Chapter 7

11.2K 555 6
                                    

"Nanti gak usah dijemput ya, aku pulang naik taksi aja" ucap Prilly pada Ali, Prilly sedang menghadiri acara reuni SMA nya dia salah satu restoran. "Oke sayang" "take care honey" kata Prilly sambil melambaikan tanggannya pada Ali.

"Prill" panggil seseorang sambil menepuk pelan pundak Prilly, Prilly pun yang agak kaget langsung menoleh. "Aduh Rendy, kaget tau" ucap Prilly sambil mengelus dadanya lega karena orang itu Rendy. "Haha maaf ya Prilly-ku" kata Rendy cengengesan, Prilly pun hanya memutar bola matanya jenggah.

"Ren, lo sama Prilly jadian?" Tanya Putra, teman satu SMA Rendy dan Prilly, Rendy pun hanya senyum-senyum gak jelas sementara Prilly pun tidak menyadari pertanyaan itu karena dia sedang berbincang-bincang dengan Bianca. "Hebat lo Ren bisa ngedapetin dia, gila lo! Dia kan susah banget ditaklukin" puji Putra. "Ya jelas lah Rendy gitu" ujar Rendy percaya diri.

Reuni berjalan seru, sampai akhirnya waktu menunjukan pukul 7 malam. Prilly ingin segera pulang karena sedikit pusing. Entah berberapa hari ini badannya selalu drop, tetapi dia tidak mau bilang ke Ali karena takut Ali khawatir.

"Haii, aku pamit pulang duluan ya" pamit Prilly kepada teman-temannya. "Ren tuh anterin dong" goda Putra, Rendy pun hanya tersipu sedangkan Prilly masih bingung. "Eh gak usah, aku naik taksi aja. Duluan ya" kata Prilly lalu segera melangkah.

Prilly menunggu taksi lewat namun tidak ada. Tiba-tiba ada mobil yang berhenti didepannya, dan dengan segera terbukalah kaca mobil itu.

"Ayo masuk, gue gak mau lo kelamaan nunggu dan akhirnya sakit" terpampanglah muka si empunya mobil, yang ternyata Rendy. Prilly pun mengangguk dan akhirnya masuk. Rendy menatap Prilly dalam, dia sudah menyimpan perasaannya sejak SMA. Prilly gadis yang tidak bisa ditebak, beruntung sekali Ali mendapatkannya.

Apakah Rendy harus menghancurkan hubungan Prilly dengan Ali terlebih dahulu untuk mendapatkan Prilly? Itu cukup kekanak-kanakan. Dia segera membuang pikiran jeleknya itu jauh-jauh, itu hanya semakin membuat dirinya jauh dari Prilly. Rendy tidak ingin itu terjadi.

"Rendy? Heyy? Lo kok ngliatin gue kayak gitu sih?" Kata Prilly membuyarkan lamunan Rendy. "Eh gapapa kok, nih lo lupa pake sabuk pengaman" jawab Rendy lalu memasangkan sabuk pengaman Prilly.

"Ren, makasih ya tumpangannya. Lo hati-hati ya" kata Prilly sambil membuka sabuk pengamannya. "Gak masalah kalo cuma buat Prilly-ku ini" jawab Rendy dengan nada bercanda, Prilly pun hanya tertawa kecil lalu segera turun dari mobil. Rendy lalu melajukan mobilnya meninggalkan Prilly.

"Oh gitu ya, ditelfon gak bisa. Ternyata malah berduaan sama cowok lain" kata seseorang dibelakang Prilly sambil tertawa sinis, Prilly yang mendengar suara yang tidak asing bagi dia pun langsung menoleh. "Maksud kamu apa? Hp—" belum sempat Prilly melanjutkan kata-katanya, sudah dipotong oleh Ali. "Iya kan? Kamu mau bilang hp kamu mati gara-gara lowbat? Basi!" Kata Ali sedikit membentak.

"Kamu tu ngomong apa sih? Aku bener-bener gak tau maksud kamu apa" kata Prilly mulai gemetar. "Ah udahlah! Gak usah sok melas itu deh, ini apa?! Kamu ngapain tadi sama Rendy hah?! gue pikir lo beda sama Ghina, ternyata sama aja" bentak Ali sambil menunjukan foto di hp nya. Di foto itu terlihat Rendy sedang mendekatkan wajahnya ke Prilly, dan Prilly yakin itu ketika Rendy akan memasangkan sabuk pengaman.

"Kamu dapet itu dari mana?" Tanya Prilly sambil menahan tangis. "Gak penting gue dapet itu dari mana, yang penting lo sama aja kayak Ghina!" Bentak Ali lagi. "Ali asal kamu tau ya. Aku bukan cewek kayak gitu, jadi jangan pernah kamu banding-bandingin aku sama cewek lain terutama Ghina! Aku gak mungkin khianatin kamu! Kita ini kenal berapa lama sih Li?! Hah?! Terserah kamu mau nilai aku kayak gimana!" Jelas Prilly panjang lebar lalu masuk kerumah, dan air mata yang dia bendung dari tadi pun tumpah seketika.

Prilly langsung berlari ke kamar tanpa mempedulikan Raja adiknya yang memanggil dia dari tadi. Sementara Ali masih diam terpaku didepan rumah Prilly.

——————————————————

"Bodoh Li, lo bodoh! Kenapa lo buat Prilly nangis!" Sesal Ali lalu mengacak-acak rambutnya sendiri. "Kenapa lo bisa ngomong seakan-akan Prilly tuh cewek murahan! Mulut lo mulut sampah Li! Bodoh!" Teriak Ali frustasi. "Harusnya lo percaya sama Prilly, harusnya lo dengerin penjelasaan dia" kata Ali lemas.

Ali mendapat foto itu dari seseorang, dia tidak tau siapa pengirimnya. Dia terbakar emosi, tanpa ingin tahu lagi siapa yang mengirimkan foto tersebut. Dia harusnya percaya Prilly jika memang hubungan yang baik itu harus dilandasi kepercayaan.

Tapi dengan mudahnya dia memaki-maki Prilly tanpa ingin tahu lebih apa yang ingin Prilly jelaskan. Dia sudah kenal Prilly bertahun-tahun, tetapi hanya dengan sebuah foto yang tidak tahu pasti mereka sedang apa dan hanya karena posisi mereka yang berdekatan wajah bisa membuat Ali merasa bahwa dia baru saja mengenal Prilly.

Persahabatan mereka dan hubungan mereka seakan dilupakan hanya karena emosi Ali. Bahkan Ali melanggar janjinya sendiri untuk tidak membuat Prilly menangis.

************************************
Alohaaa! Kembali lagi, maaf ye kurang memuaskan:( namanya juga penulis amatir:( makasih ya vomment nya! Saran hlo juga diperlukan.

Line: sheren18
Ig: sharonerosa
Ask.fm: @sharone926

Kalian boleh tanya apapun diluar story juga gapapa. Mau kritik dan saran juga gapapa. Makasih yaaa! Bubaiiii:D

FIX YOU! 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang