Blue

46 5 2
                                    

Barangkali, Haneul memiliki benang takdir yang sama sekali keluar dari batas pemikiran wanita cantik itu sendiri. Terkadang, Haneul enggan untuk memikirkan satu atau dua kemungkinan terburuk yang mungkin akan dialaminya, itu semua lantaran dia tidak suka terusik akan sesuatu yang tidak pasti akan terjadi. Namun, kejadian beruntun beberapa waktu terakhir ini sungguh membuat dirinya tidak dapat tidur dengan nyenyak lagi.

Semua kejadian ini, sungguh diluar dugaan dan terjadi begitu tiba-tiba — sangat berdampak buruk. Sebagai seorang wanita normal, Haneul tentu sesekali merenungkan tentang pernikahan impiannya yang akan dilewati dengan bahagia serta sunggingan senyum manis selama acara peresmian dirinya dengan jodohnya kelak berlangsung diatas altar, disaksikan oleh pendeta dan seluruh orang terdekatnya. Bukan hal yang aneh jika Haneul juga berharap taburan bunga mawar merah yang berguguran diatas kepalanya dapat membuat suasana menjadi lebih menyenangkan dan memancing ribuan kupu-kupu menggelitik diperutnya.

Tapi, apa boleh buat. Haneul tidak dapat bahkan tidak boleh mengeluh dan menyalahkan takdir. Semua terjadi lantaran kebodohan dan kelalaian nya sendiri. Bahkan Chanyeol — sang kakak pun tampak tersenyum tulus dengan mata yang berdenyar lantaran menahan setetes air mata yang mungkin jatuh saat melihat sang adik resmi selesai mengucapkan janjinya diatas altar. Chanyeol masih tidak menyangka kalau sekarang sang adik telah resmi menjadi istri seseorang.

"Haneul, kau tidak boleh berekspresi seperti itu di hari bahagia ini. Kau harus menghargai suamimu" Chanyeol berbisik saat dilihatnya Jin sedang menyapa beberapa rekan kerja rumah sakitnya

"Memangnya seperti apa ekspresiku?"

"Kau masih bertanya? Bahkan Jimin tidak berhenti mengoceh padaku saat kau memasang  wajah sedatar papan saat Jin menciummu"

Baiklah, Haneul mengakui untuk yang satu itu. Bagaimana ya, Haneul juga sedang terbebani pikirannya. Dan pernikahan ini sebenarnya terasa jauh lebih rumit dibandingkan setumpuk laporan yang menuntut untuk diselesaikan dalam 2 hari.

"Baiklah, aku mengaku salah. Aku masih belum terbiasa Oppa. Semua ini terlalu mendadak dan ak—

"Haneul sayang, kau cantik sekali hari ini" Nyonya Kim tampak berjalan menghampiri dengan segelas jus jeruk ditangan kirinya "Eomma sangat bahagia mendapatkan menantu sepertimu"

Haneul menoleh pada sumber suara dan menunduk tersenyum malu lantaran mendapat pujian dari wanita paruh baya yang sekarang resmi menjadi mertua nya "Ah terimakasih eomma. Tapi, sebenarnya gaun ini sangat bagus sehingga aku terlihat lebih baik"

"Benarkah? Syukurlah, Jin terus mengomel padaku karena takut kau sebenarnya tidak suka dengan gaunnya. Sekarang aku sudah puas lantaran kau menyukainya"

Haneul dan Chanyeol tertawa tipis mendengar penuturan Nyonya Kim. Dari dalam hati, Chanyeol merasa tenang lantaran Haneul memiliki mertua yang memperlakukannya dengan sangat baik. Setidaknya, sebagai kakak kandung, Chanyeol tidak perlu menaruh rasa khawatir terhadap Haneul.

Sementara itu, Nyonya Park juga ikut bergabung bersama mereka dengan Jin yang sudah berada dibelakangnya "Kita tidak seharusnya memisahkan pasangan utama disini. Lebih baik kita memgambil makanan disana dulu, biarkan mereka berbicara" ucap Nyonya Park dengan senyum tulus yang begitu kentara. Haneul mendadak stagnan dengan tatapan yang melembut bukan main. Bahkan Haneul terlihat hampir menangis, namun dia dengan cepat menunduk untuk mencegah hal itu terjadi.

"Ah, kau benar. Lebih baik kita mengambil manisan disana. Kudengar rasanya menakjubkan" sahut Nyonya Kim kemudian dan mereka pun tertawa dan segera berbalik. Sementara Chanyeol terlihat menutup mulutnya menggunakan tangan lantaran menahan tawa "Haneul, semoga beruntung"

Haneul menatap geram sebelum sang kakak menjauh dengan tawa lirih yang terdengar. Sementara itu, Haneul dapat merasakan Jin sudah berdiri disebelahnya "Maafkan aku, jika kau tidak menyukai acaranya"

The 100 Day's || KSJ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang