[5] Will You Marry Me?

91 11 2
                                        


Cheesy berjalan menuju bangkunya, ia masih tidak mempedulikan teriakan Diana yang sedari tadi menerornya dengan teriakan maut, bahkan bisa-bisa kupingnya tuli.

Karena Diana sudah geram dengan Cheesy akhirnya dia menarik tangan Cheesy dengan sedikit bar-bar.

"Apasih lo, lepasin nggak?!" kesal Cheesy.

"Jelasin dulu siapa Charissa" paksa Diana.

"Entar lo juga tau siapa dia, diem nggak usah bacot" galak Cheesy yang membuat Diana takut. Sementara Rania geleng-geleng.

"CHESSY DICARI ANTANIO" teriak fira teman sekelas Cheesy. Cheesy berdecak sebal. Sedangakan Rania dan Diana tersenyum geli.

Cheesy berjalan menuju depan kelas untuk menghampiri Antanio.

"Apa? Kenapa?" galak Cheesy sambil melipatkan tangan didadanya.

"Tutup mata dulu dong" Cheesy yang mendengar kata-kata itu merasa jijik.

"Cepetan apaan? To the point aja deh" ucap Cheesy tidak sabaran.

"Tutup dulu matanya sayang" mau tidak mau ia harus menuruti kemauan Antanio agar masalahnya cepat selesai.

Cheesy menutup matanya, Antanio merogoh kotak yang ada dikantong sakunya. Ia membuka kotak tersebut dan mengarahkan kontak tersebut kepada Cheesy.

"Buka matanya sayang" Cheesy membuka matanya. Dan yah dia sangat terkejut akan isi kontak itu. Kotaknya berisi cincin.

"Will you merry me?" ucap Antanio santai. Rasanya jantung Cheesy seperti berdebar dan merinding mendengar kalimat itu.

Seserius itukah Antanio padanya? Sampai-sampai berani melamarnya didepan anak-anak yang sekolah disini.

"Jangan bercanda Antanio" ujar Cheesy takut dan malu.

"Aku serius Cheesy" ujar Antanio menyakinkan Cheesy. Cheesy takut, ia menggigit bibirnya sekuat mungkin.

"Terima terima terima" sorak seluruh anak-anak.

"Antanio tapi aku nggak cinta sama kamu" ucap Cheesy hati-hati. Antanio yang mendengar kata 'aku' dan 'kamu' merasa senang.

"Cheesy apa yang kamu raguin dari aku, aku juga sanggup biayain hidup kamu. Aku ini udah mapan" ujar Antanio menyakinkan.

"Aku belum siap buat nikah Antanio, aku minta maaf" Cheesy berlari meninggalkan tempat itu sambil menangis.

"Cheesy" teriak Antanio.

"Itu cuma simulasi kali, gue cuma bercanda. Itu nggak beneran" ujar Antanio sambil tertawa terbahak-bahak. Cheesy yang mendengar hal tersebut langsung berbalik badan dan menghapus air matanya menghampiri Antianio. Dan anak-anak lainnya ikut tertawa.

"Ga lucu Anta" ucap Cheesy sambil memukul-mukul perutnya yang minimalis itu.

"Siapa bilang nggak lucu, itu lucu Cheesy. Gue aja sampek ketawa nggak berhenti-berhenti saking lucunya wajah lo saat nolak gue. Kayak ada rasa bersalah" jelas Antanio yang masih terus tertawa.

Cheesy menarik Antanio, ia bingung, tapi dia pasrah. Mereka telah sampai ditempat yang paling sepi, mana lagi kalau tidak balkon. Disana hanya ada mereka berdua.

"Anta lo mau tau nggak kenapa gue nangis waktu nolak lo, ya walaupun itu cuma simulasi atau akal-akalan lo aja" ucap Cheesy yang menatap langit mendung disiang hari. Sementara Antanio duduk dikursi yang sudah tidak terpakai.

"Kenapa emang?"

"Karena gue trauma akan hubungan, sebelum gue pacaran sama bang Abam juga gue nggak pernah percaya akan cinta, dan gue selalu tolak dia. Tapi dia berhasil gue luluh, banyak cara yang dia lakuin supaya gue luluh. Dan yah dia berhasil. Tapi jujur gue masih trauma"

"Trauma gue adalah saat mama dan papa pisah sebelum gue lahir, dan setelah lahir gue nggak tau dimana papa gue. Dan yang paling buat gue semakin takut akan membangun rumah tangga di hari esok adalah orang ketiga yang membuat gue pisah. Itu ketakutan gue dimasa akan datang"

"Lo bisa bilang gue alay, silahkan lagian itu hak lo berpendapat"

"Che sorry gue tadi itu nggak bermaksud buat lo-" belum sempat menyelesaikan ucapannya Cheesy sudah memotongnya.

"Gue tau, udahlah gue mau ke kelas" setelah mengucapakan kalimat itu Cheesy berjalan untuk meninggalkan tempat itu. Namun tangannya dicekal oleh Antanio. Cheesy menoleh.

"Nanti pulang sama gue ya, plis sekali ini aja" Antanio memohon, akhirnya Cheesy mengiyakan, entah pemikiran yang macam apa ini.

Sepulang sekolah Antanio sudah menunggu Cheesy diparkiran. Dari jauh Cheesy terlihat seperti sedang bercengkrama lewat handphone. Entah siapa ia tak tau.

"Sorry lama, tapi gue dipanggil Bu rizka sebentar buat bahas tugas" ujar Cheesy bersalah.

"Santai aja, ngga papa. Oh ya by the why lo lagi telponan sama siapa?" tanya Antanio sambil memakai helmnya.

"Telpon mama gue, buat izin jalan sama lo" mendengar hal tersebut Antanio hanya ber oh ria.

"Anta kita mau kemana?" tanya Cheesy.

"Ada deh" Cheesy yang mendapat balasan itu kesal.

"Kasih tau nggak, biar mama gue nggak neror gue mulu" tiba-tiba Antanio memiliki ide.

"Hp lo mana?" pinta Antanio seperti orang memalak.

"Buat?"

"Udah bawa sini" Cheesy menurut saja, dab ternyata Antanio menelpon mama Cheesy. Cheesy kaget bukan main, apalagi Antanio bisik-bisik menelpon mamanya, ia memelototi Antanio. Setelah selesai menelpon,
Antanio memberikan telponnya kembali ke Cheesy.

"Lo ngomong apa aja sm nyokap gue" ucap Cheesy mengintrogasi.

"Gue mau ngajak lo nikah, terus nyokap lo setuju" jawab Antanio santai tanpa beban.

"Anta" geram Cheesy.

"Bercanda, udah naik. Keburu malem entar" pinta Antanio. Cheesy pun menurut walaupun dia masih kesal dengan sikap tengil Antanio ini.

Setelah menaiki motor mereka melaju membah jalanan.

"Anta kita mau kemana?" tanya Cheesy masih kepo.

"Kita mau ke KUA" ucap Antanio santai, membuat Cheesy kesal ingin memukul kepala Anta. Tapi ia masih terlalu waras, karena Antanio sedang berkendara.

"Mama kamu udah kasih restu, katanya kita ditingguin di KUA" Chessy melotot mendengar penuturan mukut congek Antanio itu.

Hallo guys udah lama ngga up cerita ini, karena aku masih sibuk sama tugas ya masyaallah subhanallah.

Maapin kalo typo ya, masih amatir aku.

Jangan lupa di vote dan share

Yang mau kritik silahkan

See you next chapter

ANTANIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang