⭐Part 4⭐

344 14 1
                                    

Yuda terbangun dari tidurnya, tapi dia merasa berat. Seperti ada yang menindihnya dibagian perut. Ketika dirinya bangun untuk melihat, ternyata benar. Ada tangan yang memeluknya.

Senyumnya terbit melihat wanita yang ada disampingnya. Dia tidak menyesal sama sekali, ketika kemarin dia muntah muntah di karenakan ngidam sang istri. Yuda menyingkirkan tangan Afra yang bertengger di perutnya. Dan menunduk di depan perut Afra.

"Sayang-sayangnya Pipi, makasih yaa kemarin udah nyusahin Pipi. Cepet hadir ke dunia ya sayang, Mimi sama Pipi nungguin kalian." bisik Yuda tepat di depan perut Afra.

Kalian? Entah kenapa Yuda merasa Afra tengah mengandung 2 nyawa. Bukan apa-apa, perut Afra jika hanya mengandung satu nyawa tidak akan buncit besar di usianya yang masih 3 bulan. Itu pun hanya perkiraan Yuda. Bukan medis.

Afra jika di ajak chekup selalu menghindar. Ya Yuda sudah tau, alasananya. Yuda bangkit dari kasur dan berjalan menuju kamar mandi. Guna membersihkan diri dan mengambil air wudhu untuk solat subuh.

Sekeluarnya Yuda dari kamar mandi, dia masih melihat sang istri terlelap dengan nyenyaknya. Tanpa terusik sedikit pun.

"Bee, bangun sayang. Kita solat berjama'ah yuk." bisik Yuda seraya mengelus dahi sang istri dengan sayang.

Sang empu yang merasa terusik dengan tidurnya, merenggangkan badannya dan perlahan membuka matanya, "Jam berapa Mas?" tanya Afra khas suara bangun tidur dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka lebar.

"Jam 5. Sana ambil wudhu, aku tungguin." Afra tidak langsung bangkit dari kasurnya, tetapi mengulurkan kedua tangannya. Meminta Yuda untuk membantunya bangun.

Yuda yang mengerti isyarat dari sang istri, dengan sigap membantunya menuju kamara mandi. Walaupun wudhunya batal lagi, dia rela untuk mengambil wudhu di kamar mandi dekat dapur.

Dua sejoli sedang asik bercengkrama pagi nya dengan menyenderkan badan mereka di dipan kasur, "Mas ngajar hari ini?" tanya Afra bersender di dada sang suami seraya memainkan kancing baju kokonya yang belum dilepasnya.

"Nanti abis dzuhur aku ada jam. Paling pagi ini aku mau ke resto aja, ada yang harus aku urus. Kenapa emang?"

"Mau ke resto? Ikuttt." tanya Afra di akhiri dengan rengekan meminta ikut ke restor mereka.

"Yaudah, siap-siap gih kamu."

"Mas mau sarapan apa?" tanya Afra yang sudah bangkit dari kasur sambil mengenakan sandal hello kittynya.

"Terserah kamu aja. Yang penting kamu ngga capek ya, jangan maksain." jawab Yuda sambil melepaskan baju kokonya.

"Oke, eh iya kamu buatin susu aku." pinta Afra. Dia tidak mau minum susu jika itu bukan buatan Yuda. Walaupun dirinya sendiri yang buat dia tidak akan meminumnya. Aneh bukan? Yaa memang seperti ini, permintaan anaknya.

Afra asik berkutat dengan wajan dan sutil di depannya seraya menyenandungkan solawat yang dihafalnya. Supaya sang anak akan terbiasa mendengar nada solawatan. Itu pun Maminya yang memberi saran.

Dia tersentak kaget, ketika sebuah tangan kekar memeluknya dari belakang. Dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Afra. Dia tahu siapa pelakunya, sudah menjadi hal biasa sebenarnya jika dia berkutat di dapur pasti sang suami merecokinya.

"Dulu aku tuh meluknya enak loh bee. Eh sekarang ngga nyampe, kehalang sama perut kamu." gumam Yuda di ceruk leher Afra, dan masih bisa didengar oleh sang empu.

"Sekali lagi kamu nyalahin perut aku, tidur di luar!" Seketika tubuh Yuda menjadi kaku mendengar ancaman menyakitkan. Mendengarnya saja, Yuda sudah bergidik ngeri. Apa lagi jika benar benar di lakukan sang istri?

DOSGAN ~(After Maried)~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang