Prince's Bride 19

4.2K 458 100
                                    

"H-hentikan Yunho."

Tubuh si manis didorong menjauh, Mingi buru buru menarik nafasnya dan berusaha menetralkan perasaannya, "Kita tidak bisa begini."

Yunho mengerutkan dahinya, "K-kenapa tidak?"

"Jangan melakukannya secara terpaksa, aku sudah bilang aku tidak perlu maafmu. Pakai kembali pakaianmu," Mingi menggerakan jarinya secara perlahan untuk mengancingi kemeja hitam yang Yunho pakai.

Si manis buru buru menggeleng, menjauhkan jari jari panjang milik Mingi dari kemejanya, "A-aku tidak terpaksa. Ini tulus," Ucapnya.

"Kubilang hentikan. Jangan mengada ngada."

Mendengar kalimat itu, Yunho menyentak kuat tangan Mingi. Ia sama sekali tidak merasa terpaksa harus menyerahkan tubuhnya untuk Mingi—atau bisa dibilang ia justru menyukainya. "Aku tidak mengada ngada!"

Tanpa aba aba, Yunho kembali menempelkan bibirnya dengan yang lebih tua—membungkam mulut si pangeran agar kalimat kalimat aneh tak lagi terlontarkan.

Yunho memejamkan matanya, menarik tangan Mingi untuk melingkar di pinggangnya dan menekan bibirnya ke bibir Mingi agar si pangeran mau bergabung dengannya.

Sedangkan iris si pangeran hanya bisa menatap lurus pada mata Yunho yang terpejam erat—tak tahu barus bereaksi macam apa. Otaknya menolak, namun hati dan tubuhnya malah dengan kurang ajarnya menerima perlakuan Yunho.

Yunho merengut dalam kegiatannya, Mingi benar benar tak bereaksi sedikitpun. Hatinya mencelos, sepertinya Mingi benar benar tidak menyukainya—tidak seperti dirinya yang mencintai si pangeran.

Setelah beberapa detik tidak mendapatkan balasan apapun, Yunho melepas pagutannya. Mengelap lapisan bibirnya sendiri dengan kasar. Wajahnya memerah—malu karena aksinya sendiri

"Maaf. Maafkan aku. Aku bodoh sekali," Ucapnya terkekeh miris.

Tangan lentik itu perlahan mengancingi kembali kemejanya yang sudah terbuka, "Aku lupa bahwa kau tidak mencintaiku, sekali lagi maafkan aku."

Kepala si manis tertunduk dalam, ia tak berani menatap pada lelaki lain yang berada di hadapannya, "Maaf menganggu. Kuharap sisa dua minggu lagi kau bisa bertahan denganku. Terima kasih untuk semua perhatianmu."

Setelah selesai mengancingi seluruh kemejanya, Yunho mengambil jubah biru miliknya. Ia menatap lurus pada Mingi dengan mata yang berkaca kaca dan bibir yang berusaha tersenyum—agar tampak baik baik saja.

"Aku hanya ingin memberitahumu bahwa aku mencintaimu."

Mata si pangeran membulat, apa? Yunho mencintainya? Ia tidak sedang bermimpi kan? Matanya mengerjap kaget namun tubuhnya tak bergerak—masih diam.

"Kalau begitu, sampai jumpa. Jangan lupa untuk sarapan besok pagi," Ucap Yunho dengan senyum di bibirnya yang terkesan terpaksa. Ia menunduk dalam, lalu berjalan mundur.

Kaki ramping itu berjalan menjauh, meninggalkan sang putera mahkota yang masih geming di tempatnya. Penglihatannya perlahan menjadi buram saat rasa nyeri di dadanya menyebar secara tiba tiba.

Ya, ini kenyataannya. Mingi seorang pangeran dan ia hanyalah anak seorang pelayan yang tak sengaja terpilih menjadi satu satunya calon pengantin untuk putera mahkota negerinya, tidak lebih.

Yunho menggeleng, berusaha menahan dirinya sendiri untuk tidak menangis di hadapan Mingi—ia sudah berjanji untuk melupakan perasaannya pada si pangeran.

Secara perlahan, tangannya meraih kenop pintu, lalu membuka pintu berbahan kayu tersebut. Kakinya baru saja akan melangkah keluar ketika tubuhnya tertarik ke belakang bersamaan dengan pintu yang dibanting hingga tertutup.

Prince's Bride | Mingi X YunhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang