Bab 4

64 7 27
                                    

"Jika matamu tidak terbuka, kau tak akan pernah tahu bedanya bermimpi dan bangun"

Suara langkah kuda menyeruak dalam keheningan malam. Ringkikannya keras menambah kebrutalan desing panah. Angin yang berembus melalui sela pepohonan pun, membekukan telinga Evellyn. Menggantikan napasnya dengan uap putih.

"Apa kita tak salah arah, Grissham?"

Secara teknis, Evellyn sudah menjelma monster. Pergi diam-diam dari istana tanpa memikirkan konsekuensi selanjutnya. Ia sampai memohon pada Madam Beliora untuk menaruh sejumput obat tidur di minuman raja.

Melintasi waktu, berarti mengubah beberapa hal dalam kehidupannya. Ini bukan pertama kali, tapi ini yang paling berisiko. Mengejar keturunan terakhir dari Raja Alzevin Emrys VI-sangat gila untuk seseorang yang baru mengenal luasnya samudera.

"Sesuai informasi yang kita dapatkan, Putri. Pangeran berada di tanah Locko. Beliau menyamar sebagai penduduk biasa," jelas pelayan kesayangan Evellyn.

"Lalu, kenapa kita pergi ke wilayah Cornwevic?" protes putri Duke itu.

Mereka berdua turun dari kuda, masing-masing menuntun di sisi kanan dan kiri. Seperti saling memahami kerahasiaan pertemuan ini.

"Pangeran meminta saya membawa Anda ke Qringvelin. Hanya itu yang beliau katakan." Grissham memang sulit diperintah. Menjauhi Cornwevic artinya dalam kadar menghindari kediaman Duke of Corwevic saja.

"Lalu, untuk apa kau buang panah itu di setiap sudut pohon? Bukankah itu akan memancing kecurigaan?" Entah kenapa setelah bertemu Rush, Evellyn berubah cerewet.

"Akan ada yang mengambilnya, Tuan Putri. Ini untuk memastikan bahwa Helmentra mudah menemui kita kalau terjadi sesuatu."

Selain kuat, pemuda yang sering di sapa Griss itu memiliki taktik jitu dalam permainan. Itulah sebabnya, Evellyn memberikannya kepercayaan penuh sebagai seorang pemimpin.

Malam penuh keheningan. Jalan setapak yang mereka lewati sebenarnya terlihat seperti berasal dari masa lampau. Semua mengingatkan Evellyn pada cerita Eilaria tentang kisah pintu rahasia Cornwevic. Hanya saja tidak terletak di bawah tanah.

Sret, Ctak!

Untuk sesaat, jantung Evellyn berhenti berdetak. Selarik anak panah hampir menancap di dadanya. Untung dengan sigap, Grissham menampik cepat dengan pedang. Bahkan kuda di samping mereka mulai berlari mengitari pepohonan.

"SIAPA DI SANA?" teriak Grissham murka.

Tiba-tiba sebuah bayangan melompat dari atas pohon setinggi 5 meter, berdiri tepat di depan Evellyn.

"Pa-Paman," desis Evellyn tak percaya.

"Salam, Yang Mulia. Ternyata pesuruh Anda cukup gesit mengetahui keberadaan saya," timpal seorang laki-laki paruh baya yang masih menawarkan keatletisan.

"Paman, ingin menukar nyawa saya?" geram Evellyn.

Lelaki berkumis itu tertawa lebar seakan berani menghadapi kemurkaan seorang Windsor. "Tidak mungkin, Yang Mulia."

Gadis bergaun biru laut di hadapannya tampak gusar dan sedikit gemetar. Bagaimanapun juga, ia hanya menguji ketangkasan keponakannya itu. Tadi ia mengamati, dari arah barat daya, sesuatu berjalan cepat kemudian memelan. Pikirnya, itu adalah musuh yang hendak menyerang.

"Anda mengejutkan kami, Pangeran," protes Grissham.

"Tenang saja, Griss. Aku tau kalau kau akan menyadarinya. Maafkan aku, Eve." Tapi tentu saja bukan Pangeran Devian namanya, jika ia tidak kembali mengacungkan busur ke arah Evellyn.

The King's Surrogate WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang