Selamat membaca
Pagi ini Taeyong sudah rapi dengan kemeja lengkap dengan jas hitam serta tas jinjing di tangannya. Mulai hari ini ia akan memimpin perusahaan milik Donghae di Busan.
Setelah itu ia harus segera ke kantor kependudukan untuk mengurus perpindahan, lalu ke salah satu taman kanak-kanak mendaftarkan Mark sekolah.
"Waaah anak ibu sudah rapi sekali. Bagaimana menurut mu, Ten. Taeyong sudah pantas kan menggantikan posisi ayahnya sebagai presiden direktur?"
Ten hanya tersenyum tipis. Memutus kontak mata dengan Taeyong yang sempat meliriknya.
"Iya bu, pantas sekali."
-----
Semua karyawan dan karyawati sudah berada di lobby kantor bersiap menyambut kedatangan presdir baru.
Mereka membungkuk tanda hormat ketika Taeyong dan Donghae memasuki area lobby.
"Perkenalkan ini putra ku, Lee Taeyong. Dia akan menggantikan ku. Ku harap kalian bisa bekerja sama dengan baik."
"Baik presdir." Mereka menjawab dengan kompak.
"Perkenalkan presdir Taeyong, saya Kim Jihyo. Saya akan menjadi sekretaris anda."
"Baiklah, kalian boleh kembali bekerja. Jadi, apa jadwalku hari ini?"
"Untuk hari ini hanya menandatangani beberapa dokumen setelah itu presdir bisa pulang."
Jam sudah menunjukkan pukul satu siang. Perkerjaannya juga sudah selesai untuk hari ini. Taeyong harus segera melanjutkan mengurus segala keperluan.
Sebenarnya bisa diselesaikan lain hari tapi ia tidak suka menunda-nunda yang ada nanti terlanjur malas.
"Jihyo-ssi, aku pulang duluan."
"Silahkan presdir, hati-hati di jalan."
---
Hari ini Taeyong, Ten dan juga Mark berada di salah satu taman kanak-kanak. Tempatnya tidak terlalu jauh dari kantor, jadi Taeyong bisa mengantar dan menjemput Mark setiap hari.
Taeyong memilih sekolah ini, karena dia ingin Mark bisa mengenal lingkungan yang baru. Selain itu tempatnya sejuk dan berbeda dari sekolah pada umumnya.
"Selamat pagi. Saya Bae Irene, mulai hari ini dan seterusnya saya yang akan menjadi wali kelas untuk Mark."
KAMU SEDANG MEMBACA
For You and For Me (END)
Fanfictionmenceritakan kehidupan seorang Lee Taeyong dan keluarga kecilnya setelah mereka bebas dari kejaran media masa