Kinal pov
"Cukup Kinal! Kamu pikir papa egois hah! Tau apa kamu! Daripada kamu mikirin urusan papa, benahin aja sikap berandalmu itu!"
Ucapan itu masih terngiang - ngiang dengan jelas diotak gue.
Ya, kemarin sore gue sempat protes dengan sikap tak acuhnya bokap ketika anak bungsunya saat ini sedang berada di Bandung. Tapi lagi - lagi, responya selalu sama.
Enggak ada antusiasme atau ekspresi terkejut yang mereka keluarkan.
Bahkan, mama pun sebagai seorang ibu, tampak gak bergeming dengan ucapan gue.
Huft! Tin Tin Tin! Tin...
Seperti biasa, gue akan mengendarai mobil kebut - kebutan jika berusaha mengusir rekaman gak enak diotak gue.
Sejujurnya, gue udah muak ngadepin ini semua. Gue rindu adik gue, senyumanya yg tulus ke gue. Dan juga, perhatianya ke gue.
Iya, Nabilah Ratna Ayu Darmawangsa adalah adik kandung Devi Kinal Putri Darmawangsa.
"Nal.. yang bener Nal! Awas! Gue masih mau hidup!" Teriak Melody.
Astaga, gue sampe lupa kalo lagi bawa anak orang, "Lo kalo ada masalah jangan kebut kebutan gini napa! Stop! Nal! Stop!" Teriaknya lebih kenceng.
Karena gue gak mau bikin anak orang mati jantungan, gue pun menepikan mobil dan berhenti ditepi jalan. Tetapi sialnya, wajah Melody udah semakin putih, alias pucet dengan keringat mengucur deras dari pelipisnya.
"Eh, aduh duhh. Sori Mel, maaf udah bikin lo takut.." Kata gue tulus.
"Ihh Naaal! Resek Lo! Lain kali, kalo mau gila gila an disirkuit aja, lebih aman dah Lo mau jalan ampe mpat ratus!" omelnya sambil memukul lenganku.
"Maaf, habis sumpek banget gue. Iiya, enggak lagi. Pelan-pelan deh gue." Gue mulai menjalankam mobil dengam sangat pelan.
Dari dulu, gue dan temen - temen emang selalu berusaha menghindari konflik sama Melody.
Soalnya, sekalinya dia marah, kita bertiga gak akan bisa berkutik, termasuk mbak badai si ketua OSIS pun bakal kicep.
Ya, Gue, Ve, Naomi, dan Melody bisa dibilang satu geng gituu. Hehe gak ding, bercanda.
"Hemm, ya udah, lain kali kalo lo suntuk mending main piano aja. Gue lebih suka denger lo main piano." Tegasnya tanpa bantahan.
"Iyaps Bu Boss.." jawab gue lengkap sambil mengangguk – angguk.
"Ya udah, mumpung belom sore, mau kemana nihh.. gue lagi gak pengen pulang cepet mel.." Terang gue jujur. Bosen rasanya kalau tiap pulang pasti ujung - ujungnya berantem mulu sama bokap.
"Hemm kemana ya, gue juga lagi males balik ke asrama. Males berurusan sama bocah resek itu." Balasnya.
"Bocah resek?? Adik kelas sekamar lo itu maksud lo? Yang tadi?"
"Ya siapa lagi.. lo tau gak sih Nal, dia tuh nyebelin pake banget. Ngerti......." Dan bla bla bla alkisah seorang bocah tengil diceritakan dari mulut Melody.
Agak pengang sih dengerin cerita Melody yang lebih mirip curhatan itu. Tapi sedikit sedikit, gue jadi tahu tentang Dek Ayu. Ada rasa iri ke Viny, karena dia bisa dengan leluasa ngasih perhatiannya ke dia.
Entah, apa gue masih bisa maen lagi dengan dia seperti dulu atau enggak. Yang jelas untuk sekarang, hal itu rasanya sangat mustahil.
Hemm, mungkin andai waktu itu gue nggak nyulut api, bisa jadi Dek Ayu bakal jadi adik termanja gue satu - satunya. Waktu itu, untuk pertama kalinya dia mengungkapkan kalau dia nggak mau menggunakan marga Darmawangsa lagi ataupun, mengakui gue sebagai kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hand me : My lullaby (Revisi)
FanfictionGIS : Golden Indiee School merupakan sekolah binaan yayasan keluarga besar Darmawangsa yang terletak didua kota besar di Indonesia, Bandung dan Yogyakarta. Jika GIS Bandung merupakan sekolah umum yang bertujuan untuk komersial, maka berbeda dengan G...