21

1.8K 242 80
                                    

"Gimana sekolahnya hari ini sayang?"

"Gak gimana gimana si mah, guru-guru nya juga masih sama. Nyebelin." Kata yeji sewaktu selesai memasang seatbelt.

Seperti biasa irene akan menjemput putri sambungnya ke sekolah. Sejak hari dimana dia dan seulgi mulai menjalin hubungan, irene akan berusaha memposisikan dirinya sebagai ibu yang baik untuk yeji.

Menurut nya sekarang menjemput yeji adalah satu hal wajib bagi dirinya. Itu sebabnya dia merasa tidak enak jika sewaktu dia tidak bisa menjemput anak nya itu ke sekolah. Seperti tempo hari.

"Ko ngomongnya gitu?" Irene mulai melajukan mobil nya keluar dari lapangan sekolah yang di sulap menjadi tempat parkir.

"Abis guru nya gak kira-kira setiap ngasih tugas. Kan nyebelin!" Jawab yeji dengan nada yang terdengar jengkel.

"Gak boleh gitu sayang kan ilmu nya juga bermanfaat buat kamu kelak." Tangan kiri irene gerak ngusap lembut pipi anaknya. Yeji lantas hanya bisa mengerucutkan bibirnya.

Mobil irene sudah keluar dari kawasan sekolah dan sekarang bergabung dengan mobil lainnya di jalan raya.

"Oh iya mom ini kita jadi nemuin temen mommy?" Yeji keinget pesan yang di kirim irene sebelum datang menjemput. Lantas kepala nya menoleh ke kanan menunggu jawaban yang keluar dari bibir ibu sambung nya itu.

"Kayak nya gak jadi deh." Jawab irene menoleh sekilas ke arah yeji

"Ihh kenapa gak jadi?"

"Ya abis nya kamu nya bete si.. Jadi mendingan kita pulang aja." Irene mengulum bibirnya menahan senyum.

"Ihh Mommy jangan!! ayoo aku nya gak bete lagi serius." Layaknya seorang bocah yeji merengek karna irene berniat membatalkan rencana menemui teman nya sore ini.

"Hmm.. Gak jadi deh besok aja."

"Ihhh mommy ayoo. Janji gak bete lagi nanti, please." Kedua tangan yeji menyatu di depan dada, mata nya berbinar.

Irene tersenyum gemas lalu menekan kedua pipi anak nya menganggukan satu tangan membuat bibir sang anak mengerucut.

"Iya iya ayoo."










.
.
.

.
.
.

"Mana si temen mommy?" Pandangan yeji terus melihat ke arah pintu masuk

"Sabar sayang, nih mommy tanyain om nya udah sampe mana." Jawab irene lantas membuka aplikasi berwarna hijau putih, menghubungi orang yang sedari tadi dia dan putrinya tunggu.

"Om nya ganteng gak si mom?" Yeji seketika penasaran ingin segera tau teman mommy nya yang tiba-tiba aja meminta untuk bertemu hari ini juga.

"Hmm.. Lumayan."

"Ish mommy lumayan nya itu kayak apa…?"

"Tinggi gak? Hidung nya kayak perosotan anak tk gak? Terus dandanan nya lebih maco atau yang beribawa kayak papah?" Yeji bertanya sesuai yang ada di pikirannya

"Ihh ngomong apa si! Udah tunggu aja." Tangan Irene beralih mencubit pipi anak nya tersebut.

Pipi yeji menjadi daya tarik tersendiri untuk irene.

Tepat di saat ibu dan anak ini sedang bercanda gurau, orang yang di tunggu-tunggu pun datang. Lantas Irene melambaikan tangan nya.

"Rene maaf ya aku telat." Orang itu tampak merasa tidak enak, dia juga tampak tidak menyadari keberadaan yeji.

"Iya gak apa apa no…, duduk." Jawab irene

No, atau mino teman nya di maksud itu duduk di samping irene

"Oh iya ini kenalin, namanya yeji."

"Hi om." Sapa nya ceria

"Oh astaga aku sampe gak nyadar. Hi juga cantik."

"Dia... Siapa rene?" Tanya mino di akhir kalimat.

"Ummm... Maaf ya no aku gak cerita ke kamu akhir-akhir ini, bahkan gak cerita ke kamu sedikit pun.."

Entah tiba-tiba firasat mino menjadi tidak enak. Dia takut mendengar hal yang lain. Dia berharap jawaban dari pertanyaan nya bukan yang ia fikirkan. Mino tau betul semua keponakan irene, lantas anak ini siapa kalo bukan keponakan?

"Jadi yeji ini anak dari calon aku no. Duhh maaf banget ya aku gak cerita kalo aku udah tunangan." Irene dengan lancar menjelaskan siapa yeji dan hubungan nya dengan papah nya yeji dengan nada kekecewaan. Bukan karna menyesal sudah bertunangan, melainkan menyesal karna sahabat nya ini tidak pernah ia beri kabar.

Mino yang baru mendengar hal itu, dirinya seperti di hantam batu besar. Ekspetasi nya salah.

"Tunangan?" Tanya mino masih tidak mempercayai apa yang sudah ia dengar.

Irene lantas mengangguk pelan

"Salam kenal ya om." Yeji menyahuti

"O-ohh tu-tunangan... Selamat ya rene aku ikut seneng." Mino terseyum kecut menelan kenyataan pahit.

"Terus calon kamu kemana? Gak ikut?"

"Papah kerja om, terus mommy ngajak aku karna tadi sekalian ngejemput. Lagi om ngajak ketemuan nya dadakan si."

Sekarang mino tersenyum lembut ke arah yeji, diusak pucuk kepala anak itu.

"Kamu kelas berapa?" Mino mengalihkan rawut muka sedihnya. Dia tau betul resiko ini akan terjadi. Jelas dia bukan jodoh yang di takdirkan untuk irene. Menjadi sahabatnya saja mungkin itu sudah cukup.

'Mino ikhlasin! Lu kuat bro, dia emang bukan jodoh lu!'

"Aku kelas sebelas om."

"Oh ya? Om kira kamu baru masuk SMA." Mino lagi lagi mengusak pucuk kepala yeji

Lantas mereka lanjut makan bersama.






.
.
.

.
.
.

Sudah tiga jam mereka di dalam mall, makan bersama, main bersama, bahkan mino sempat membelikan sesuatu untuk yeji dan irene, mungkin yang untuk irene itu untuk yang terakhir.

"Om makasih ya!" Yeji sangat senang

"Sama-sama princess! Nanti kalo kamu mau sesuatu telfon om aja okey! Nanti om ajak kamu jalan jalan kemana pun princess mau." Jawab mino, setidaknya rasa sakit nya terobati karna aura keceriaan yang sedari tadi yeji tunjukan.

Mino itu memang lembut. Lagi pula juga dia tidak bisa menunjukkan rasa kekecewaannya, bukan salah irene mino jatuh cinta. Salah mino tidak pernah mengatakan perasaannya sampai akhirnya irene jatuh ke tangan orang lain.

"Yaudah gih kalian pulang, hati-hati rene bawa mobil nya."

"Umm.. Makasih ya no, oh ya besok dateng ke cafe ya. Jangan lupa! Ayo sayang." Ucap irene lalu menggandeng tangan yeji

"Dah om!"

"Dah! Hati-hati ya princess!"

Melihat irene dan yeji menjauh lantas mino tersenyum.

"Mungkin emang bukan jodoh gua." Lantas tangan mino bergerak untuk mengambil kotak beludru berwarna merah di saku celananya.

























.
.

Maaf ya buat yang nungguin akun ini. Halangan nya banyak banget, tugas numpuk terus.

Semoga kalian sehat sehat aja ya

Stres mode on:")





COFFEE IN LOVE☕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang