Chapter 5 (Run Away)

3 0 0
                                    

Chapter 5

(Run Away)

"Kemanapun kau pergi, kemanapun kaki mu melangkah. Jika hatimu di penuhi oleh rasa takut, hanya kegelisahan yang akan selalu mengelilingi mu."


Mentari sudah menampakan sinarnya saja. Dan membuat semua orang kembali melanjutkan aktivitas mereka. Aruna baru saja keluar dari dalam rumahnya, dan ia mendapati sebuah kotak yang sama seperti terakhir kali ia terima. Tanpa membukanya, Aruna langsung membuang kotak tersebut. Ia sudah sangat yakin, jika isi dari kotak tersebut pasti seekor kucing yang sudah mati.

Dalam setiap perjalannya menuju kekantor. Pikiran Aruna tidak bisa focuss, bahkan perasaannya benar-benar tidak enak. Aruna baru saja sampai di kantornya, dan langkahnya terhenti saat pihak resepsionis memanggil namanya. Aruna yang merasa dipanggil pun berjalan kearah meja resepsionis.

"Ada paket untukmu, Aruna." Tubuh Aruna seketika menegang. Untuk kesekian kalinya ia mendapat kotak yang sama.

"Sebaiknya kau buang saja, dan jika ada yang mengirimkan ku paket seperti ini lagi. Kumohon, kau menolaknya saja." Ucap Aruna, setelah itu ia beranjak dari meja resepsionis. Dan berjalan menuju ruangannya, dengan dipenuhi pikiran-pikiran aneh yang memenuhi otaknya.

Sesampainya diruang kerja Aruna langsung terduduk. Ia tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan. Ia sedang diincar saat ini, mungkin saja Aruna akan terbunuh sama seperti yang terjadi kepada orang tuanya.

"Aish, apa yang harus aku lakukan? Tidak mungkin aku akan terbunuh, karena aku yang akan membunuhnya terlebih dahulu." Aruna memijit pelipisnya, kepalanya benar-benar pusing saat ini. Bahkan ia tak dapat berfikir jernih.

***

Alex sedang terduduk di kursi ruangnya, wajahnya sedikit memancarkan kesenangan. Bahkan sedari tadi Alex menahan senyumnya, Billy yang sedari tadi memandangi Alex merasa aneh akan sikap Alex yang tidak seperti biasanya.

"Tampaknya kau sedang bahagia?" Tanya Billy.

"Bagaimana tidak, sepertinya ia sudah menerima semua kotak yang ku kirimkan. Dengan begitu ia akan merasa ketakutan." Alex tertawa memenuhi ruangan tersebut. Misinya untuk membuat Aruna sengsara akan segera ia lakukan.

"Lalu, setelah ini apa yang sedang kau rencanakan?"

Alex mengetuk jari jemarinya di atas meja. Ia memang sudah memikirkan tentang ide gila yang akan ia lakukan untuk Aruna.

"Membuatnya merasa sengsara, dan tak ingin hidup lagi."

"Jadi, kau ingin membuatnya semakin tertekan menjalani hidup. Dan dia memilih untuk mengakhiri nyawanya sendiri?"

"Tidak salah aku memilihmu sebagai sekretaris ku. Dengan otakmu yang cukup encer tersebut." ucap Alex. Tanpa Alex menjelaskan panjang lebar pun, Billy sudah mengerti maksud dan tujuan apa yang akan dilakukan oleh Alex. Billy yang mendengar ungkapan dari Alex hanya tersenyum tipis dan membenarkan letak kacamatanya.

***

Sedari tadi Aruna hanya menatap kosong layar komputernya. Ia sedang memegang sebuah amplop berisikan surat, surat pengunduran diri. Sejak pagi, Aruna hanya bergelut dengan pikirannya sendiri. Dan akhirnya keputusan final pun ia dapatkan, Aruna akan mengundurkan diri dari kantor tersebut.

Time DimensionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang