8

5.1K 1.1K 69
                                    


( Rinai sudah pernah tamat di wattpad)

-Rinai bisa si baca lengkap lengkap di KBM APP.

-Rinai bisa di baca lengkap di Karyakarsa Aqiladyna

***

Air panas di seduh ke dalam gelas teh yang sudah di beri gula, Rinai mengaduknya berapa kali dengan sendok lalu membawanya ke ruang tamu. Di tatapnya Hujan yang masih kedinginan karena pakaiannya yang basah. Rinai meletakan segelas teh panas di atas meja, ia berbalik lagi menuju kamar. Rinai membuka lemari mengambil handuk bersih dan baju kaus milik Guntur.

Sebenarnya Rinai ragu meminjamkan baju kaus Mas Guntur pada Hujan, takut Hujan berfikiran negatif tentangnya memiliki baju lelaki, padahal baju ini masih sangat baru hanya tertinggal dan Rinai lupa mengembalikannya pada Mas Guntur. Tapi kalau Rinai tidak meminjamkannya melihat Hujan yang masih menggigil kedinginan membuat Rinai tidak tega.

Rinai membawa handuk dan baju kaus ke ruang tamu dan memberikannya pada Hujan.

"Handuk dan baju kaus, kamu bisa memakainya dulu." Kata Rinai canggung.

Kening Hujan terlihat mengerut memperhatikan handuk dan baju kaus di tangan Rinai. Hujan mengambilnya mengunakan handuk mengeringkan rambut basahnya lalu baju kaus yang ia rentangkan. Tatapannya mendelik pada Rinai seakan mempertanyakan baju kaus itu milik siapa.

"Pakailah, tidak apa?"

"Kamu punya baju kaus pria?"

"Itu....." ucapan Rinai terhenti ia bingung harus menjawab apa.

"Baju kekasihmu?"

Pupil mata Rinai sedikit membesar. Ternyata Hujan mengetahui Rinai sudah memiliki kekasih lebih tepatnya calon suami. Rinai bungkam tidak berkenan menjawab, mengalihkan tatapannya dari Hujan.

"Apa tidak masalah aku memakai baju kekasihmu?" Tanya Hujan memperhatikan wajah Rinai.

"Tidak apa." Jawab Rinai pelan.

"Baiklah, terima kasih." Kata Hujan melepaskan pakaiannya yang basah hingga tubuh atletisnya terlihat jelas, wajah Rinai seketika merona, ia memalingkan tubuhnya saat Hujan menganti pakaian di hadapannya.

Hujan mengulum senyumnya, ia sengaja melakukannya membuat Rinai merona merah menjadi pemandangan terindah baginya. Kini ia sudah mengenakan baju kaus milik kekasih Rinai. Sebenarnya ia tidak sudi tapi Hujan terpaksa melakukannya.

"Apa kamu tidak mau duduk." Kata Hujan menjatuhkan bokongnya duduk di sofa.

Rinai membalik tubuhnya, tersenyum kaku dan duduk bersebrangan dengan Hujan. Tidak ada yang mereka bicarakan, hanya hening merayapi sembari mendengarkan suara hujan yang masih turun dengan derasnya di luar sana.

Rinai mendelikan matanya pada Hujan yang sibuk dengan ponsel pintarnya. Sebenarnya Rinai heran kenapa Hujan ke rumahnya, atau ketidak sengajaan lagi karena kehujanan di jalan maka Hujan memutuskan ke sini mengingat lelaki ini hanya mengendari motor.

Rinai tertunduk saat Hujan selesai mengunakan ponsel, meletakan ponselnya di samping tempat duduknya.

"Boleh aku minum tehnya?" Tanya Hujan buka suara.

"Te...tentu." jawab Rinai gugup membalas tatapan Hujan yang sangat tajam.

Hujan meraih gelas menyesap teh tanpa pandangannya teralihkan dari Rinai.

"Kenapa bisa kamu ke sini?" Rinai memberanikan diri bertanya.

"Aku ingin meminjam buku materi kuliah padamu?" jawab Hujan.

Rinai (Long Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang