PINDAH

6.8K 355 14
                                    

Saya akan berbagi kisah tentang sebuah rumah yang memiliki sejarah kelam. Dimana keluarga saya pernah menjadi saksi dari kengeriannya. Rumah kosong ini, 'Rumah Bekas Tumbal'.

(Semua nama dan lokasi disamarkan demi kebaikan bersama).

***

Di tahun 1985, Pak Hamka baru saja membeli sebuah rumah di kecamatan 'P', dari seorang pengusaha batik yang berasal dari jawa tengah. Ia memutuskan pindah ke sana dari komplek perumahan sebelumnya, karena dirasa lebih dekat dengan tempat kerja sang istri.

Pak Hamka sendiri memiliki sebuah toko meubel di kecamatan 'K'. Dibutuhkan waktu sekitar 30 menit dari kecamatan 'P' untuk sampai di tempat usahanya. Di hari kepindahan, Pak Hamka baru menyadari bahwa rumah mereka berdempetan dengan sebuah rumah kosong. Dari sana sebenarnya sudah merasakan hawa gelap, namun diabaikan.

"Semoga tidak mengganggu." Batinnya.

Terik matahari berhasil membuat peluh membanjiri tubuh. Siang itu Pak Hamka absen membuka toko, karena mengawasi renovasi rumah di hari pertama. Ia memandu para tukang, memberi arahan, memperbaiki bagian-bagian rumah yang sedikit mengalami kerusakan. Bahkan di beberapa bagian, dilakukan pengecoran untuk memperkuat pondasi.

"Pakkkk... Pak Hamka. Tolong kesini pak." Teriak salah seorang tukang.

Pak Hamka segera menghampiri ke sumber suara. Disana 3-4 tukang terlihat mengerumuni sesuatu.

"Ada apa pak?"

Matanya terbelalak mendapati salah seorang tukang memegang sesuatu yang diletakkan diatas kain lusuh. Tulang belulang itu berukuran kecil, bahkan sebagian terlihat tak utuh. Diduga tulang belulang tersebut milik seorang bayi.

"Kok bisa ada ini? Tadi nemunya dimana pak?"

Salah seorang tukang menunjuk ke arah bawah tembok yang sudah di gali. Dimana tembok itu adalah tembok yang berdempetan dengan rumah kosong.

"Ya sudah. Tolong bantu saya membungkus tulang bayi ini. Nanti kita kuburkan secara layak di pemakaman sana."

"Nggih Pak."

Mulai dari situ muncul sedikit kekhawatiran. Namun, Pak Hamka berharap ini hanya sebuah kebetulan.

Waktu makan malam tiba, Bu Nuri, istri Pak Hamka terlihat sibuk menyiapkan makanan yang akan disajikan di meja.

"Dik, tadi para tukang nemu tulang belulang bayi di pojok sana." ucap Pak Hamka tiba-tiba.

Bu Nuri menghentikan kesibukannya. "Astaghfirullah. Terus gimana mas?"

"Mungkin itu bayi yang dikubur pemilik rumah terdahulu."
"Tapi nggak bakalan ada apa-apa kan mas?"

Pak Hamka terdiam sejenak, lalu memaksakan seulas senyum. "Inshaa Allah. Yaa semoga nggak ada apa-apa. Tapi tolong jangan beritahukan ini pada anak-anak . Nanti mereka takut."

Bu Nuri mengangguk. Tak lama kemudian kedua putrinya datang menghampiri meja makan.

*

'DUKKK DUKKK DUKKK'

Pak Hamka membuka mata secara perlahan dan menajamkan pendengaran.

'DUKKK DUKK DUKKK'

Sekali lagi ia mendengarnya, sesuatu memukul keras tembok rumah.

'DUKK DUKK DUKK'

Langkahnya pun terhenti diruang tamu, tepat di depan tembok bekas galian lubang. Dugaannya tepat, suara tersebut memang berasal dari rumah kosong. Pak Hamka memandang tembok lekat-lekat. mencoba berkomunikasi secara batin dengan apa yang ada dibaliknya.

"Siapa kamu?"

Suara pukulan dibalik tembok itu berhenti. Tiba-tiba terdengar suara tawa yang berat dan menggema dari sana.

"Siapa kamu? Kenapa kamu memukul-mukul tembok rumah saya?"

Lagi-lagi hanya ada suara tawa menggelegar, seolah mengejek.

Merasa diacuhkan, Pak Hamka mulai melafalkan doa-doa yang mengakibatkan suara tawa tersebut berhenti dan berubah menjadi suara geraman.

Pak Hamka merasakan intensitas aura jahat yang meningkat dari sana.

'DHUAAAAKKKK!'

Kali ini makhluk itu memukul tembok lebih keras dari sebelumnya, hingga membuat Pak Hamka mundur beberapa langkah. Tak lama kemudian tembok itu kembali hening.

*** 

RUMAH BEKAS TUMBAL (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang