Chapter 31

1.1K 81 7
                                    

Laki-laki yang menguping dari balik jendela, dia berjalan menelusuri pekarangan samping rumah dan menuju kebelakang rumah. Entah apa yang akan dia lakukan dengan cangkul yang masih dia bawa setelah menggali lubang kuburan wanita yang dia seret dengan kejam.

========

"Kita keluar aja dari kamar ini, kita harus mencari bantuan tetangga. Apa kita harus lapor RT dulu?", ucap April ketakutan

"Tapi kita mau cerita apa mbak? disini ada penganiayaan gitu? lihat kondisi rumah ini, apa kita bisa jelasin sama mereka? gimana kalo cuma kita aja yang bisa lihat rumah ini jadi buruk dan orang lain nggak lihat? bisa-bisa kita dianggap gila, dan darah ini.. bisa aja cuma kita yang lihat", ucap Ali

"Trus gimana? kamu punya ide apa?", tanya Marta sedikit meninggikan suara

Ali menunduk frustasi. Kemudian dia berjalan keluar dari kamar dan membalikkan badannya lagi.

"Kita cari ibu, ayo!", ucapnya

April dan Marta saling berpandangan satu sama lain, kemudian mereka berdua mengikuti Ali dari belakang. Melangkahkan kaki perlahan menuju pintu ruang tamu. Pintu dapat dibuka dengan mudah, tak seperti saat Ali ingin masuk harus melemparkan sejumput garam dulu.

"Aku takut jika aku akan ikut terjebak disini", ucapnya lirih

Sedangkan Marta dan April tak mendengar ucapan Ali tadi. Mereka berdua merasa lelah memikirkan semua ini. Rasa sedih kehilangan temannya masih menyelimuti fikiran mereka, ditambah ibunya Marta hilang.

"Al, kamu telfon bapak dong.. siapa tau bapak nggak keluar kota dan bisa bantu kita, bapak kan punya koleksi keramat banyak banget, mungkin bapak juga bisa komunikasi sama mereka yang nggak bisa kita liat", ucap Marta

"Ali udah sebel sama bapak, dia kan yang bikin jadi begini ? Kalau aja bapak mau dengerin ibu sama mbak Marta buat buang koleksi dia, pasti ini nggak akan terjadi",

"Nggak boleh gitu juga Al, gimanapun juga emang tanah ini bermasalah, bapak hanya sedang sial dapet rumah ini. Meskipun mbak Marta juga sependapat sama kamu, tapi dia tetep bapak kita, mungkin emang bapak yang bisa mengakhiri semua dan nemuin ibu",

"Mbak punya HP kan ? mbak telfon aja sendiri!",

Ali sangat kesal dengan keputusan kakaknya. Sebenarnya dia tak pernah berkata kasar pada kakaknya, namun fikirannya kacau. Anak muda memng mudah tersulut emosi. Kemudian Marta mengambil HP di sakunya dan mengirim pesan kepada bapaknya untuk segera pulang karena di rumah mereka terjadi masalah besar. Namun pesan Marta tak terkirim, Marta mencoba menelfon berkali-kali juga tak tersambung. Kali ini, emosinya juga turut memuncak. Dikepalkan tangannya kemudian memukul kursi disampingnya, ya tentu kursi depan rumah yang biasa pak Paidi duduk disana menikmati kopi pagi.

"Aww... dasar kursi sialan, ngapain juga bikin sakit!", umpatnya

"Kamu sih udah tau kursi malah ditonjok, mikir dikit napa sih?", ucap April sambil menggelengkan kepalanya

Setelah beberapa saat, mereka mencium bau wewangian melati dan juga bau anyir disekitar mereka. Marta berusaha menengok kesekitar. April yang takut juga bersembunyi dibalik punggung Marta. Sedangkan Ali seakan tak menyadari ada yang aneh disekitarnya.

"Ta, kayaknya baunya dari.....",

Belum sempat April selesai bicara, ada sosok mengerikan yang ada dibelakang mereka berdua.

"B-Bella ?",

"K-kamu?",

Sedangkan Bella terlihat lusuh dan berantakan. Wajahnya dipenuhi sayatan yang masih menganga.

LEMAH WINGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang