⭐Part 6⭐

256 15 2
                                    

Afra keluar dari kamar Baby berusaha mati matian menahan malunya tadi. Sedangkan Yuda hanya memasang muka flatnya. Huh sungguh menyebalkan sekali suaminya ini. Afra dan Yuda bergabung di meja makan, di sana sudah ada bunda Gina dan juga Baby.

Baby berusaha menahan tawanya yang akan keluar. Dan sengaja menatap kakak iparnya itu dengan tatapan yang menggoda. Afra yang ditatap dengan tatapan menggoda adik iparnya, hanya menundukan kepalanya. Dia merasa pipinya memanas. Yuda melihat sekilas, istrinya sedang menahan malu. Akibat godaan dari adiknya sendiri,

"By, jangan di godain. Tuh liat mukanya tambah merah." bukannya membela, Yuda malah tambah mengompori. Afra memukul bahu Yuda pelan.

Dia geram, bukannya dibela malah tambah dipojokan. Tawa Baby membahana ketika melihat kakak iparnya bertambah malu. Bunda Gina hanya menggelengkan kepalanya saja, melihat adegan saling meledek. Dan yang menjadi korban menantunya.

"Udah ah. Ada rezeki di depan kalian, ngga boleh kayak gitu." peringat bunda Dira. Mereka langsung diam seketika, Afra mengambil piring untuk suaminya terlebih dahulu. Baru setelah itu mengambil untuk dirinya sendiri.

Setelah selesai makan malam, Afra membantu bunda Dira untuk merapikan meja makan. Sedangkan Yuda sudah berlalu ke ruang tengah dan Baby sudah ke kamarnya untuk menyelesaikan tugas kuliahnya.

"Gimana keadaan cucu Bunda?" tanya bunda Dira ditengah kegiatan mencuci piring nya.

"Alhamdulillah Bun, mereka baik." jawab Afra sambil menerima piring yang diberikan mertuanya setelah di cuci. Padahal tadi dirinya sudah menawarkan diri untuk mencuci piring. Tapi Bunda Dira sangat melarangnya. Dan jadi lah dia yang mengelap dan menerima piring yang sudah di cuci.

"Mereka?" beo Bunda Dira tidak mengerti maksud dari kalimat menantunya.

"Kembar Bun kayaknya. Tapi aku belum periksa, tapi aku ngerasa perut aku tuh gedenya ngga kayak yang hamil satu anak Bun," bunda Dira menganggukan kepalanya.

Dia paham, menantunya trauma dengan yang namanya rumah sakit, jadi belum memeriksakan kehamilannya. Perlahan mungkin putranya bisa menyembuhkan rasa trauma itu.

Bunda Dira sudah selesai mencuci piringnya dan mengelap tangannya yang basah dengan lap kering yang menggantung, "Sehat sehat yaa cucu-cucu Omah." ujar bunda Dira sambil mengelus perut menantunya yang memang sudah membesar di kala usianya baru mau masuk 15 minggu.

"Makasih Omah," jawab Afra dengan suara yang di buat seperti anak kecil.

"Yaudah, kamu samperin suami kamu sana. Bunda mau ke kamar dulu ya." Bunda Dira segera berlalu menuju kamarnya sendiri. Sedangkan Afra tidak langsung berlalu, dia ingin memakan cemilan.

Akhirnya Afra membuka kulkas di dapur, melihat makanan apa yang akan di makannya. Bunda Dira memang sudah membebaskan Afra melakukan apapun di rumahnya. Tanpa perlu sungkan. Mata Afra berbinar, ketika melihat seonggok mangga yang membuat air liurnya ingin menetes.

Tanpa membuang waktu lagi, dirinya langsung mengambil mangga itu dan mencari pisau. Lalu membawanya ke ruang tengah untuk dinikmatinya. Yuda merasa sofa di sebelahnya seperti di duduki oleh seseorang. Dan benar, tidak lain dan tidak bukan adalah istrinya.

Yuda hanya memperhatikan saja apa yang dilakukan Afra tanpa mengeluarkan sepatah kata. Bisa runyam jika dia berkata salah di depan bumil.

"Mas.." panggil Afra lebih terlihat seperti rengekan sebenarnya, dia merasa kedatangannya seperti tidak di hiraukan oleh sang suami. 

"Hm,"

Afra meletakkan pisau yang dipegangnya dengan kasar. Yuda hanya melirik saja, dia ingin melihat bagaimana reaksi istrinya setelah ini. Ternyata sang istri langsung bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah kamar Baby.

DOSGAN ~(After Maried)~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang