thirteen

119 13 2
                                    

"iya tunggu sebentar!" serumu sambil berjalan kedepan untuk membukakan pintu dengan langkah yang lemas karena kamu baru saja bangun.

Wajah kusut kamu langsung menghilang seketika melihat Brett yang berpenampilan rapih dengan jumper putih bertuliskan musician dan menggenggam paperbag di tangan kanannya.

penyegaran mata dipagi hari. Batinmu.

"oh hai Brett." sapamu malu-malu karena ketauan sudah jam segini baru bangun.

"aku ganggu tidurmu ya? Maaf ya." malah Brett yang merasa bersalah, menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Lalu menyerahkan paperbag yang sedari tadi ia genggam.

Kamu menerimanya dan langsung melihat isinya. "oalah kaos aku."

Brett terkekeh. "maaf ya soal kaosmu, apa perlu aku belikan kamu kaos yang baru?"

kamu kaget. "eeh tidak usah kok Brett."

Baik kamu atau Brett bergeming, aura canggung menyelimuti kalian.

"kalau gitu aku akan menaruh kaosku dulu ya." ucapmu hendak menutup pintu namun dicegah oleh Brett.

"aku ingin bertanya sesuatu." nadanya sedikit serius.

Perlahan rasa takut mulai timbul dari dalam dirimu. Tapi kamu mencoba untuk tidak terlihat takut di depan Brett. "apa itu?"

"kenapa dulu kamu sempat menjauhi aku?"

Sebenarnya kamu sudah menduga Brett akan menanyakan hal ini, tapi kamu tidak menyangka akan sepagi ini dan seserius ini.

Kamu terdiam sejenak, sibuk merangkai kalimat untuk menjawab pertanyaan Brett.

"kumohon, jawab aku." pintanya.

kamu mengeluarkan suara puh. "begini, ingat saat kamu memaksa aku untuk memberitahumu siapa orang yang aku suka di orchestra?"

Brett mengangguk.

"itu adalah kamu, Brett. Aku menyukaimu."

Mendengar jawabanmu, Brett terdiam.

"dulu aku kira kamu juga mempunyai rasa yang sama denganku, tapi ketika aku mengetahui bahwa kamu memiliki pacar, aku sungguh sedih dan patah hati saat itu."

"aku awalnya tidak mau menjauhi kamu Brett. Tapi kamu selalu ada di dalam pikiranku sehingga aku tidak bisa move on darimu."

Satu-satu kenangan indah kamu dengan Brett dimasa lalu mulai muncul di pikiranmu.

"jadi aku memilih untuk menjauhimu untuk sementara waktu agar bisa mengikhlaskan kamu."

Kemudian rasa menyesal menyambar dirimu. "aku tau tindakanku salah waktu itu, aku seharusnya tetap berada disampingmu sebagai sahabat. Namun aku lebih mengikuti rasa sakit hati aku."

Secara tidak sadar air matamu mulai mengalir dan membasahi pipimu. "aku minta maaf." ucapmu lirih.

Brett mendekatimu, lalu menarikmu kedalam pelukannya dengan tangannya mengelus punggungmu lembut. "tidak apa-apa, teruslah menangis sampai lega." bisiknya di telingamu.

Mendengar ucapan Brett, tangismu makin menjadi-jadi hingga pakaian Brett ikut basah karena air matamu.

again? || brett yangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang