Punya akun kbm app bisa subscribe Aqiladyna ikuti cerita saya di sana secara lengkap. Rinai sdh lengkap di sana sampai epilog.
RINAI JUGA BISA DI BACA DI APLIKASI KARYAKARSA AQILADYNA
Cerita Rinai sudah pernah tamat di wattpad.
Kalau kalian ingin koleksi cerita saya bisa membelinya di playstore buku atau pdf original bisa wa+62 822-1377-88wa (putri)
Mobil memasuki halaman, di pakirkan di dalam garasi, Guntur keluar dari dalam mobil melangkah masuk ke dalam rumahnya. Kedatangannya di sambut seorang wanita paruh baya yang masih nampak cantik, dengan rambut sebahu dan berkulit bersih. Raut wajah wanita yang nampak cemas beransur lega mengiringi Guntur yang terus melangkah menuju kamar pribadi.
"Kamu dari mana saja sayang kenapa kemarin tidak pulang. Ibu dan ayahmu sungguh mencemaskanmu." Cecar si wanita itu menatap Guntur yang duduk dj pinggir ranjang melepaskan jam tangannya.
"Ibu sampai menelpon Wulan, dia juga sangat mencemaskanmu."
"Aku baik Bu."
"Lalu kenapa kamu tidak pulang, apa kamu menginap di cafe? ibu sebenarnya ingin menyusul tapi Wulan meminta ibu menunggumu di rumah."
"Aku tidak menginap di cafe." Guntur melepaskan dua kancing kemeja bagian atasnya.
"Apa kamu menginap di tempat kekasihmu?" Tanya ibu Guntur dengan perubahan wajah yang datar.
"Tidak. Aku ingin istirahat Bu." Guntur berlalu dari ibunya menuju kamar mandi baru ia menyentuh handle pintu langkahnya terhenti karena ucapan ibunya.
"Ibu sebenarnya kurang setuju kamu memilih gadis itu, kita punya keluarga besar yang berpendidikan dan terpandang. Tapi ibu tidak ingin memaksakan, kalau benar kamu mantap dengan gadis itu, ibu dan ayahmu akan merestuinya asal dia mampu menyelesaikan pendidikannya." Kata ibu Guntur berlalu keluar dari kamar.
Guntur menghela nafasnya, ia masuk ke dalam kamar mandi menghidupkan air shower membiarkan tubuhnya basah dengan masih berpakaian.
Di saat keluarganya sudah berpihak pada hubungannya dengan Rinai malah Rinai pergi entah ke mana. Guntur sungguh menyayangkan keputusan di ambil Rinai. Seharusnya Rinai bisa menunggu dan bicara padanya, bukan malah menghindar dari masalah ini.
Di sini Gunturlah paling tersakiti, ia seakan terkhianati bahkan ia tidak tahu nama lelaki yang berhasil menyentuh tunangannya.
Miris sekali, di saat ia berpacaran tidak pernah ia menyentuh Rinai jauh lebih dari sekedar pegangan tangan dan berpelukan, tapi lelaki itu sekejap telah berhasil mengambil semua haknya.
"Rinai Nayara, kamu dimana?" Lirih Guntur dengan kepala tertunduk dan kedua tangan menyangga ke dinding kamar mandi.
Guntur masih berharap Rinai akan kembali dan meminta maaf padanya. Karena Guntur sudah memaafkan. Ia tidak mampu membenci Rinai dengan kesalahan gadis itu lakukan.
Guntur mengerang, memukul dinding dengan kuat, ingatan kebersamaan Rinai yang indah terekam ulang di kepalanya semua hancur seketika saat Rinai memberi pengakuan ia telah di perkosa. Andai Rinai tidak memberikan celah tentu permerkosaan itu tidak terjadi.
Di saat masalah masih membelitnya, di tambah dengan permasalahan baru dengan percintaannya bersama Wulan. Guntur terlalu khilaf di bawah pengaruh minuman alkhol meski ia masih sadar sepenuhnya tapi ia tidak mampu mengontrol diri pada gairah yang hadir di antara ia dan Wulan.
Guntur akui Wulan sosok wanita yang lembut dan mampu membangkitkan libidonya seketika, percintaannya dengan Wulan sungguh sangat panas, wanita itu sangat indah terlebih saat menyembut namanya. Meski Wulan bukan perawan rasa wanita itu menakjubkan.