Bagian IV : Lupa Bayar!

345 62 39
                                    

Pukul lima pagi. Awan mendung kemerahan menghiasi langit, angin meniup gorden jendela kamarku. Kilat dan petir saling bersahutan, tapi hujan tidak kunjung reda.

Aku bangkit dari tempat tidur ingin menuju ke kamar mandi. Kulihat mama sedang menyiapkan sarapan, sedangkan papa dan kakakku sedang menonton acara berita pagi hari. Aku mengamati mereka dari depan pintu kamarku.

Kak Bayu menyadari keberadaanku lalu menyapa. "Udah bangun dek, Tumben," sapa kak Bayu.

Aku hanya mengangguk kecil. Sebetulnya aku masih sangat mengantuk tapi pagi ini ada pengayaan, semua siswa dan siswi kelas 12 harus datang lebih awal.

"Sini duduk di samping papa sambil nonton berita," ajak papa.

"Nggak pa, Aira mau mandi aja hari ini ada pengayaan harus datang lebih awal,"

"Oh ... Begitu, ya udah nanti biar kak Bayu aja yang anterin kamu ke sekolah, jangan naik angkot nanti terlambat,"

"Iya nanti biar Bayu aja yang antar Aira," sahut kak Bayu.

"Oke," ucapku.

Sekarang kami sekeluarga sedang menikmati sarapan pagi. Mama memasak nasi goreng dan telur ceplok kesukaanku, masakan mama sangat lezat pokoknya Restaurant kalah nikmat. Hehehe.

"Aira gimana belajarnya? Sebentar lagi kan ujian nasional," tanya papa.

"Lancar pa," jawabku lalu menyunggingkan sebuah senyuman.

"Jelas dong lancar, Aira kan anak mama yang paling pintar," puji mama.

"Kalo kamu Bayu, kapan kamu menikah?"

"Hah?!"

"Kenapa, kok kaget gitu?" tanya papa lagi.

"Bingung pa," jawab kak Bayu dengan ekspresi datar.

"Iya ... Bingung mau nikahin cewek yang mana, cewek kak Bayu kan bererot kayak tukang kolak di bulan puasa," ejeku setelah itu aku, mama, dan papa tertawa puas.

"Astagfiraullah Bayu sabar," gumam kak Bayu sambil mengelus dada.

"Nah, kalo kamu Aira udah punya pacar?" sekarang papa malah bertanya kepadaku.

Aku hanya bisa diam, disisi lain kak Bayu menertawakanku.

"Mampus azab wkwk," ucap kak Bayu.

"Sudah Bayu jangan di ketawain terus adiknya," pinta mama.

"Iya ma."

"Aira papa nanya lho, kok gak di jawab?"

"Aira gak punya pacar pa, aira mau fokus sekolah."

"Bagus!" ucap mama girang.

Hujan mulai reda, matahari pun mulai menampakan sinarnya. Hawanya dingin aku memutuskan untuk memakai jaket ke sekolah.

"Udah siap dek?"

"Udah kak,"

"Yuk otw."

                           *****

Jam kosong seperti ini rasanya bingung mau ngapa-ngapain. Mau tidur tapi tidak mengantuk, mau ngerjain tugas tapi tidak dikasih tugas. Akhirnya aku memutuskan untuk memikirkan si dia sambil ngehalu.

"Aira, ngapain bengong aja? Biasanya kalo jam kosong gini lo selalu ke perpus terus tidur," tegur Bima.

"Lagi mikirin hutang Indonesia," jawabku singkat.

Bima terkekeh geli mendengar ucapanku. "Lucu lo! Kerajinan banget mikirin begituan, heh! Gue tau lo itu emang siswi terpandai di sekolah ini tapi jangan ngida-ngida dah lo,"

Aku Jelek Aku DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang