4

824 274 23
                                    

Hari ke empat

::

Suasana kamar lengang. Aura pun terkesan mencekam kala memang nyata, semua jendela beserta gordennya di tutup rapat-rapat. Membuat cahaya mentari pagi yang setiap harinya masuk, kini absen terlebih dahulu ketika pemilik ruangan pun seperti tak mengizinkan nya untuk bertamu terlebih dahulu hari ini. Untungnya, jam yang memang pada dasarnya sang pengendali waktu, masih berdetak dan setidaknya dapat memecah keheningan.


Kriettt....

Pintu kamar itu terbuka dari luar. Tanda ada orang yang masuk ke dalamnya...


Nayeon! Im Nayeon, perempuan yang terlihat imut dengan gigi kelincinya itu melangkahkan kakinya ke arah anak satu-satunya yang tengah berbaring.

Posisi duduk ia ambil di tepi ranjang anaknya. Satu tangan terangkat untuk mengecek suhu badan si pemuda itu.

Panas!

Ya, panas! Sejak kemarin, anaknya memang tengah demam selesai pulang dari....

Ehm... Tunggu! Kemarin hari Minggu. lantas, dari mana anaknya kemarin?

"Hannie~ ireona! Makan dulu setelah itu minum obat." Ucap Nayeon sembari menatap Han yang masih memejamkan matanya. Tak perlu susah sebenarnya membangun namja itu untuk segera bangun. Jadi, Nayeon pun tak perlu repot-repot untuk melakukan berbagai cara agar anaknya itu terbangun.

Wajahnya celong, matanya sayu, bibir yang biasa ranum itu kini pucat pasi. Hhh... Tak tega sebenernya Nayeon dengan kondisi anaknya. Namun mau tak mau, Han memang harus dibangunkan untuk makan dan meminum obatnya. Setidaknya... Walaupun itu hanya obat penurun demam.

"Makan, minum obat, habis itu istirahat lagi, ok?" Titah Nayeon dengan satu tangan yang mengelus surai anaknya. Han mengangguk, ia menuruti semua apa yang dikatakan oleh ibunya itu.

Anak yang baik bukan?

Huh! Kalau boleh, sebenarnya Nayeon ingin anaknya terus demam saja seperti ini. Karena apa? Ya... Han Jisung, siapa sih yang tak kenal bocah dengan wajah mirip dengan tupai itu?

Bocah dengan seribu ucapannya, bocah dengan seribu keunikannya, dan juga, bocah dengan seribu kenakalannya. Yap! Han Jisung itu tak jauh berbeda dengan anak-anak seumurannya. Nakal, dan sulit di atur. Itulah gambaran sesungguhnya.

Namun, jikalau sudah demam seperti ini, maka Han Jisung akan jauh berbeda. Yang terkadang hiperaktif, kini malah sebaliknya. Yang terkadang sulit di atur, juga sebaliknya. Yang terkadang cerewet, ini pun sebaliknya. Hm... Han Jisung, maka bukanlah Han Jisung!

Itulah sekiranya yang ada dipikiran Nayeon! Namun kembali ke fakta awal, Nayeon hanyalah seorang ibu untuk seorang anak, perasaan khawatir juga cemas pasti akan berdampak besar baginya apabila mengetahui jika anaknya sakit. Jadi... Walaupun ia berpikir Han lebih baik sakit, maka besar persennya ia akan lebih menyetujui jika Han sehat seperti biasa.




"Kemarin dari mana saja? Kenapa pulang tiba-tiba demam? Bikin Mama khawatir tau nggak?" Tutur Nayeon membeberkan perasaannya. Entah kenapa, melihat respon Han yang terlihat lebih seperti mengacuhkannya, benar-benar membuat ibu dari satu anak itu gemas.

Helaan nafas ia ambil kala Han memang terlihat benar-benar seperti menulikan pendengarannya. Pasalnya, anak itu hanya bungkam dan terus melakukan kegiatan sarapannya tanpa memperdulikan ibu di depannya.

1 suapan? Ok, beruntung itu masuk dan tertelan.
2 suapan? Sama seperti suapan sebelumnya.
3 suapan? Masuk dan....






































































































































Huekkkkk....






Sialan! Kenapa mual di saat yang tidak tepat?!

Oh ralat! Itu bukan hanya sekedar mual, tapi... Han Jisung benar-benar akan memuntahkan apa yang sebelumnya ia masukkan.

Dengan terburu-buru, anak itu langsung berlari sekencang-kencangnya menuju kamar mandi untuk mengeluarkan apa yang tidak di terima di dalam perutnya. Dengan satu tangan yang menutup area mulutnya, dan satu tangan yang memegang perutnya. Pemuda tupai itu seperti tengah melakukan maraton dengan badan yang sedikit membungkuk berusaha mencegah agar tidak keluar di tempat yang salah.

Sedangkan Nayeon, perempuan itu terlihat panik dan mengikuti langkah anaknya dari belakang menuju kamar mandi.

Huekkkk....

Huekkkk....

Benar saja! Sesaat setelah sampai di wastafel, Han memuntahkan semuanya disana. Mengeluarkan unek-unek perutnya yang bergejolak ribut dari dalam.

Nayeon cemas, namun berusaha untuk tetap tenang. Dengan telaten ia mengusap-usap punggung anaknya itu.

Huekkkk...

Huekkkk...





"Sudah?" Tanya Nayeon pelan. Namun tak dapat disembunyikan, ada intonasi khawatir di sana.

Han mengangguk lemas, lantas... Anak itu langsung pergi dari kamar mandi dan duduk di sofa ruang tamu dengan tubuh yang tak berdaya. Kenapa tak ke kamarnya saja? Kamar Han ada di atas, tepatnya dilantai dua. Dan sayangnya, sepertinya ia belum kuat untuk sekedar berjalan ke atas mengingat perutnya pun kembali kosong setelah ia mengeluarkan semuanya. Jadilah ruang tamu menjadi tempat istirahatnya sementara yang memang letaknya berada di lantai bawah dan dekat dengan kamar mandi.

Nafasnya memberat dengan wajah yang benar-benar pucat. Tatapannya pun sayu, membuktikan jika dirinya benar-benar sakit saat ini.

Tak lama setelah itu, Nayeon datang dengan wajah cemasnya. Dan tanpa aba-aba pun perempuan itu langsung duduk di samping anaknya dan mengecek suhu tubuh anaknya (lagi).


Panas!

Bahkan ia sadar! Panas nya melebihi panas sebelumnya...

Tunggu!

Kenapa malah semakin parah kondisi anaknya itu?

Sebenarnya ia benar-benar tak tega melihat Han seperti ini. Niatnya ingin ia suruh saja anak itu beristirahat di kamarnya saja. Namun jika dilihat, Han sepertinya memang tengah tidak kuat walaupun itu sekedar berjalan. Jadilah dengan berat hati, akhirnya ia mengatakan...

"Yaudah! Istirahat disini aja dulu, biar mama temenin." Ucap Nayeon final.

Sedangkan dalam pemikirannya sendiri, sebenarnya Han tengah mengingat sesuatu saat ini... Kemarin itu hari Minggu, dan di hari Minggu itu, Han pergi ke rumah kosong yang di huni oleh anak kecil.

Flashback an pikiran mu kali ini Han Jisung!!







































































Awal mula, pergi ke rumah kosong... Dan di ajak bermain petak umpet... Lalu...


"Kalau kakak kalah, pisau ini bakal ngebuat luka di punggung kakak. Dan bonusnya, kakak juga bakal sakit besok. Hihihi..."

Dan sayangnya... Han Jisung memang kalah! Dan pemuda itupun mengakuinya.





















































































"Bangs*t! Pantesan punggung rasanya perih mulu..."

Die Septima | Han Jisung ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang