Flashback On
Di sebuah taman bermain, terlihat banyak sekali anak-anak sedang bermain, berlari dan tertawa. Bahkan ada pula yang terlihat hanya duduk sambil memakan ice cream yang dibelikan oleh orang tua mereka masing-masing.
Namun, di tengah keramaian dan keceriaan taman itu terlihat anak perempuan yang terlihat sedang duduk berdiam diri saja di kursi taman yang kosong. Hal tersebut menarik perhatian seorang anak lelaki yang tengah membawa kantong plastik berisi dua ice cream miliknya.
"Hallo," anak lelaki tadi memutuskan untuk menghampiri anak yang sedang duduk sendirian di kursi taman.
Anak perempuan itu menoleh. Dia melihat ke arah anak lelaki yang menyapanya barusan tanpa senyum. Dan tidak berniat untuk menjawab sapaan tadi.
"Aku Tirta, kamu siapa?" ucap anak lelaki itu sambil mengulurkan tangannya.
Dengan ragu, anak perempuan tadi akhirnya menyambut uluran tangan anak lelaki yang sudah duduk di sebelahnya sekarang ini.
"Aku Ara," jawabnya.
"Ara, aku punya ice cream. Ayo kita makan bareng," ajak anak lelaki itu.
Ara menggeleng, tanda dia menolak ajakannya.
"Kenapa? Ini enak loh. Kata Ayah kalo kita punya lebih harus dibagi," nasihat Tirta.
Bukannya menatap Tirta, tapi Ara malah menatap ice cream yang sudah menarik perhatiannya sedari tadi.
Akhirnya gadis kecil itu mengangguk.
"Ara suka coklat," ucapnya polos.
"Kamu suka cokelat juga? Ini buat kamu," Tirta memutuskan untuk memberi ice cream cokelat kesukaannya itu pada gadis kecil yang duduk di sebelahnya sekarang.
"Makasih."
"Oh iya, kamu umurnya berapa Ara?"
Bukannya menjawab, tapi Ara malah mengangkat tangan kanannya dan menunjukan pada Tirta.
Tirta bingung apa maksud Ara.
"Segini umur Ara," jawabnya lagi dan kembali mengangkat tangannya.
"Oh, maksudnya lima tahun?" tanya Tirta lagi.
Gadis kecil di sebelahnya ini kembali mengangguk.
"Kalo aku tujuh tahun. Kamu bisa panggil aku abang."
Ara hanya mengangguk lagi, tanda mengerti.
Lalu mereka sama-sama diam dan sibuk menghabiskan ice cream yang berada di tangan mereka masing-masing.
Tirta memang selalu berada di taman ini setiap hari minggu untuk menghabiskan waktu liburnya. Karena orang tua Tirta sibuk mengurus bisnis keluarga, jadi dia selalu bermain dengan supirnya ke taman ini. Jika hari sudah sore, barulah orang tua Tirta pulang kerumah dan bertemu anak semata wayangnya itu. Dia kesepian, apalagi Tirta tidak punya kakak ataupun adik.
Pertama kali bertemu dengan Ara, dia merasa bahwa Ara akan menjadi teman dalam waktu yang lama dalam hidupnya. Sehingga dia berniat menemui Ara lagi di minggu depan.
"Ara, aku sering kesini setiap hari minggu. Kita ketemu lagi ya," ucap Tirta.
Anak kecil itu hanya mengangguk, tanda menyetujui ajakan itu. Lalu Tirta tersenyum.
"Ara," suara itu terdengar di seberang jalan dari tempat dimana mereka berdua duduk.
Ara menoleh ke arah suara itu. Lalu tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Terbaik untuk Maharani
عاطفيةKetika sebuah takdir tidak pernah terpikir dalam logika. Maka mengikhaskan adalah hal yang paling penting dalam sebuah realita. -JODOH TERBAIK untuk MAHARANI-