Chapter 4 (Terror)

2 0 0
                                    

Chapter 4

(Terror)

“Kenyataan pada dasarnya harus di hadapi. Jika kau terus menghindarinya, kau akan terus dikejar kemanapun kakimu berlari.”

Pagi yang cerah, memasuki bulan yang baru. Musim dingin telah berlalu, mentari mulai menghangatkan kota Los Angeles dan beberapa sisa salju mulai mencair. Lalu-lalang kota LA pun mulai padat pagi itu, banyak pejalan kaki yang berangkat bekerja. Mereka memilih berjalan kaki hanya sekedar ingin menikmati hangatnya mentari pagi itu.

Begitu pula dengan dua pria berperawakan tinggi itu. Siapa lagi kalau bukan Alex dan Billy, jarang sekali mereka berdua berjalan bersama seperti saat ini.

“Kenapa kau malah mengikutiku berjalan kaki?” Tanya Alex pada sekretarisnya itu. Yang sudah ia anggap seperti saudara sendiri.

“Memangnya aku tidak boleh menikmati pagi ini yang begitu hangat?” bukannya menjawab Billy malah memberikan pertanyaan kembali kepada Alex. Alex hanya menghela nafasnya, dan menganggukan kepalanya yang mengartikan “Ya, ya terserah kau sajalah.”

Billy hanya tersenyum, sambil menunjukkan deretan gigi rapi nan putihnya itu. Akhirnya mereka berjalan beriringan menuju ke kantor. Beberapa kaum wanita yang berpapasan dengan mereka, hanya mampu menutup mulut mereka merasa terkagum dengan dua pria tersebut.

Alex hanya mampu tersenyum tipis, ia tahu bahwa ketampanan-nya memang menyerupai artis-artis bahkan model papan atas. Bahkan saat dulu ia masih di bangku sekolahpun ada beberapa managemen yang menawarkannya untuk mengikuti casting sebagai artis. Hanya saja, Alex tidak terlalu tertarik karna yang ia inginkan hanya menjadi seorang pengusaha. Dan disinilah Alex sekarang menjadi seorang direktur di perusahaannya sendiri.

Akhirnya mereka berdua sampai di kantor, beberapa orang yang berpapasan dengan mereka membungkukan tubuh mereka.

“Kau bisa menemaniku nanti?” Tanya Alex saat pintu lift sudah terbuka.

“Wherever you go, I will definitely accompany you.” Jawab Billy. Ia tertawa mendengar ucapannya sendiri. Begitu pula dengan Alex, ia yakin bahwa Billy tidak akan bisa menolak setiap permintaannya. Entah apa yang membuat Billy bisa menuruti apa yang disuruh oleh Alex.

“Memangnya kau ingin mengajakku kemana?” Tanya Billy saat mereka berdua memasuki ruangan Alex.

“Mencari kucing, ingin ku bunuh dan mengirimkannya pada perempuan itu.”

Billy yang mendengar jawaban dari Alex, hanya mampu bergidik ngeri. Seseorang yang berada dihadapannya ini, bisa dibilang kejam tapi juga rupawan.

***

Aruna baru saja dipanggil oleh bosnya, dan dia mendapat pekerjaan tambahan dari sang bos. Pekerjaan yang kemarin diberikan saja belum sempat ia kerjakan, dan hari ini sang bos memberinya pekerjaan lagi. Ingin sekali Aruna mengumpat dan mengeluarkan kata-kata kotor, tapi untungnya ia masih bisa menahannya.

Dengan hati yang masih bersungut-sungut, Aruna memasuki ruangannya. Ia mendudukkan dirinya dikursi, kepalanya merasa pusing memikirkan pekerjaannya. Sebenarnya yang menjabat sebagai bos disini itu siapa? Kenapa selalu Aruna yang terus mengerjakan pekerjaan menyebalkan ini.

Tangan Aruna mengambil map-map tersebut, ia menyalakan layar komputernya. Yang saat ini sedang Aruna pikirkan adalah, bahwa dirinya akan pulang sampai larut malam. Dengan pekerjaan sebanyak ini tidak mungkin Aruna bisa mengerjakannya dengan cepat. Ditambah lagi, sang bos memintanya untuk menyelesaikan hari ini saja.

Time DimensionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang