namun

26 2 1
                                    

ternyata, bukan rasa yang salah. Dia tidak pernah meminta untuk hadir. Namun, kita lah yang salah, karena terlalu terlena oleh takdir.

"Lo nyari apaan sih, celingak celinguk mulu dari tadi."

Bhumi hanya menggeleng, "Gak."

Bhumi mencari perempuan tadi, yang sekarang seolah lenyap dimakan waktu. Bhumi menyesal, kenapa tadi dia harus menghampiri Arka dulu, dan tidak langsung bertanya nama perempuan itu. Dan sekarang, tak ada harapan lagi. Sudah pasti itu yang terakhir kalinya mereka bertemu. Dan seiring waktu juga akan saling lupa.

"Ya ampunnn, anak mama tambah ganteng aja! Tapi kok keliatannya makin kurus? kamu gak makan ya disana? Atau ada yang jahat sama kamuu?"

Bhumi sudah berada di depan keluarga nya, Mamanya, adiknya, ayahnya, serta sekitar lima pengawal pribadi milik ayahnya. Tadi saat tiba, mama Lisa dan Vale bergantian memeluknya dengan erat. Namun tidak dengan ayahnya. Dia hanya memandangi  Bhumi saja dari atas sampai bawah. Bhumi sudah tahu akan seperti itu, karena Ayahnya memang tidak pernah ingin kehadiran dirinya.

"Aku baik baik saja."

"Abang, bawa oleh oleh gakk?" Kini Vale sudah bergelanjut manja di lengan milik Bhumi.

"bawa, di koper."

"Pesenan aku ada gakk? Terus kata bang Arka tadi, ada keripik enak juga dari sana? Masih ada gak untuk akuu?" Bhumi tersenyum kecil lalu mengangguk,

"Makasih abang, emang deh abang paling top seduniaa!!" Vale kembali memeluk abang nya itu.

"Ayo pulang."

Bhumi menoleh ke arah suara tersebut, dia menatap ayahnya, namun tak ada tatapan bahagia disana. Bhumi membuang pandangan, apa yang dia harapkan? Anak tidak di inginkan sepertinya tak pantas mendapatkan itu.

///

Alnu menatap kesana kemari mencari seseorang yang di katakan oleh Raline semalam. Dan tatapan nya berhenti pada wanita berambut pendek dengan setelah hitam putih itu, dia melambaikan tangannya kepada Alnu. Alnu tersenyum dan dengan cepat menghampiri orang itu.

"Perjalanannya cukup panjang, Noona capek?"

Alnu berkedip sesaat, noona? apa itu. Tidak tidak, dia harus bermain peran.

"Ah iya, lumayan."

"Baikla noona Alnu, kita akan segera pulang."

Alnu menatapnya terkejut, "saya sudah tahu, Noona Raline yang memberi tahu saya. Tenang saja, saya bisa di percaya."

Alnu menggigit bibir bawahnya, tapi terlalu kencang hingga dia sedikit meringis. Perempuan di sampingnya tadi segera bergerak cepat dan melihat keadaan Alnu,

"Noona baik baik saja? Apa kita perlu ke rumah sakit?"

"Luka biasa, gak perlu."

Lalu perempuan itu mengangguk, "Nama saya Gena, noona Raline biasanya memanggil saya Nana, tapi terserah Noona Alnu saja ingin memanggil saya apa."

"Sama saja."

Lalu keduanya berhenti di depan mobil hitam besar, Gena membukakan pintu mobil, dan Alnu segera masuk kedalam itu. Di tempatnya dulu, boro boro dia naik mobil sebagus ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

In another lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang