4. Obrolan

2.3K 260 4
                                    

"If you have chemistry, you only need one other thing. Timing. But timing its a b*tch...."
(Ted Mosby, HIMYM)

***

"Bagas?" suara lirih akhirnya memecah keheningan, mencoba memastikan bahwa sosok pria yang berdiri itu adalah Bagas yang dikenalnya.

Bagas menoleh ke arah sumber suara yang cukup tertangkap di telinganya walaupun sangat lirih. Suara itu berasal dari seorang perempuan yang baru saja menghampirinya, Pingkan.

"Pingkan?" sahut Bagas sedikit pangling dengan sosok di depan matanya. Sudah sangat lama bahkan hampir mencapai belasan tahun lamanya tidak berjumpa sejak mereka lulus dari bangku sekolah menengah atas, masih berjiwa muda yang lebih sering terlihat bersama berbalut seragam putih abu-abu dengan tampang kucel polos.

"Ya ampun, beneran Bagas! Kebetulan banget sih, aku baru aja mau mengaum ini karena kamu nabrak Ayuna." ucap Pingkan memberi tanda bahwa ia mengenal perempuan yang ditabrak oleh Bagas. Bertabrakan lebih tepatnya.

"Oh, namanya Ayuna." batin Bagas.

"Ya nggak nabrak juga kali, tabrakan yang bener." protes Bagas sewot.

"Ahahaha, iya, iya." sahut Pingkan dengan tawa renyah sambil memukul pelan bahu lebar milik Bagas. Bagas hanya mengaduh pasrah menerima pukulan Pingkan. Pikirannya berkelana ke masa lalu ketika masih sering menghabiskan waktu bersama Pingkan, Si Gadis Tomboy.

Pingkan merupakan teman sekolah bahkan sekelas Bagas selama tiga tahun ketika mereka masih sama-sama berseragam putih abu-abu. Pingkan supel dan mudah akrab dengan semua teman lelaki, tampilannya pun seperti lelaki cantik dengan rambut pendek yang menambah kesan setengah maskulin. Tak disangka Bagas bisa bertemu Pingkan yang kali ini membuatnya terkejut dengan tampilannya yang jauh berbeda. Rambutnya panjang sebahu dan terlihat berpenampilan lebih keibuan. Meski mereka terhubung satu sama lain dalam sosial media seperti grup sekolah tapi baru kali ini Bagas berjumpa secara langsung dengan Pingkan.

"Jadi gimana ini?" tanya Pingkan mengingat ada hal yang harus diselesaikan, kejadian yang baru saja dialami Ayuna dan Bagas. Pingkan juga termasuk saksi yang melihat tragedi novel melayang terjun bebas milik Ayuna. Pingkan sendiri antara mau haru atau tertawa ngakak mengingat kejadian singkat di depan matanya.

"Begini, aku mau ganti novelnya tapi ditolak." terang Bagas.

"Lha, kenapa ditolak? Sekalian belikan yang hardcover. Itu tadi mau ikut event itu lho," cercah Pingkan sambil menunjuk banner di sebuah toko buku ternama di samping kafe yang dijadikan tempat janjian bertemu dengan Ayuna yang juga tempat tujuan Bagas untuk ngopi santai.

"Ayo, buruan!" Pingkan menarik lengan Ayuna menuju toko buku dengan tergesa-gesa. Pingkan juga masih harus mengadu nasib menukarkan novel miliknya sendiri.

Ayuna yang tubuhnya ditarik paksa kini berusaha mengimbangi langkah kaki Pingkan. "Mbak, nggak enak ah, kan nggak sengaja tabrakannya. Bukan salah dia sepenuhnya." bisik Ayuna setelah berhasil mensejajarkan langkah dan mendekatkan wajahnya di telinga Pingkan.

"Udah, biar aja. Nggak miskin dia kalau cuma beli satu novel." timpal Pingkan lalu melirik ke belakang dimana Bagas dengan santai mengekori mereka.

Bagas terlihat santai tapi sesungguhnya ia sedang berpikir keras. Rasanya ada sesuatu yang mengganggu atau entah apapun yang menarik perhatian Bagas dari perempuan yang baru saja bertabrakan dengannya dan diketahuinya secara tidak langsung bernama, Ayuna.

"Kok kayak nggak ada greget amat sih ini cewek?" gumam Bagas.

"Penampilannya juga terasa mencerminkan pribadinya yang kalem, lemah, hmm..." lanjutnya lagi membatin.

DESIRANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang