PROLOG

125 15 2
                                    

"Aku sudah muak dengan tingkahmu mas. Lebih baik kita pisah saja aku tak sanggup bila harus kau madu" jelas wanita tersebut.

"Aku tidak akan pernah melepasmu sayang. Aku cinta padamu" balas pria tersebut dengan raut muka memohon.

"Mau mu apa?!" bentak wanita itu. "Kau tak pernah adil padaku, kau selalu mementingkan kebahagiaan dia ketimbang diriku. Aku juga istrimu mas" lanjut wanita itu.

"Karena dia sedang mengandung anakku. Dia sedang hamil, dia sedang membutuhkan aku" mendengar jawaban itu wanita tersebut tersenyum getir. Dia jadi teringat sewaktu dia mengandung tak pernah ada yang peduli dengannya, bahkan suaminya sendiri sibuk dengan pekerjaannya.

"Oh jadi dia sedang mengandung" senyum wanita itu. "Dan apakah kau tahu, aku juga sedang mengandung anakmu" lanjut wanita itu dengan air mata yang sudah tak dapat dibendung.

Mendengar pernyataan wanita itu Pradipta tercengang. Dia tak menyangka bahwa istri pertamanya juga sedang mengandung.

"Apa kau bercanda?" dia masih tidak menyangka. Wanita itu berjalan menuju menuju meja rias dan mengambil amplop berwarna putih berasal dari rumah sakit. Lalu ia lempar didepan kepala pradipta. "Itu buktinya bila kau tak percaya"

Pradipta membuka amplop itu dan membacanya, betapa terkejutnya ketika ia melihat pernyataan bahwa istrinya sedang mengandung.

"Maafkan aku sayang, aku tidak tahu jika kau juga sedang mengandung anakku" Pradipta lalu bersujud didepan istri pertamanya, berharap Helen wanita itu memaafkannya dan tetap bersamanya. Namun takdir berkata lain Helen sudah cukup muak dengan drama rumah tangganya yang diselimuti oleh orang ketiga.

"Bangun mas, ku mohon berdiri" lalu Pradipta berdiri. "Apa kau memaafkanku?"  tanya Pradipta.

"Iya aku memaafkanmu" ucap Helen berusaha untuk mengikhlaskannya. "Tapi aku tidak bisa hidup bersamamu terus, setelah anak ini lahir aku mau kita pisah, dan mulai sekarang aku akan pergi dari rumah ini" lanjut Helen.

"Tidak Helen aku tidak akan pernah menceraikanmu, sampai kapan pun" ucap Pradipta penuh penekanan. Namun Helen tak peduli dan mengemasi pakaiannya kedalam koper. Pradipta tidak bisa apa-apa di ditahan oleh ibunya untuk tetap disitu dan membiarkan Laras ibu Pradipta menjelaskannya pada Helen. Lalu Helen berjalan ke kamar anak laki-lakinya bernama Abam, ia juga harus membawa dia pergi dari sini.

Saat sudah sampai didepan kamarnya tiba-tiba seseorang menariknya dari belakang.

"Aku tidak akan pernah membiarkanmu membawa Abam pergi. Jika kau tetap membawa ia pergi aku akan membuat hidup Abam menderita. Dengar itu!" Ucap wanita itu tajam.

"Aku akan melindungi dia, jadi anda jangan macam-macam" balas Helen berani.

"Baiklah jika kau membawa Abam aku akan membuat hidupmu menderita dan aku akan buat anakmu Abam serta yang sedang kau kandung ini meninggal" ancam Laras.

"Oke aku tidak akan membawa Abam pergi tapi anda harus janji tidak akan menyakitinya"


"Oke" senyum kemenangan tercetak jelas dalam raut wajahnya. "Ya sudah sana pergi, sebelum anakku melihat kau disini.

Helen berlari sambil menyeret kopernya keluar dari rumah itu. Dan menaiki taksi untuk pergi ke rumah orang tuanya. Dia terus menangis betapa hancurnya hidup dia.

"Mah"

"Iya sayang"

"Mama gapapa kan?"

"Mama gapapa kok"

Gimana-gimana prolognya.
Itu awal kisahnya.

Pokoknya jangan lupa vote, share, dan Komen oke.

ANTANIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang