⭐Part 1⭐

777 25 1
                                    

"Mas... Heels aku ke mana?" teriak Afra dari dapur tempat di mana rak sepatu di apartemen itu berada. Yuda yang mendengar teriakan istri tercintanya hanya bisa menggelengkan kepala.

Apa lagi, sang istri sedang mengandung di mana hormonnya tidak stabil. Marah-marah, menangis tanpa ada sebab. Hanya masalah sepele saja terkadang Afra sampai menangis.

"Apa bee. Ngga, kamu ngga boleh pake heels, inget bee. Kamu bawa siapa itu di perut kamu."

"Terus aku pake apa Mas?" tanya Afra sebenarnya dia tidak terima dilarang oleh sang suami. Tapi ada benarnya juga apa yang dikatakan sang suami.

"Nih, kamu pake flatshoes aja ya." tunjuk Yuda seraya membantu Afra mengenakan nya.

"Okey, yuk berangkat. Entar Syifa marah lagi sama aku gara gara aku telat datengnya." Yuda hanya bisa menggelengkan kepalanya. Tadi marah marah, sekarang sudah tersenyum riang. Dasar bumil.

Mereka mau mendatangi akad nikah dari salah satu sahabatnya. Ya siapa lagi jika bukan Syifa. Yang menyusul setelah dirinya. Tinggal Putri dan Kiki yang masih bertahan dengan kesendirian.

Tapi tidak dengan Putri sebenarnya, karena Putri sebenarnya sudah sering diajak lebih serius oleh Abangnya. Tapi selalu bilang, nanti. Padahal dulu, Putri yang selalu minta ada status di antara hubungan nya dengan Bobby.

Tapi setelah Bobby mau memberi Putri status yang jelas secara agama dan negara, selalu mengalihkan pembicaraan jika sudah mengenai hal tersebut.

"Entar di sana, kamu jangan terlalu aktif ya. Inget, kamu bawa buah cinta kita ya bee." tidak bosan Yuda selalu mengingatkan hal tersebut kepada sang istri.

Dia paham, istrinya ini tipikal orang yang banyak tingkah. Tidak bisa diam jika tidak ditegur secara langsung.

"Iya Mas. Protektif banget sih," dumel Afra seraya menyenderkan kepalanya di bahu sang suami.

"Bukannya protektif. Aku tuh sayang sama kalian." ujar Yuda seraya menggenggam punggung tangan Afra, dan menciumnya dengan segenap rasa yang dia punya.

"Iya iya. Tau kok Pak Dosen." Yuda memang masih menjadi seorang dosen di kampusnya. Hanya saja, sekarang fokusnya dibagi menjadi dua.

Dia memiliki kafe yang baru buka. Yuda membangun kafe tersebut dengan sang istri, membangun dari nol menggunakan tabungan yang dia punya.

"Love you," gumam Yuda sambil menciumi punggung tangan Afra.

"Iya. Aku tau." balas Afra diiringi dengan kekehannya. Tanpa dibalas pernyataannya, Yuda pasti sudah tahu tentang perasaannya. Bahkan dulu, Afra lah yang berjuang pertama kali. Tau lah kalian.

"Mas, jadi inget kita beberapa bulan yang lalu deh," ujar Afra.

Yuda langsung menyuruh Afra menggamit lengan kiri nya, "Dan sekarang udah gol malah. Unggulkan bibit aku," sombong Yuda yang membuat Afra mencubit perutnya.

"Inget tempat!" Sebenarnya Afra ingin memisahkan dirinya dan menemui teman kampus yang lain. Tapi Yuda segera mencegahnya, dan tetap menyuruh Afra menggamit lengan nya.

"Afra," teriak Putri ketika baru saja dia dan Yuda masuk ke gedung yang di mana akan dilangsungkan akad dan diteruskan dengan pestanya.

Yuda pasrah, melepaskan sang istri ke tempat di mana para teman kampusnya berkumpul tapi matanya masih mengawasi. Sedangkan dirinya memisahkan diri bersama dengan para kerabat yang dia kenal.

"Ihhh Ya Allah.. 2 bulan ngga ketemu udah blendung aja ini si penganten baru." ledek Putri.

"Iya dong. Kan membuahkan hasil." Kiki yang mendengar obrolan keduanya hanya bisa menggelengkan kepala.

DOSGAN ~(After Maried)~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang