3

8.8K 1.4K 65
                                    

Cerita ini pernah tamat di wattpad

Punya akun kbm app bisa subscribe Aqiladyna ikuti cerita saya di sana secara lengkap. Rinai sdh lengkap di sana sampai epilog.

* bisa di baca di aplikasi KARYAKARSA Aqiladyna

***

"Mikael benar Rinai sudah memiliki kekasih."

Hujan hanya terdiam mendengar info yang di bawakan Aron padanya. Duduk santai di sofa menyanggakan kepalanya dengan satu tangan. Tatapan Hujan mengarah pada jendela kaca yang basah dari luar di terpa air hujan yang begitu deras turun dari langit. Bayangan wajah Rinai terlintas di benaknya, terlebih cincin emas yang melingkar di jari manis gadis itu seketika membuat hati Hujan meradang. Ternyata gadis itu sudah memiliki kekasih, memang seperti apa lelaki itu hingga Rinai jatuh hati dan berani menolak seorang Hujan Edzard Elvano.

"Siapa nama lelaki itu?" Tanya Hujan serak.

Aron terkekeh, melipat kakinya menyilang yang duduk santai bersebalahan dengan Hujan.

"Guntur Narendra 33 tahun, lelaki itu pemilik cafe kecil di mana Rinai bekerja. Mereka baru berpacaran sekitar 4 atau 5 bulan sepertinya." Jawab Aron.

"Apa lelaki itu sempurna hingga Rinai menolakku?" Tanya Hujan menoleh dingin pada Aron.

"Hei kawan percaya dirilah, lupakan Rinai, seleranya rendahan. Jangan pernah kamu membandingkan dengan lelaki pemilik cafe itu, dia tidak ada apa-apanya." Kekeh Aron.

Hujan berdecak, rahangnya mengeras  mengambil botol minuman di atas meja dan menegaknya.

"Kuperhatikan sejak kamu di tolak Rinai, kamu sering minum." Kata Aron.

"Aku benci dengan kegagalan." Sahut Hujan mengantupkan giginya.

Aron menghela nafasnya, bersandar nyaman di sofa. " Aku tidak menyangka kamu bisa jatuh hati pada gadis biasa itu, padahal menurutku banyak wanita berkelas yang rela mengangkang dan merangkak di bawahmu."

"Aku pun tidak mengerti." Sahut Hujan.

Jangankan Aron yang tidak menyangka kenapa Hujan menyukai gadis yang bisa di katakan sangat biasa dan tidak ada apa apanya di bandingkan dengan banyak wanita yang mengejar Hujan, yang cantik dan kaya raya. Mungkin karena Rinai berbeda di antara mereka. Gadis itu polos dan cantik natural, tanpa make up momoles wajah bersihnya. Hujan selalu terpana saat wajah teduh gadis itu bersitatap dengannya.

"Aku punya ide untukmu." Kata Aron membuyarkan lamunan Hujan.

"Ide apa?" Tanya Hujan mendelikan matanya ke samping pada Aron.

"Tidakkah kamu gunakan kekerasan sedikit pada gadis itu, dia mahasiswi beasiswa. Kamu bisa mencabut beasiswanya dan menendangnya dari kampus kalau ia bersikeras menolakmu." Usul Aron bersemangat.

"Tidak!" Sahut tegas Hujan.

Aron sedikit terperangah dengan jawaban Hujan, tidak biasanya Hujan menolak usulnya. Biasanya para mahasiswa dan mahasiswi bermasalah dengan Hujan selalu di ancam tanpa mengampunan, bahkan di antaranya langsung di DO dari kampus.

"Lalu apa rencanamu?" Tanya Aron penasaran.

Hujan hanya menyeringai tanpa berkenan menjawab mengudang tanda tanya besar. Aronpun tidak mampu meneka rencana apa yang di dalam pikiran Hujan.

****

Sangat pagi sekali Rinai sudah bangun dan berkutat di dapur. Pagi ini ia hanya mengolah nasi goreng dengan telur mata sapi untuk sarapan. Ada beberapa sayur di dalam  lemari pendingin yang ia tambahkan ke dalam nasi goreng yang ia aduk di dalam wajan pengorengan di atas kompor, tidak butuh waktu lama nasi goreng yang Rinai inginkan sudah matang yang ia sajikan di atas piring. Rinai membawa nasi goreng dengan segelas teh hangat yang barusan di buatnya di atas meja. Mengeser Kursi kayu, Rinai duduk menyatap sarapannya. Rinai mendelik pada jam dinding yang menunjukan pukul 6 pagi. Masih ada waktu untuknya membersihkan rumah dan mencuci pakaian sebelum ia pergi ke kampus.

Rinai (Long Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang