"Dulu kita sahabat teman begitu hangat mengalahkan sinar mentari"
"Dulu kita sahabat berteman bagai ulat berharap jadi kupu-kupu"
"Tiara...Titi main yuk.." terdengar suara yang tak asing bagiku.Dia adalah seorang anak laki-laki yang banyak orang bilang keturunan cina, namun ketika aku menanyakan hal itu padanya dia menjawab bahwa ia bukan keturunan cina.
"Owhhh iya bentar ya, aku siap siap dulu" jawabku sambil berteriak dari dalam rumah.
Aku tidak mempersilakannya masuk ke dalam rumah, karena posisiku yang baru saja bangun dari tidur siangku.
Sekitar 15 menit aku telah selesai dalam untuk membereskan mukaku agar terlihat fresh kembali. Aku kembali mengecek kembali wajahku di depan cermin untuk memastikan tidak ada lagi yang kotor apalagi kotoran mata, pastilah malu kurasa bila masih ada di wajahku.
Setelah kurasa telah beres, akupun keluar dari dalam rumahku untuk menemuinya dan pergi bermain entah kemana yang ia mau. Dan ternyata setelah aku membuka pintu, aku mendapatkan semburan ceramah atau lebih tepatnya omelan darinya karena sudah menunggu lama.
"Hai..." ucapanku terpotong olehnya karena omelannya pada diriku yang kurasa aku hanya menggunakan waktu 15 menit untuk bersiap-siap.
"Lama banget sih ti, udah 30 Menit aku menunggumu di sini, mana matahari masih panas lagi bukannya disuruh masuk kek" dalam hati aku memprotes omelannya yang mengatakan 30 menit menungguk ku dan aku lihat jam tanganku dan ternyata benar sudah pukul 15.30 wib.
Aku juga merasa kasihan padanya karena mukannya kelihatan memerah karena pancaran sinar matahari yang begitu menyengat kulit putihnya itu.
"Hehehe, maaf-maaf aku baru bangun tidur tadi makanya agak lama siap-siapnya" jawabku sambil tersenyum cengengesan kepadanya.
"Jadi kita mau main kemana nih?" Lanjut ku untuk menanyakan kemana kami akan pergi bermain.
"Hmm... gimana kalo kita main sepeda keliling komplek, trus kita istirahat di taman"
"Gimana mau nggak ti?" Aku berpikir sejenak untuk ajakannya itu.
"Hmm.. boleh deh itung-itung olahraga juga, tapi aku ambil sepeda dulu ya, kamu juga ambil sepeda kamu"
Jarak rumahku dan rumahnya hanya dibatasi oleh jalan yang berarti rumah kami berdua berhadapan atau lebih tepatnya berseberangan saja.
Setelah kami mengambil sepeda kami masing-masing, kami bertemu kembali di depan rumahku. Dia menjalankan duluan sepedanya dan aku susul hingga aku berada disampingnya. Selama perjalanan kami kadang bercanda ria ataupun saling berpacuan untuk sampai terlebih dahulu ke taman. Dan tanpa terasa kami telah sampai di taman dan yang pertama kali sampai dan aku yang terakhir dengan jarak waktu dengan 5 menit.
"Gimana ti? Capek ga? Seru gak? Hehehe..." ucapnya yang muncul secara tiba-tiba sambil membawa 2 botol air mineral dari belakang ku yang tengah duduk santai sambil beristirahat.
Sebelum menjawabnya, aku menarik nafas dulu dalam-dalam dan membuangnya secara kasar untuk menetralkan pernafasan ku yang masih ngos-ngosan karena mendayungkan sepeda dengan cepat agar cepat sampai ke taman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Timeless Memories
Teen Fiction"Jangan pernah tinggalkan aku ya" "Semoga kita tidak berpisah" Welcome readers di cerita pertama aku Jangan lupa untuk follow aku dan memasukkan cerita ini ke perpustakaan kalian ya Since 2020 Augustus 4