Malam tampak pucat tak berbintang. Hampir keseluruhan langit dihiasi oleh gumpalan awan hitam - yang terus merangkak terbawa angin. Terlihat bulan begitu tegar menerangi malam sendirian. Walau sosoknya sering hilang sesaat - tertelan oleh awan yang melintas - namun Ia tetap berusaha untuk hadir menerangi pekatnya malam ini.
Seorang anak laki-laki berusia 7th tertegun, memandang langit yang terlihat dari jendela rumahnya. Ia mengintip pada sela-sela dibalik pintu lemari. Dengan tangan yang gemetar, Ia memeluk adik laki-lakinya.
Terlihat sepintas sosok ibunya - memakai baju berenda dan rok berwarna putih, dengan rambut lurusnya yang kecoklatan di ikat setengah - yang siaga memegang tongkat dari kayu di sudut rumah, sambil memindik-mindik seolah mengincar sesuatu.
Anak itu beralih kepada adiknya, dan mereka saling menatap heran.
Tersentak, keduannya menoleh saat mendengar suara jeritan dari sang ibu yang begitu memekik. Kakak beradik itu pun reflek keluar dari tempat persembunyian mereka - di dalam lemari tua yang kosong di ruang tamu.
Mereka melihat ibunya yang tergeletak bersimbah darah tak sadarkan diri di lantai."Eomma!" teriak mereka yang berlari menghampiri ibunya. Namun langkah mereka terhenti melihat sosok pria berjubah hitam, berdiri, memandang dengan tatapan bengis kearah mereka. Tampak taringnya yang begitu tajam, seolah siap menyobek-nyobek daging mereka.
Adiknya yang langsung menebak situasi buruk ini, menarik tangan sang kakak yang masih tercengang memandang sosok pria itu. Mereka berlari ke hutan belantara yang sangat gelap dan menakutkan-dengan tebingan terjal disisi mereka yang siap melahap bila terjatuh.
Namun tak ada pemikiran apapun yang terlintas dari kedua anak kecil ini, yang mereka inginkan hanya menghindar terus berlari tanpa tujuan - hingga sosok pria menakutkan itu tak menemukan mereka.
Usia mereka hanya berbanding satu tahun. Karena kondisi fisik kakanya yang lemah dan sering jatuh sakit, hingga pertumbuhan adiknya jauh lebih pesat dibandingkan kakaknya - dari segi tubuh yang terlihat lebih tinggi dan segar.
Si adik yang terus berlari, tak sadar akan kakaknya yang tersungkur jauh dibelakang. "hyung!" Dengan secepat mungkin Ia menghampiri kakaknya, menarik tangan sang kakak berusaha untuk membangunkannya.
"tt-tunnguu!!"
"cepat hyung, cepat!" adiknya tak henti menarik-narik tangan si kakak.
"akh.. sakit, kakiku sakit‼" eluh kakaknya yang terisak menangis sambil terus meremas kakinya yang terkilir. Wajahnya pun memucat dan begitu ketakutan.
Kepanikan adiknya semakin membuncah saat pria itu sudah ada dihadapan mereka. Seketika angin berhembus kencang hingga menggoyangkan tangkai-tangkai pohon besar yang ada disekitar. Bulan yang tampak penuh, bersinar terang bendarang tepat diatas mereka, seolah seperti spotlight dalam theater yang menyorot langsung kejadiaan ini
"Mau pergi kemana?" ujar pria itu menyunggingkan senyum - menampakan jelas kedua taring yang Ia miliki. Terlihat jelas banyak warna yang terpancar mengelilingi pria itu. Warna cerah yang berubah menjadi sangat pekat kehitaman seolah membutakan sekitar mereka.
Si adik langsung berdiri bagai perisai melindungi kakaknya.
"dasar iblis jahat‼ pergi kau, jangan ganggu kami‼" teriak adiknya dengan nada tak beraturan, napasnya terengah karena ketakutan.
Pria itu tertawa. Suaranya begitu menggema ditengah hutan. Sinar rembulan memantulkan warna matanya menyala seperti hewan buas pada kegelapan.
"Aroma darahmu begitu menggoda..." ujarnya dengan tatapan animo, memandang anak kecil yang tersungkur ditanah. Ia bergerak selangkah menghampiri, tanganya menjulur kedepan ingin menyentuh anak itu.
"Andwae, hajima!" teriak adiknya lantang seraya mendorong tubuh kakaknya hingga terjelembab ketebingan tanah yang cukup terjal itu.
Sang kakak tak bisa melakukan apapun. Tubuhnya yang lemah terus bergelinding mengikuti terjalnya tebingan, hingga terpelosok begitu jauh. Namun tubuhnya tertahan oleh sosok yang meraihnya dengan cepat. Rasa sakit hampir tak bisa Ia rasakan. Ia hampir hilang kesadaran dalam pelukan seseorang yang terasa begitu dingin. Sosok itu menatapnya lekat dengan mata merahnya yang menyala. Samar tedengar suara adiknya yang menjerit dan memanggil dirinya. "akkkhhh Hyung!!!"
Matanya perlahan terpejam terbawa hilangnya kesadaran anak kecil itu. Mulutnya mengguman, berbisik dengan nada yang begitu lemah. Dan sejurus lalu menghilang terbawa angin malam di hutan yang gelap.
"Yugyeom - ah..." Ujarnya dengan suara yang parau. Tubuhnya yang tak sadarkan diri terus digendong dan dibawa pergi oleh sosok itu. Berpindah tempat dengan begitu cepat dari satu sisi ke sisi lainnya, seperti sebuah kilat. Namun langkahnya terhenti saat sosok pria yang mengincar anak laki-laki itu ada dihadapannya.
"dia milikku, kembalikan Duan Yi Eun!" ujarnya garang.
"Cukup! Kau tak akan pernah mendapatkannya. Berhenti melukai manusia." pria itu tertawa mendengar ocehan sosok yang lebih muda darinya. Namun tatapannya kembali tajam bahkan seolah mencekik lawan bicaranya kini. Yang lebih muda menggerang kesakitan, tanpa sedikitpun melepaskan anak itu.
"Kita, kaum Vampire dikodratkan untuk meminum darah manusia!" tukas Pria yang lebih tua itu. Namun yang muda berusaha menjentikan jemarinya hingga lawannya terpental jauh menghantam pohon. Terdengar jelas debuman yang begitu kencang dan seketika rasa sakit yang tercekik dilehernya menghilang. Ia menghilang secepat mungkin dari tempat tersebut, membuat yang lebih tua menggerang hebat ditengah hutan.
Pria yang menggendong anak itu terus berlari dan menghindar menggunakan teleportasinya, namun pendaratannya kini cukup buruk membuatnya terjelembab kesebuah tebingan terjal. Ia terus memeluk dan melindungi anak itu saat tubuh mereka bergelinding bersamaan hingga tersangkut pada batu yang menjulang ditebingan tersebut.
Ia menggerang lega saat merasakan detak jantung anak ini masih berdentam, meski lemah diatas dadanya. Namun bau anyir darah dari tubuh anak ini benar-benar menyiksanya. Ia meremas dan memeluk tubuh anak itu untuk mengendalikan rasa haus yang begitu begejolak. Hingga sosok hewan berbulu dengan besar berdiri dihadapannya, mengendus-endusnya dan juga anak itu.
"tolong anak ini." ringisnya. Lalu sosok hewan besar itu melakukan shifter menjadi wujud manusia. Sosok pria bertubuh tinggi kekar dengan kulit berwarna kecoklatan, mengangkat tubuh anak yang hampir sekarat ini dan tubuh Vampire muda itu kedataran lebih rendah.
"Nickhun." ujar pria itu, lalu nama yang ia panggil muncul dihadapannya. Sosok pria lain dengan sorot mata merahnya yang tajam, melihat kearah anak yang dibaringkan ditanah. "Jinyoung?" ia menghampiri anak itu, berjongkok dengan satu lututnya menyentuh tanah lalu menyeringit heran. Ia menoleh pada sosok yang tergeletak tak jauh dari anak itu. Sontak pria itu membungkuk dan memberi hormat.
"Tuan muda." sapanya memberi hormat.
"Tolong anak itu." lirihnya kembali.
"Baik tuan."
Ia berusaha bangkit disisa tenanganya yang hampir habis, lalu tertatih hingga sosoknya menghilang dari hadapan semua.
"akh." anak kecil itu berguman pelan.
"Jinyoung - ah."
"Yugyeom - ah, Eomma..." lirihnya yang lalu kembali tak sadarkan diri.
-;-
KAMU SEDANG MEMBACA
Aggressive Trance [MarkJin]
Fanfiction[18+] [Complete] Mark Tuan, seorang vampire yang hidup ribuan tahun. Bertahan untuk tidak meminum darah manusia. Menjadi donatur terbesar pada sebuah kampus, meminta kelas khusus yang bertujuan untuk mengkarantina para vampire muda untuk mengendal...