MISTERI RUMAH KOSONG

3.4K 257 4
                                    

Pak Hamka terdiam mematung memandangi rumah kosong itu dari kejauhan. Matanya memicing, mencoba menembus kedalam. Bertanya-tanya misteri apa yang tersembunyi dibaliknya. Dari mata batin, ia hanya melihat sekumpulan makhluk-makhluk tak kasat mata tingkat menengah berseliweran.

Seperti apa yang terdapat pada tempat tak berpenghuni biasa. Tapi kenapa auranya terasa jahat dan pekat sekali. Sekilas tercium bau anyir, hanya saja tertutup dengan bau-bau lain. Seperti aroma menyan berbaur dengan wangi melati yang menyengat. Entahlah.

Yang jadi masalah, energi negatif dari rumah kosong itu sering berseliweran juga ke rumah. Hingga mengakibatkan gesekan energi yang cukup kuat antar dimensi. Hal itu membuat hawa rumah menjadi panas. Tak jarang kedua putrinya juga terkena imbas.

Tika dan Lia jadi sering sakit-sakitan. Padahal Pak Hamka hampir setiap hari membersihkan energi-energi negatif itu dari rumah. Bahkan sekarang, ia jadi jarang ke masjid. Karena lebih memilih mengajak keluarga kecilnya berjamaah di rumah saja.

Awal mula kekhawatiran muncul, ketika ia mendapat laporan dari Lia anak keduanya tentang kemunculan ayam dan Mbok Darmi yang jadi dua. Setelah kejadian itu, demamnya makin menjadi. Karena ada energi negatif yang masih menempel pada Lia.

Mau tak mau Pak Hamka meruwat Lia tiap malam, dengan membacakan ayat kursi 7 kali lalu ditiupkan di ubun-ubun.


Masalah kedua muncul, setelah Tika juga melapor melihat kaki buntung dibelakang rumah kosong. Malamnya, Tika 'girap-girap', 'sawan', atau istilahnya ketakutan, dan selalu terbayang-bayang melihat kaki buntung itu.

Belum lagi yang katanya Mbok Darmi sering diganggu, dengan kejadian perkakas yang tiba-tiba hilang atau berpindah tempat. Tak hanya mbok Darmi, tapi seisi rumah juga pernah dikerjai dengan hal serupa.

"Eh Pak Hamka kok ngelamun sendiri di sini. Awas kesambet loh." Tegur Pak Tejo, salah satu warga komplek.

"Nggak pak. Cuma lagi ngamatin rumah kosong sebelah rumah saya."

Pak Tejo melihat rumah yang ditunjuk Pak Hamka begidik ngeri.

"Hih... Emang rumah itu singup pak alias angker."

"Oh ya. Ya maklum pak namanya juga rumah kosong." Jawab Pak Hamka mengulas senyum.

"Bapak nggak takut apa? nggak pernah diganggu apa-apa gitu?"

Pak Hamka menggeleng berpura-pura tak tahu.

"Gini Pak Hamka, bukannya saya menakut-nakuti atau gimana. Ini supaya lebih berhati-hati aja."

Pak Tejo kembali melanjutkan ceritanya.
"Jadi gini, rumah itu lebih dari 10 tahun gak ditempatin. Warga sering melihat penampakan di sini."

"Oh ya?"

"Iya pak. Ada yang pernah melihat kaki buntung di belakang atau dipekarangan rumah. Ada yang ngeliat pocong. Pernah nih, Bu Isma, itu loh pak. Penjual gorengan yang rumahnya ada dibelakang rumah Pak Hamka. Malam-malam ngelihat seorang bapak tua yang ngerokok di teras rumah kosong sendirian. Dikira memang orang pikun karena perawakannya sudah tua sekali, pas mau disamperin, eh hilang. Orang-orang juga sering melihat wanita berpakaian putih tampak berjalan mondar-mandir di balik jendela."

"Wah rame juga ya pak." Canda Pak Hamka.

"Ya ngeri pak. Uhm.. Pernah ada suatu kejadian. Ada maling yang malam itu dikejar oleh para peronda. Nah, dua orang maling tersebut ternyata bersembunyi di sana. Tak ada seorang pun yang tau. Pagi-pagi mereka berdua ditemukan tergeletak begitu saja di depan rumah kosong."

"Terus?"

"Saat ditemukan kondisi mereka cukup menyedihkan. Salah satunya bibirnya miring membeletot ke kanan, gak bisa balik. Yang satu gak bisa lihat."

"Tapi masih hidup?"

"Ya hidup Pak. Lalu didatangkan orang pintar. Kata orang pintarnya, memang mereka habis dikerjain si penunggu rumah. Kemudian disembuhkan kedua-duanya sama si orang pintar."

"Sebelum dibawa ke kantor polisi, kedua maling itu di interogasi oleh warga. Mereka pun menceritakan, saat bersembunyi di rumah kosong mereka mengalami hal-hal yang mengerikan. Puncaknya ada sesuatu tak kasat mata menamparnya keras sekali. Nah orang yang satu lagi langsung dicolok kedua matanya dengan sesuatu yang panas. Makanya gak bisa lihat apa-apa."

Pak Hamka mengangguk mengerti mendengar cerita Pak Tejo.

"Ahh iya satu lagi. Kata yang sering lewat sini, mereka sering mendengar bayi yang menangis."

Pak Hamka mengerutkan dahi "Bayi?"


*** 

RUMAH BEKAS TUMBAL (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang