10. Kritis

290 32 24
                                    

Author pov

Bip - Bip! Bip - Bip! Bip Bip!

Emergency!Emergency!Emergency!

Seseorang berlari dengan tergesa-gesa dengan seorang gadis yg lebih muda darinya digendongannya.

"Dek... bertahan adek." Paniknya.

"Yupii, buruan cari Kak Viny!" Perintah Beby ketika mereka baru sampai didalam klinik.

"Iya, Beb!"
Yupi segera berlari menuju ke kelas Viny.

Peluh bercampur keringat dingin seketika turun membasahi wajah cantik Beby.

"Dok.. tolong dokter!"
Detak jantungnya pun ikut terpacu seirama langkah kakinya yang tergesa – gesa membaringkan Ayu dibangsal klinik.

Pucat

Satu kata yang mendeskripiskan kondisi adik kelasnya satu itu. Bahkan bibir adik kelasnya itu mulai membiru.

"Yu.. Yu.. denger Kak Beby Yu?" Panggil Beby dengan lirihnya.

"Mbak.. mbak! Tolongin adik saya Mbak.." rancaunya begitu melihat penjaga klinik datang kearahnya.

Dokter Stella segera berlari menghampiri mereka berdua dan nampak terkejut, "Adeknya kenapa?"

Bersamaan dengan Sang dokter, Stela, yang memeriksa dengan seksama kondisi Ayu, Viny datang bersama Yupi. Dibelakangnya juga ada Kinal yang memang hari ini secara kebetulan dia ada didalam satu kelas dengan Viny.

"Beb! Ayu kenapa Beb?" tanya Viny sambil berjalan menuju tubuh adiknya.

"Gak tau Kak. Tadi Beby lihat Ayu pingsan di tengah lapangan." Jelas Beby apa adanya.

"Apa?!"

Suhu tubuh terlalu tinggi! Emergency!

Tak lama setelahnya, dokter Stela juga menyampaikan hal yang serupa. "Suhu badanya hampir empat puluh derajat. Kamu tolong dinginkan lagi AC nya. Buat delapan belas derajat. Shania bawakan es batu! Bantu kompress." Ucapnya sambil menunjuk Yupi yang berdiri didekat remot AC.

"Dan Shan, tolong ambilkan jug-"

"Enghh.."

Ucapan dokter Stela terputus ketika Ayu dengan tiba – tiba berteriak lirih dan kemudian lemas tak sadarkan diri.

Tanpa menunda lebih lama, dokter Stela segera memeriksa kembali denyut jantung Ayu dan seketika matanya terbelalak dengan rasa panik melingkupi dirinya.

Syok, tidak ada denyut jantung.

"Astaga.. Shania tolong siapkan defibrillator!"

Dirasa si pasien kehilangan ritme jantungnya, dokter Stela dengan segera melakukan CPR dan sesekali memberikan napas buatan.

"Satu, dua, tiga,.." satu persatu angka satu hingga dua puluh terucap dari bibir manis dokter Stela seiring dengan kedua tangannya yang menekan dada Ayu.

Proses pemberian CPR dilakukan dokter Stela hingga berulang kali. Raut cemas dengan peluh yang mulai mengalir menghiasi rupa manisnya.

Tidak hanya dokter Stela, tetapi para gadis yang menyaksikan adegan tersebut sempat tercekat dengan rasa was – was penuh harap.

Sementara Viny, gadis itu hanya sanggup mematung ditempat karena pikirannya yang tiba - tiba ngeblank melihat adiknya yang saat ini sedang tidak bernapas.

"Hem.. syukurlah.." Helaan napas kasar akhirnya keluar dari ujung bibir dokter Stela, begitu detak jantung Ayu kembali.

"Demamnya tinggi, kemungkinan dia terkena heat exhaustion dan syok, karena aktivitas berat dicuaca terik." Lanjut dokter Stela dengan diagnosisnya.

Hand me : My lullaby (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang