jadi, sebenarnya kita memang tak bisa memenuhi ekspektasi orang lain.

Bukan hanya orang tua, kadang masyarakat juga terlalu berekspektasi tentang kita. Misalnya setelah lulus sekolah mereka bertanya " sekarang kamu sudah dapat pekerjaan yang enak ya." Jika kamu menjawab "belum," Ia bisa saja menyahut "aku kira sudah menjadi orang yang sukses." Ekspektasi orang lain kadangkala memang menjadi momok bagi kita. Tapi apakah memang pencapaian bisa di dapat dengan mudah atau cara instan? Tentu saja tidak. Beberapa orang bahkan harus jatuh bangun untuk mencapai sesuatu yang di inginkan. Bagaimana mungkin kamu bisa memenuhi ekspektasi orang lain jika ekspektasimu sendiri saja kadang tak sesuai. Maka dari itu jangan berekspektasi.

Hidup dalam sebuah ekspektasi, bisa jadi akan membuatmu terkekang. Sebuah ekspektasi bisa membuatmu memaksakan diri untuk memuaskan orang lain meskipun sebenarnya bisa saja menyakiti diri sendiri. Jika terlalu memikirkan ekspektasi orang lain, bisa jadi kamu akan menjadi seseorang yang suka menyalahkan diri sendiri tau selalu bertanya-tanya mengapa aku tak bisa memenuhi keinginan mereka. Bahkan karena tuntutan ekspektasi itu, kamu bisa berada pada kondisi yang tak di inginkan misalnya stress bahkan depresi.

Memang pada saat kamu mengalami kegagalan atau mendapat nilai yang buruk di sekolah, rasa kecewa pasti ada. Terlebih jika harus mengatakan pada orang tua akan kegagalan itu yang mungkin saja mereka berekspektasi sebaliknya, pasti ada rasa sedih. Lalu apakah kamu akan menyalahkan diri sendiri dan mengatakan "Hidup memang tak berpihak padaku?"

Jika seperti itu, kamu akan tetap berada pada kekangan ekspektasi yang tak berujung. Jadi, seperti yang telah aku katakan pada bab sebelumnya, kamu yang bisa  melakukan sesuatu yang saat ini bisa dilakukan. Entah kamu bisa memenuhi ekspektasi orang lain atau tidak yang penting kamu mau mencoba sesuatu. Satu hal lagi kamu jangan berharap terlalu tinggi. Banyak hal harus dimulai dengan proses yang panjang. Jika kamu takut memulai seuatu hal dari bawah, bisa jadi memang kamu hanya akan selau berekspektasi yang tak akan jadi realita.

Jadi dari pada saat ini kamu selau mengeluh dan menyalahkan diri karena ekspektasi yang salah, lebih baik coba saja melakukan sesuatu mulai dari sekarang.

Lalu apa yang harus kamu lakukan? Ya lakukan dari hal-hal yang simpel saja misalnya. Jika suka memasak, kamu bisa belajar berbagai resep masakan. Siapa tahu dengan usaha keras kamu suatu saat bisa menjadi koki. Jika tidak menjadi koki, setidaknya kamu bisa menghidangkan makanan yang lezat buat keluarga sehingga mereka akan merasa bangga.

Bekerja di sebuah toko juga bisa kamu coba sebenarnya. Ketika bekerja di toko, kamu akan mendapatkan gaji. Nah, dari tabungan yang kamu kumpulkan tersebut, siapa tahu suatu saat bisa membangun bisnis toko sendiri. Bisa jadi usaha ini akan sukses? Mengapa karena kamu sudah memiliki modal dan strategi bagiamana menjalankan bisnis melalui toko.

Atau jika tak begitu kamu bisa mencoba menjadi seorang petani. Menjadi petani juga cukup menjanjikan. Kamu juga sering mendengar kan banyak orang yang sukses karena bertani. Kamu bisa memulainya dengan bertani buah atau sayur atau yang lainya.

"Tapi kan capek kerja seperti itu?" Aku juga merasa gengsi masa iya seorang lulusan sarjana bekerja sebagai petani. Belum lagi jika orang-orang berkata "Lulusan sarjana cuma kerja di toko, semua orang bisa kali." Jika bilang capek mencoba sesuatu, berarti kamu orang yang gampang menyerah dan tak mau ambil resiko. Orang yang gampang menyerah dan hanya mengeluh akan hidupnya, tak akan menghasilkan apapun kecuali keluhan itu sendiri.

Ditambah lagi jika kamu gengsi dan malu melakukan sesuatu karena orang lain apa untungnya? Memang orang yang berkata seperti itu bisa memenuhi kebutuhanmu? Tidak kan. Selagi suatu pekerjaan itu halal, mengapa harus malu. Lebih baik kamu malu namun tetap mencoba sesuatu daripada terkekang dalam ekspektasi yang tak berujung. Siapa tahu saja ketika kamu gigih dan fokus, suatu saat bisa menjunjukkan suatu prestasi pada orang yang meremehkanmu.

Kita juga tak bisa memungkiri jika semua hal seringkali di kait-kaitkan dengan pendidikan. Masyarakat kadang memilki stigma bahwa pendidikan tak menjamin kesuksesan atau bahkan buang-buang waktu dan uang, sehingga membuatnya cukup diremehkan. Namun jika kamu pernah menempuh pendidikan, tak ada namanya sia-sia atau buang-buang waktu kan. Memang pendidikan tak selalu menjadikanmu seorang yang sukses seperti dibayangkan, namun setidaknya kamu bisa lebih bisa berfikir terbuka dan bisa memandang suatu hal dari berbagai sisi.

Ketika Hidup Tak Berpihak √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang