5

12.1K 1.3K 50
                                    

Cerita ini pernah tamat di wattpad

Punya akun kbm app bisa subscribe Aqiladyna ikuti cerita saya di sana secara lengkap. Rinai sdh lengkap di sana sampai epilog.

Rinai sudah ada di Karyakarsa.

***

"Aku akan mengganti uangmu." Kata Rinai pada Hujan saat mereka keluar dari supermaket. Hujan hanya memberikan ekspresi datar, ia berpaling menghadap Rinai, dengan tangannya di masukan ke kantong jaket.

"Kamu tidak perlu menggantinya." Sahut Hujan.

"Aku akan tetap menggantinya. Aku tidak ingin berhutang budi. Saat dompetku di temukan aku berjanji akan segera melunasinya padamu."

"Terserah." Percuma bagi Hujan ia bersikeras dengan gadis ini karena gadis ini juga sangat keras kepala.

Setelahnya mereka diam satu sama lain. Rinai tidak mengerti kenapa suasana secanggung ini mungkin memang karena ia tidak mengenal Hujan secara dekat, terlebih kejadian tadi siang membuat emosinya memucak.

Ponsel Rinai berdering, ia segera merogoh dalam tasnya mengangkat panggilan dari teman satu kerjanya.

"Hallo!" Sapa Rinai.

"Hallo Rinai, kamu dimana? aku menemukan dompetmu terjatuh di cafe."

"Aku belum pulang masih di kawasan dekat sini, kamu di mana?"

Dengan seksama Rinai mendengarkan temannya yang berada di sebuah rumah makan dan meminta Rinai mengambil sendiri dompet padanya karena temannya itu tidak bisa mengantarkan. Rinai bingung sendiri bagaimana ia bisa menaiki angkot untuk menuju dan mengambil dompetnya, sedangkan uang sepeserpun ia tidak punya. Rinai mendelik pada Hujan yang mulai berbalik melangkah pergi.

Rinai mematikan ponselnya dan melangkah tergopoh -gopoh mengejar Hujan.

"Tu...nggu!" Seru Rinai hingga Hujan berbalik padanya.

"Ada apa?"

"Kamu mau pulang?"

"Ya."

Rinai menggigit bibirnya, haruskah ia meminta bantuan Hujan untuk mengantarnya. Setelah menimbang dan berpikir tidak ada pilihan lain, Rinai terpaksa minta pertolongan Hujan.

"Bisakah kamu mengantarku untuk mengambil dompetku pada temanku. Dia barusan menghubungiku." Kata Rinai dengan wajah yang sedikit memelas.

"Ikut aku." Hujan kembali melangkah membuat Rinai lega karena akhirnya Hujan mau membantunya. Rinai lekas mengiringi Hujan dari belakang sampai berhenti di parkiran. Hujan membukakan pintu mobil untuk Rinai, sangat sungkan Rinai masuk ke dalam lalu di susul Hujan yang duduk menyetir mobilnya meninggalkan kawasan supermaket.

Tidak ada pembicaraan di dalam mobil setelah Rinai memberitahu alamat rumah makan di mana temannya berada. Rinai memilih diam memainkan jari jemarinya. Begitupun Hujan lebih fokus menyetir mobilnya.

Ternyata lelaki ini memang sangat dingin. Rinai mendelik pada Hujan, memperhatikan wajah tegas lelaki itu.

'Kenapa bisa lelaki sedingin ini bisa menyukaiku?' wajah Rinai merona, kalau seandainya ia menjadi kekasih Hujan apa mungkin hubungannya akan sedatar ini, hanya banyak diam dan diam.

Deg.

Aiss---Rinai meringis mengutuk pikiran bodoh yang melintas. Bagaimana bisa ia memikirkan lelaki lain saat dirinya sudah memiliki tunangan.

'Mas Guntur maafkan Rinai.' batin Rinai merasa sangat berdosa pada lelaki pujaannya.

Rinai memperhatikan jalan, sebentar lagi mobil akan tiba di rumah makan. Rinai meminta Hujan untuk menepikan mobilnya.

Rinai (Long Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang