BAB 3

63 8 13
                                    

"Apa pasukan khusus sudah disiapkan?" tanya Elleinder kepada Brain, menteri perang Skyvarna.

"Hampir enam puluh persen, Yang Mulia," lapor lelaki bertubuh kekar itu.

Pertemuan di ruang singgasana, hanya dihadiri lima orang kepercayaan raja. Pertama, George, sang penasihat. Lelaki setengah baya yang khas dengan ketenangan dan ucapan penuh pemikiran. Bagi Elleinder, George adalah sosok sahabat, ayah dan musuh debatnya.

Kedua dan ketiga, si kembar Glaw dan Glyn, menteri perhubungan Skyvarna-Locko-Helyan. Tiga negara yang dekat namun tak bersinggungan tahta.

Keempat, Henry, saudara kandung Elleinder. Ia satu-satunya keluarga yang menjelma tangan kanan raja. Dan tentu yang terakhir adalah Brain, orang yang dipercaya menjaga keutuhan Skyvarna di garis terdepan.

"Aku ingin laporan perkembangan setiap minggunya, Brain," titah Elleinder mutlak.

"Baik, Paduka."

"Saya tau apa yang Anda pikirkan, Yang Mulia," George berucap lembut, "Tapi utamakan kesehatan Anda terlebih dulu. Kami tidak melarang Anda membongkar Skyvarna habis-habisan."

Raja menerawang ke depan, sesekali menatap kertas berstempel Cornwevic di tangannya. "Apakah yang kulakukan sudah benar?"

"Ya, Anda terlalu memaksakan diri," tegur Henry.

"Aku tidak tau, Henry. Apakah ia akan memaafkanku begitu saja. Skyvarna terlanjur hancur dari dalam. Tidakkah itu menjadi bukti ketidakmampuanku?"

"Ya, bila Anda memeras Skyvarna lebih dalam lagi. Dan tidak, Anda baru beberapa bulan memegang kekuasaan." Henry hanya ingin kakaknya itu berjalan lebih tegar.

"Katakan padaku sejauh mana keadaan rakyat selama aku duduk di sini?" Elleinder tak ingin kecolongan.

"Kami telah mengubah sedikit demi sedikit peraturan yang memberatkan, Yang Mulia. Bahkan sempat terdengar kabar, ada sekelompok orang yang ikut membantu kehidupan Skyvarna." Glaw menjelaskan dengan nada lega.

"Siapa mereka?" tanya Brain penasaran.

"Kami juga tidak tau. Mereka datang dan pergi secara diam-diam. Sepertinya bekerja di bawah komando seseorang," ucap Glyn.

"Sulit untuk mengenali kawan atau musuh," sambung Glaw, "Lebih baik kita tetap selalu waspada. Agar semua ini berakhir memuaskan, kita harus bertindak saling mendukung."

Semua setuju, Skyvarna-negeri yang tidak begitu besar namun menjanjikan kekayaan yang melimpah. Rakyat sangat berbahagia, mereka tak ragu untuk mengeluarkan pendapat jikalau ada wilayah yang membutuhkan bantuan.

Itu dulu, sebelum Raja Geraint berkhianat. Kini, penderitaan muncul di mana-mana. Rakyat hidup di bawah bayang-bayang pajak yang membengkak. Sulit menjadi kaya, sulit bertahan hidup. Mereka punya, mereka semena-mena. Sedangkan yang miskin semakin tak mampu bersuara.

"Aku tau, aku bisa mempercayai kalian," ujar Raja Elleinder puas.

"Serahkan kepada kami, Paduka. Skyvarna juga rumah kami," jawab George yang diangguki keempat lainnya.

"Ya, tinggal diriku yang harus banyak berdoa," gumam Elleinder lirih. Sehingga mungkin hanya angin yang mendengarnya.

Putra serigala, Elleinder Bardolf. Duduk di atas singgasana ketika usia dua puluh empat tahun. Sewaktu kecil ia keheranan, mengapa orang tuanya jarang menemui dan banyak waktu mereka terbuang untuk istana.

Selama ini hubungan Geraint dan putranya tidak bisa dikatakan akrab. Putra pertama Bardolf itu harus kesepian seorang diri. Terkadang, Maryam-pengasuhnya yang akan mengingatkan waktu Elleinder.

The King's Surrogate WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang