-Gibran'05

3.7K 318 48
                                    

Tidak seperti biasanya, hari ini Kea berangkat ke sekolah lebih pagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak seperti biasanya, hari ini Kea berangkat ke sekolah lebih pagi. Sebelum pukul tujuh, cewek dengan seragam serba kekecilan tersebut sudah nangkring di parkiran, menyandar pada kap mobil dengan kacamata hitam yang bertengger manis di hidung mancungnya.

Kalau bukan karena Gibran Aneswara, Kea tak akan serajin ini. Cewek itu sengaja datang lebih awal agar bisa bertemu dengan Gibran di parkiran sebelum ia harus menghabiskan hari ini dengan berlatih dance. Karena selama dua minggu kemarin dia meninggalkan latihan, maka setelah kakinya sembuh Bu Jingga menuntutnya untuk mengejar kereografi yang banyak tertinggal. Mengingat sebentar lagi anggota ekskul mereka akan banyak dipakai untuk beberapa acara. Pembukaan class meeting, penyambutan wali murid saat pembagian raport, dan beberapa kegiatan acara lainnya.

Di SMA Garuda, ekskul dance memang lumayan diprioritaskan. Walaupun, mereka jarang mengikuti event, namun jasa mereka banyak dipakai untuk acara-acara penting sekolah.

Kea benar-benar tak keberatan jika Bu Jingga menyuruhnya latihan satu hari penuh. Ia sudah terbiasa, mudah baginya mengingat dan belajar kereografi baru, apalagi keadaan kakinya sudah baik-baik saja. Itulah mengapa sebengal apapun Kea, Bu Jingga amat membanggakan center dance SMA Garuda tersebut.

Sebuah motor putih berlis biru dongker yang baru saja terparkir di parkiran sebrang---khusus sepeda motor---sukses mengembangkan senyum manis Kea. Setelah lama menunggu, akhirnya cowok itu datang juga.

Kea berlari kecil di tengah banyaknya kendaraan yang mulai memadati parkiran luas SMA Garuda tersebut. Beberapa siswa bahkan ada yang mengumpati atas ketidak hati-hatiannya.

"Pagi, Gibran Sayang!" cowok beransel hitam di depannya hanya melirik sinis. Merasa bosan sekaligus muak dengan sapaan sama yang ia dapat setiap paginya.

Kalau tidak di parkiran, Kea akan sengaja menunggu di depan kelas karena Gibran dan ketiga sahabatnya selalu lewat untuk menuju kelas mereka yang terdapat di lantai tiga. Kea tak akan bosan memberi sapaan dan ucapan selamat pagi pada Gibran setiap harinya. Itu sudah menjadi kebiasaan dan keharusan untuk dirinya sendiri. Karena hanya dengan melakukan itu dan melihat wajah tampan Gibran di pagi hari, ia yakin kalau harinya akan baik-baik saja. Ketika seharusnya ia menyalahkan Gibran atas segala perlakuan cowok itu padanya yang kerap membuat harinya tak baik-baik saja.

"Bisa lo gak usik gue lagi? Berapa kalo gue harus bilang, kalau gue muak sama lo?!" kalau Gibran akan mendapat sapaan hangat yang sama setiap paginya, maka Kea juga sama. Bedanya, bukaan sapaan balik yang ia dapat, melainkan bentakan serta penolakan dari orang yang teramat dicintainya ini.

"Dan, berapa kali lagi harus aku bilang, kalau aku gak perduli sama penolakan kamu? Gib, aku cuma menuntut pertanggungjawaban kamu. Jadi, jangan buang-buang waktu kamu buat ngusir aku. Karena sekuat apapun kamu berusaha, aku akan tetap usik kamu. Sampai kamu mau membalas perasaan aku, dan hidup bahagia sama aku." merasa kalau perkataan Kea mulai ngaco, Gibran menyentak keras tangan cewek itu yang melingkari lengannya. Tidak salah kalau teman-teman Gibran sering menjulukinya ulat bulu.

GIBRAN✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang