Penawar Rasa Sakit

66 24 5
                                    

Pagi Hari. Tenanglah wahai hati yang gelisah seduh lah secangkir kopimu lalu hilangkan rasa kecewamu. Hari ini aku masih bekerja sebagai barista meski dengan hati yang kecewa dua hari aku tidak tidur rumah, aku tidur dimasjid sebelah tempatku bekerja. Rumah yang nyaman layak nya istana kini berubah seakan neraka apapun itu, dunia tak mau tahu tentang masalahmu itu.

"Halo brother..." Teriak aco. Mengejutkanku . Seperti biasa dia datang terlambat Aco adalah sahabatku bukan saja di tempat kerja tapi dirumah karena dia adalah tetanggaku dan kami berteman sejak kecil.

"Muka lu ngape ditekuk begitu?" tanya aco. Menatapku.

"Ga papa ko..." Jawabku. Santai.

"Lu kemaren kemana aja ga masuk..."tanya aco. Yang sekarang sudah berganti seragam dengan celemek di depan nya itu.

"Ga biasanya lu begitu, udah jangan ngelamun aja lu makin sepi aja nih cafe...." sindir Aco.

"Ya kali ada orang ngopi sepagi ini.." sahut ku. Sembari menimbang biji kopi.

"Ya siapa tau bidadari yang mampir pengen ngopi sebelom balik ke khayangan.."

"ngehalu lu pagi pagi!" Ejek aku. Tak memperdulikan celoteh nya itu.

"Ha ha ha ga papa man ngehalu itu vitamin pikiran.." katanya.Berat.

"Au amat..."

"Man man kaya nya ada bidadari beneran nyasar tuh man.."

"Khayalan lu doang kali tuh!" Aku Tak memperdulikan khayalan kotornya itu.

"Liat dulu sini..." ucap aco.
Membelokan wajahku ke pintu luar yang terdapat perempuan dengan balutan hijab sempurna yang ingin masuk ke cafe.Seolah tuan putri dari khayangan.

"Bening bener..."ucap aco.

"Sepertinya kaya kenal ko kaya Shafa ya..." bisiku dalam hati mengusap usap kan mata ku seolah tak percaya. Ternyata benar adanya dia adalah Shafa.

"Masya Allah.."ucap aco. Melihat Shafa yang mulai mendekat memasuki ruang cafe. Shafa terlihat cantik dengan hijab kuning nya itu. Mugkin aco biasa melihat wanita cantik di cafe ini. Tetapi dia tidak pernah melihat wanita cantik yang menutup aurat sempurna seperti Shafa.

"Assalamualaikum..."sapa Shafa.lembut.

"Walaikum salam uhti.." Jawab aco. Aku sedikit tertawa jujur saja mendengar kalimat thoyyibah yang keluar dari mulutnya itu.

"Pesen apa uhti?"tanya aco. Mengucapkan kata kata yang tak pernah aku dengar dari mulutnya itu.

"Emm ga mas ini saya mau ngembakikan jaket ini aja ke luqman..." Ucap Shafa. Menangkap keberadaanku.

"Woy...." Teriak Aco.

"Lu ada cewe cantik bukan nya samperin malah didiemin.." bisik aco. Menghampiriku.

"Udah samperin sono biar ini gue aja yang beresin..." usir aco.

"Ko lu tau gue kerja disini.." tanya ku. Yang kini berhadapan dengannya.

"Iya ibu yang cerita lagian kamu juga ga pernah main kerumah..."

"Maaf lagi sibuk banget jadi belum sempet main deh.." Mengingat sudah seminggu berlalu saat kejadian itu.

"Gimana kaki lu udah membaik?" tanyaku

" Udah ko alhamdulilah." Jawabnya.tersenyum.

"Emm baguslah...."

"Yaudah aku pesen es coklat capucino nya satu ya..."

"Pagi Pagi udah es?" Tanyaku. Mengingat jam ini jam sembilan jarang sekali orang memesan es jam segini.

Antara Shafa & MarwahWhere stories live. Discover now