Part 4

170 81 10
                                    

Ketika Rani tengah berusaha menenangkan pikirannya. Lain hal dengan yang dilakukan orang tua Rani. Menurut mereka hal ini adalah yang terbaik untuk masa depan anaknya. Toh Rani juga sudah memutuskan untuk tidak melanjutkan hubungan dengan Genta, jadi tidak ada lagi yang memberatkan keluarga Rani untuk tetap menjodohkannya.

Di ruang keluarga Rani, sudah berkumpul orang tua Rani dan tamu yang sengaja mereka undang. Mereka terlihat sudah sangat akrab. Tapi, walaupun begitu tetap saja membuat lelaki yang duduk di sebelah ibunya memperlihatkan wajah seperti orang yang sedang dilanda kekhawatiran.

"Jadi dua Minggu lagi kita akan melaksanakan akad nikah dan resepsi," putus Papa Rani.

Lelaki yang duduk di depannya sedikit terkejut dengan keputusan ini.

"Begini om, apa semua ini nggak terlalu cepat untuk Rani? Saya takut kalau dia belum siap," saran lelaki yang akan segera menyandang gelar sebagai suami Rani.

Ya, dia adalah Adnan Tirta Cakrawala, seorang Chief Executive Officer muda dari Cakrawala Corp, yang berfokus di bidang peralatan rumah tangga serta pusat perbelanjaan. Adnan menggantikan ayahnya yang sudah meninggal pada usia 23 tahun. Berkat keandalannya menangani manajemen Adnan berhasil memperluas bisnis almarhum ayahnya walaupun saat itu dia masih sangat muda. Dibawah kepemimpinan Adnan, Cakrawala Corp sekarang sudah sangat maju. Bahkan sudah sampai menembus pasar internasional.

Adnan memang dikenal mempunyai kharisma yang sangat kuat. Tidak ada seorang pun wanita yang mampu menolak pesonanya. Tapi hal itu tidak membuat Adnan buta dan menjadi seorang lelaki brengsek yang suka berhubungan dengan banyak wanita.

Adnan sudah berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan menjaga diri seutuhnya, hanya untuk istrinya nanti.

"Rani dan kamu sudah sama-sama dewasa om juga yakin kamu bisa menjaga dia dengan baik. Dia pun akan menerima kamu Om yakin itu. Pokoknya kamu harus percaya."

"Maaf om. Tapi Rani juga belum pernah lihat saya sebelumnya. Apa nggak sebaiknya kita tunggu Rani pulang baru memutuskan tanggal dan juga hal-hal yang lain?" tanya Adnan sopan.

Arif berpikir, Adnan ada benarnya juga.

"Bagaimana menurutmu Fin? " tanya Arif pada Ibu Adnan.

"Saya rasa saran Adnan ada benarnya juga Mas Arif, Mbak Dessy. Karena kita juga harus memikirkan perasaan Rani. Saya nggak mau kalo tiba-tiba dia pulang dari liburan di kagetkan dengan pernikahan yang terkesan mendadak begini. Saya juga setuju kalau Adnan dan Rani harus bertemu dulu. Walaupun cuma sekali."

"Rani sedang berlibur?" batin Adnan.

"Menurut mama juga ini yang terbaik. Saya setuju dengan saran Mbak Fina. Karena nggak seharusnya juga kita langsung memutuskan walaupun kita orang tuanya," ungkap Dessy yang memberikan penjelasan pada suaminya juga.

"Baiklah kalau begitu, saya ikut saja kalau sudah begini. Semoga ini yang terbaik," jawab Arif.

"Adnan, setelah ini kamu harus menunggu Rani pulang dari liburannya," ujar Fina, yang tidak lain adalah Ibu dari pemuda yang tampan dan berkharisma itu.

"Kok ibu bisa tahu?" Adnan bertanya-tanya. Memang sedari tadi dia tidak melihat Rani. Adnan pikir Rani masih ada jadwal mengajar di kampusnya.

Adnan memang sudah tahu sedikit informasi tentang Rani. Tapi tidaklah banyak, dia cuma tahu kalau Rani seorang Dosen sekaligus mahasiswa yang sedang berusaha menyelesaikan gelar Doktoral-nya.

Dia juga sebenarnya ingin sekali melihat calon istrinya. Hanya ingin tahu rupa dan juga kepribadian wanita yang akan menjadi teman hidupnya kelak.

"Jadi begini Adnan. Rani baru saja putus dengan pacarnya. Mereka sudah berpacaran selama sebelas tahun dan sebenarnya mereka tiga bulan lagi akan menikah," jelas Arif.

Jodoh Terbaik untuk MaharaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang