“Anda benar-benar cantik,” gumamnya Madam Beliora menangis gembira, “Yang Mulia Raja dan Ratu pasti akan bahagia melihat Anda dari atas sana.”
Dua hari berlalu sangat cepat. Sepanjang pagi ini, tubuh Evellyn terasa pegal setelah diharuskan duduk melihat puluhan penata rias sibuk mendandaninya. Mereka seolah membuatnya menjadi orang lain.
Mata hitam keunguannya bersatu dengan gaun dan rambut yang senada. Lekuk-lekuk kain sifon yang lembut menonjolkan bentuk tubuhnya yang sempurna. Mahkota, kalung, gelang serta hiasan lain, membuatnya makin cantik layaknya putri negeri dongeng.
Detik-detik menjelang pesta pernikahan, semakin banyak tamu yang meragukan Evellyn. Bahkan banyak yang mempertanyakan ketidakhadiran Duke of Cornwevic beserta keluarga. Mereka merasa ada skenario di balik pernikahan politik ini.
Evellyn bahkan tidak gugup sama sekali, ketika Earl of Clementine menuntunnya menuju Elleinder yang tampak bersinar dengan senyuman, di depan pendeta. Mata mereka beradu saling menyelami.
Begitu keduanya disandingkan, decak kagum tamu undangan menguar di udara. Evellyn yang cantik memesona dan Elleinder yang gagah tampan. Sungguh perpaduan yang sempurna.
Sesaat setelah itu, janji suci kedua pimpinan Skyvarna terdengar menggetarkan hati siapa saja, bahkan uskup kerajaan sekali pun. Suasana penobatan penuh rasa khidmat. Tanggung jawab bertambah di pundak Raja dan Ratu Skyvarna.
Gereja Salisbury menjadi tempat keluar sang pengantin, Evellyn dan Elleinder diboyong kembali ke istana. Pesta mulai berlangsung dengan meriah. Pesta kerajaan yang menjadi ladangnya berfoya-foya.
Siang, sore, hingga malam, pesta digelar besar-besaran. Banyak koran mengabadikan momen tersebut demi menjawab rasa penasaran rakyat.
Menjelang pagi, para tamu mulai pulang. Evellyn sendiri kini terdampar di dalam ruangan penuh wewangian yang malah membuatnya mual. Ia tidak mempercayai semua ini!
Beberapa waktu lalu ia masih bisa terbang bebas. Ia masih bisa bercanda dengan Beliora dan putranya. Ia masih bisa menertawakan tingkah prajurit Skyvarna. Tapi sekarang, ia tengah terduduk, di dalam kamar pengantinnya—menanti kehadiran suaminya?
Semua bergerak begitu mudah. Mimpi buruknya benar-benar terjadi. Kini ia menyandang status sebagai istri dari Yang Mulia Paduka Raja Kerajaan Skyvarna, Elleinder Bardolf.
Hal yang sulit untuk dipahami, putri yang ditirikan Duke of Cornwevic telah menjadi Ratu Kerajaan Skyvarna, orang nomor dua sepenjuru negeri. Gosip-gosip akan mengarah pada kedudukan barunya.
Baru saja Evellyn ingin beranjak bangkit. Pintu terbuka dan Elleinder masuk. Mengejutkan Evellyn hingga ia mematung di atas pembaringan.
“A—apa Anda akan tidur di sini?” Evellyn membuka pembicaraan.
“Tentu saja, Eila. Kita suami istri. Tidur sekamar adalah hal wajar,” ucap Elleinder memberi pengertian kemudian duduk di sisi istri barunya.
Lagi-lagi Evellyn terdiam. Ia pikir Elleinder akan menganggapnya sebagai ratu tanpa harus menjalani hari berdua.
“Tenang saja, Eila. Kita harus mencoba saling mengenal dulu. Tidurlah, aku berjanji tidak akan melakukan hal aneh. Aku akan tidur di sofa,” ucapnya seraya menunjuk sofa yang menghadap ke perapian.
Raja Elleinder adalah laki-laki yang mudah untuk dicintai. Sifatnya yang jentelmen sedikit mencairkan dinding di hati Evellyn. Meskipun ia tidak pernah tahu, hal aneh apa yang yang dimaksudkan suaminya itu. Dan ia tidak ingin bertanya lebih lanjut.
“Sekarang Anda bukan hanya Raja Skyvarna, tetapi juga suami saya. Tentu tidak sopan rasanya mengusir sang pemilik dari tempat tidurnya sendiri. Saya—saya tidak keberatan tidur bersama Anda.” Selesai mengatakan itu Evellyn merasa darahnya berdesir. Wajahnya memanas.

KAMU SEDANG MEMBACA
The King's Surrogate Wife
Fantasy(Masuk Tahap Revisi) Elleinder muda harus menggantikan sang ayahanda yang baru saja meninggal, terutama mengikuti kehendak ibundanya untuk menikahi calon permaisuri terpilih. Ia menerima Evellyn bukan sekadar cinta apalagi kecantikan gadis itu. Ent...