Chapter 14

1.3K 111 3
                                    

Setelah sampai di depan meja resepsionis Marta menanyakan pasien kecelakaan atas nama Fina.
Marta diarahkan ke UGD dan segera berjalan disana. Bau-bauan obat menyeruak diseluruh penjuru ruangan. Marta sedikit pusing menciuk bau obat yang menyengat meski tidak begitu penting. Namun beginilah suasana di Rumah Sakit manapun.

"Fina.. kamu gakpapa kan? semuanya luka ya Allah.. kenapa bisa seperti ini Fin?", tanya bu Aisah kepada Fina

Lalu Fina menjelaskan semua kejadian, sampai saat dia terjatuh. Dia tak tau lagi bagaimana keadaan Fika. Karena di UGD, tak ada saudaranya disana.

"Fin, kamu istirahat dulu ya sama ibu. Mbak Marta mau nanyain Fika ke petugas yang jaga UGD", ucap Marta sambil meninggalkan Fina dan ibunya

Marta syock mendengar penjelasan petugas UGD jika adiknya sudah meninggal dunia. Tak sadar air mata Marta telah menetes, dia mengirim pesan kepada ibunya untuk menyusul dan tak memberitau Fina dulu.

Setelah sampai diruang autopsi, bu Aisah menangis sesenggukan. Segera dia memberi kabar pada pak Paidi jika Fika meninggal kecelakaan. Pak Paidi segera pulang dan memberitau warga sekitar. Dan warga sekitar berbondong ke rumah pak Paidi, tentu bersama pak RT.

Roh Fika menangis tanpa air mata. Fika tak menyangka secepat ini dirinya pergi. Namun kenapa tak ada malaikat yang bersamanya seperti yang sering diceritakan ibunya ?

Nak, orang yang meninggal, roh nya akan keluar dari tubuhnya. Disitulah malaikat pencabut nyawa menunggunya dan akan membawanya ke alam barzah sampai akan dibangkitkan kelak pada hari kiamat.

Kata-kata bu Aisah masih dia ingat berul. Fika bingung dia harus bagaimana, dia harus kemana. Sementara dia semakin takut melihat banyak roh gentayangan di RSUD saat ini. Fika memilih mengikuti kakanya, Marta. Kemanapun kakaknya pergi, Fika akan ada disisinya.

*****

Sesampainya jenazah Fika dirumah, banyak tetangga yang sudah menyiapkan pemandian terakhir, menyiapkan lembaran putih pakaian terakhir Fika, dan juga beberapa ibu-ibu lainnya mengaji surat Yaasin di ruang tamu.

Ali sudah berada dirumah bersama bapaknya. Mereka menangis lirih dengan apa yang terjadi pada anaknya. Bu Aisah semakin yakin, sosok yang sering dilihat Marta dan juga dirinya bukanlah hantu, mungkin qorin Fika yang mengingatkan mereka jika dalam waktu dekat, Fika akan meninggal dalam keadaan berlumuran darah.

Jenazah Fika sudah diurus dan siap diantar ke peristirahatan terakhirnya, makam desa.

Ning Ayu melihat semua itu lantas tertawa puas. Dia tak akan membiarkan penghuni rumah ini bahgia dan bebas memakai tempat tinggalnya.

Setelah jenazah dimakamkan, para tetangga meninggalkan pemakaman. Kecuali pak Edi. Beliau ingin berbicara beberapa hal di kediaman pak Paidi.

Setelah mereka sampai dirumah, pak Paidi mempersilakan pak Edi berbicara padanya.

"Maaf, jadi begini pak. Saya dengar dari mbak Marta bahwa bapak belum pernah bertemu dengan pemilik lama rumah ini, benar begitu?", tanya pak Edi to the poin

"Ya itu benar, saya terima beres saja. Ada apa pak?", tanya pak Paidi heran

"Pemilik asli rumah ini sebenarnya sudah meninggal karena hal ghaib. Anaknya tak ingin menempati rumah ini lagi. Setahu saya, rumah ini tidak pernah dijual. Mungkin bapak membelinya dari anak beliau", ucap pak Edi

"Saya tidak tau, teman saya hanya mengirimi foto dan saya cocok", jawab pak Edi

"Di tanah ini dulunya ditanam benda ghaib, sebuah pusaka milik wanita yang sangat cantik. Namun pusaka ditanam dengan tujuan supaya penghuni tanah ini semua terkena musibah dan tanah ini tidak laku dijual. Pak Bayu dan bu Ismi adalah pemilik rumah ini, mereka berdua meninggal kecelakaan didepan balaidesa. Ada anak indigo dulunya yang menguak kasus ini, namun dia juga menjadi tumbal sampai meninggal juga", ucap pak Edi

"Saya tidak percaya pak,", ucap pak Paidi

"Baik pak, tapi saya sarankan. Segera cari dimana benda itu ditanam dan buang ke laut, supaya tidak terjadi malapetaka. Saya memang ustad, namun saya tidak bisa membantu banyak selain memberikan informasi dan doa. Pusaka itu ditanam di salah satu kamar rumah ini. Baik pak, saya permisi. Assalamu'alaikum", pamit pak Edi

"Jadi saya harus bongkar semua kamar? yang benar saja pak!! ", ucap pak Paidi kesal dengan RT sok tau itu

Meskipun dalam ingatannya, dia pernah bertemu sekali dengan sosoi perempuan yang dimaksud pak Edi. Tapi soal pusaka, pak Paidi tidak akan percaya begitu saja. Jika musibah datang, nyatanya semuanya lancar saja. Kematian Fika hanya kecelakaan, tidak harus dikaitkan dengan hal mistis.

Bu Aisah dan Marta tak sengaja mendengar semua itu.

"Bu, apa mungkin wanita penunggu pusaka yang ditanam itu bangkit karena bapak menyimpan benda keramat? Marta pernah tau buk, jika benda keramat diminati banyak Jin yang ingin menempatinya. Tapi.. Marta gak yakin sih.. Marta akan buang semua saat bapak gak ada. Marta janji, bu", ucap Marta tegas

Bu Aisah masih menangis. Kemudian memeluk Marta, anak sulungnya yang biasanya susah diatur, dia yang akan menyelidiki dan menyelesaikan semua. "Doa ibu bersamamu,Ta", ucap bu Aisah. Marta pun menangis.




Berikan komen dan vote yaa.. 🌷
Supaya saya tau jika ada kesalahan dalam penulisan dan hal yang sulit dipahami.. 🌷

LEMAH WINGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang