Selamat membaca
Ansan Medical Center
Sepulang dari tempat bekerja, Taeyong mengantarkan Mark ke rumah sakit untuk menjenguk ibu temannya yang telah melahirkan.
Disana sudah ada teman-teman yang lain serta ibu guru Irene.
"Waah Lucas jadi hyung." Ucap Changbin setengah berteriak.
"Anak-anak jangan berteriak nanti adik bayi menangis." Mereka diam setelah diperingatkan Irene.
"Lucas, nama adik bayi siapa?" Tanya Arin
"Echan."
"Waaah." Mereka semua memandang takjub ketika bayi kecil itu menguap.
Membuat para orang dewasa di sana hanya menahan tawa melihat tingkah polos mereka.
"Pipi adik bayi jangan diremas-remas Mark." Mungkin balita itu kira pipi bayi adalah squishy.
---
Sesampainya di rumah, Mark segera berlari mencari keberadaan eommanya."Eommaaaa."
"Eoh, Mark sudah pulang. Bagaimana tadi melihat adik bayi?"
"Lucu. Makeu emash-emash."
"Mark mau adik bayi juga?" Giliran Yoona yang bertanya.
"Appa, aku mau adik seperti echan."
"Bu, tolong jangan pengaruhi Mark dengan permintaan yang aneh-aneh."
"Hais kau itu yong. Apa kau tidak ingin membuatkan adik untuk Mark? Ibu yakin Ten pasti juga inginkan." Yoona menyenggol lengan Ten, dia hanya bisa menjawab iya pertanyaan mertuanya.
"Terserah ibu saja. Aku tidak berminat."
Taeyong berlalu meninggalkan keduanya dalam hening.---
Di satu sisi yang lain. Seorang pria berusia setengah abad tertawa penuh kemenangan di atas kursi besar.
"Tuan, kami sudah mendapat info bahwa Lee Taeyong telah kembali dan dia akan bekerja sama di agensi milik nyonya Jessica Jung."
"Dia kembali. Hancurkan semua yang dia punya. Rasakan pembalasanku Taeyong, setelah kau membuat perusahaanku bangkrut."
---
Taeyong dan Ten berpamitan kepada ayah dan ibunya untuk menjaga Mark malam ini. Para orang tua pikir mereka akan menghabiskan waktu untuk berkencan namun kenyataan yang terjadi berbeda.
Tujuan mereka adalah apartemen yang dulu pernah menjadi tempat tinggal sebelum menikah.
"Bacalah ini." Taeyong menyerahkan sebuah map berisi kontrak kerja antara dia dengan agensi baru.
"Bagaimana? Apa sudah sesuai dengan yang kau inginkan?
Lidah Ten kelu ingin mengeluarkan suara.
"Jangan diam saja. Jawab pertanyaanku!"
Ten menahan isak tangis sekuat mungkin. Taeyong jarang sekali membentaknya seperti ini.
"Iyaaa terimakasih sudah mewujudkan keinginanku."
Berbanding terbalik antara ucapan dan hatinya. Jauh di dalam hati kecilnya, Ten ingin keras-keras mengatakan tidak.
"Taeyong, lalu ibu,ayah dan perusahaan bagaimana?"
"Untuk itu akan ku pikirkan lagi." Rumit sekali. Taeyong pikir setelah dia jujur mengenai kontrak tersebut pada Ten semua sudah selesai ternyata masih ada hal lain lagi.
"Lalu dengan perkataan ibu tadi siang tentang adik untuk Mark." Ten takut jika Taeyong marah lagi.
Wajar jika Taeyong tidak ingin membahas hal itu karena saat Mark berumur satu tahun, Ten dinyatakan positif hamil.
Akan tetapi, saat bulan ke tiga Ten harus kehilangan bayinya karena bayi tidak bisa tumbuh sempurna hingga membuat Ten koma selama beberapa minggu.
"Yongie."
"Kau tidak akan meninggalkan ku sendirian lagi kan."
Ten menggenggam jemari suaminya. Memberikan rasa tenang dan nyaman.
"Aku janji akan bertahan kali ini."
"Baiklah kalau begitu tunggu apalagi."
Biarkan mereka berdua melepas rindu yang mungkin beberapa waktu ini tidak sempat mereka lakukan.
---
"Nyonya Jessica, senang bertemu dengan anda."
"Oh jadi anda tuan Park. Manager lama Taeyong."
Dengan angkuh pria yang dipanggil tuan Park ini melangkahkan kaki mendekat ke arah sofa yang diduduki oleh Jessica.
"Apa mau anda Tuan?"
"Kau pasti tidak tau jika orang yang kemarin menemui Taeyong adalah salah satu anak buah ku."
Jessica tentu terkejut. Bagaimana ia bisa tidak tau ada penyusup masuk ke dalam perusahaannya.
"Tenang saja aku tidak akan menghancurkan perusahaanmu. Aku hanya ingin bermain dengan tikus bodoh itu saja."
Jessica harus lebih berhati-hati dengan orang di depannya. Taeyong masih keponakannya, ia harus menjaga dengan baik agar anggota keluarga tidak ada yang terluka.
---
Ten bangun terlebih dahulu, matanya terbelalak ketika melihat jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Di sampingnya, Taeyong masih tertidur lelap."Aku tau aku tampan. Tidak usah memandangiku begitu."
Pipi Ten jadi memerah ketahuan memandangi suaminya yang sedang tertidur.
"Kenapa merah begitu? Ingat yang semalam ya. Mau lagi?"
Inilah hobi yang Taeyong, menjahili Ten sampai akhirnya merajuk.
"Sudah siang, kau tidak ke kantor." Ten mendengar dengusan sebal di balik selimut.
"Malas. Kan aku bos nya lagi pula ada Jihyo, dia pintar menangani masalah."
Kebiasaan malas dari Taeyong ini selalu membuatnya kesal. Tapi sekalinya sudah melakukan satu pekerjaan tidak bisa berhenti.
"Jadi bulan depan kau sudah tidak akan di rumah. Kau akan tinggal di dorm bersama artis yang lain."
Taeyong segera bangkit lalu memeluk Ten dengan sangat erat.
"Dengar istri, setiap hari sabtu aku akan pulang. Jika ada waktu aku akan menelpon mu."
Ten melepaskan pelukan mereka berdua membuat Taeyong mengerucutkan bibirnya.
"Janji?" Ten mengarahkan jari kelingkingnya tepat di depan wajah Taeyong.
"Aku berjanji." Taeyong segera mengaitkan jari mereka berdua.
"Dan berjanjilah untuk benar-benar kembali." Gumam Ten dalam hati.
TBC
Next or unpub?
KAMU SEDANG MEMBACA
For You and For Me (END)
Fanfictionmenceritakan kehidupan seorang Lee Taeyong dan keluarga kecilnya setelah mereka bebas dari kejaran media masa