Burung bernyanyi, Bulan berganti tugas dengan sang matahari, Dingin masih memeluk bumi.
Tetapi berbeda dengan pemuda yang sudah duduk rapih tak lupa seragam sekolah berwarna abu-abu dengan almamater berwarna biru dongker dengan dasi terpasang apik. Dari dapur seorang wanita muda sedang berkutat dengan peralatan masak yang sedang dicuci bersih.
Berbeda tempat berbeda kegiatan.
Kara berjalan keluar kamar dengan menenteng almamater yang tak dipakainya, tak lupa tas yang tersampir di sebelah bahunya.
Ia meletakkan semua peralatannya yang akan dibawa dan menaruhnya disofa.Ponselnya berdering keras, padahal masih pagi. Dengan berakhir dirinya di kursi meja makan bersama sang ayah, ibu tak lupa pemuda tampan lainnya. Kara hanya menatap piringnya yang masih bersih.
"Lo gak makan gue udah masak lho," ujar sherena yang duduk di samping suaminya yang memakai pakaian santai. Gilang melirik aneh pemuda disampingnya. Padahal nasi goreng spesial buatan sherena sangat enak.
"Kenapa Lo?" Tanya Galen.
Kara hanya menatap datar piringnya. Lalu mendongak menatap wajah ayahnya yang duduk berhadapan.
"I want a milk," setelah berujar seperti itu Galen beranjak dari duduknya menuangkan susu kotak kedalam gelas bening. Kara menatap sebentar gelas yang berada di atas meja. Lalu meneguk dalam sekali tegukan.
•°•°•
Ramai.Kata yang pas untuk sekolah barunya. Masalahnya ia tidak suka keramaian.
Gilang sudah turun lebih dulu dan sekarang tersisa dirinya bersama orangtua yang menatapnya dengan penuh senyuman seperti memberi semangat."Lo gak turun?" tanya Sherena bingung menatap putra bungsunya yang hanya menatap luar dari jendela mobil, yang bersih dari debu.
"Rame," ujar kara malas, menjawab pertanyaan sang mama. Sekali lagi Menatap keluar lalu mendengus sebal.
"Namanya juga sekolah kalo gak mau rame homeschooling aja," usul Galen, Kara menganggukkan kepalanya lalu berujar.
"Iya kenapa gak homeschooling aja?" ujar kara lalu menatap penuh kearah kedua orang tuanya.
"Gak ada homeschooling, cari temen sana," kata Sherena sambil mengernyitkan dahinya, ayah-anak sama saja. Sama sama suka bikin sakit kepala.
"Turun," perintahnya.
Kara membanting pintu mobil kelewat kencang, kesal sekali dirinya. Berjalan pelan memasuki gedung sekolah. Semua orang menatap dirinya bingung. Tetapi berbeda dengan perempuan yang sudah banyak yang memekik kencang melihat murid baru yang sangat tampan tersebut.
Kara gak suka ramai karena ini. Berisik. Lihat sekarang banyak yang berbisik-bisik saat ia masuk ke dalam kelas. Sampai Guru mengintruksikan untuk berkenalan. "Kara pindahan dari Korsel" ujarnya matanya menatap tajam seisi kelas.
Para murid menatapnya tertarik Sedangkan kara melirik jam tangannya lalu memotong pembicaraan gurunya. "Saya duduk dimana?" Tanya kara datar.
Ia mulai membuka buku pelajaran mendengarkan guru yang mengajar di depan. Istirahat yang cukup buruk. Lihat dirinya seorang diri seperti pemuda kutu buku yang tak memiliki teman sampai beberapa menit segerombolan laki-laki yang terlihat urakkan duduk bersama dengannya.
"Lo anak baru ya?" Kata pemuda yang selalu menyiratkan waspada. Kara hanya mengangguk sekilas lalu atensinya tertuju terhadap ponsel kesayangannya itu.
"Pindahan dari mana?" Tanya pemuda yang lain.
Kara mengangkat kepalanya sejenak lalu berucap. "Korsel"
"Nama Lo siapa?" Tanya laki-laki lain membuat kepala panas mendengar pertanyaan yang kurang berfaedah, padahal ia bisa membaca pin nama yang terpajang diatas saku kirinya.
Kara mengangkat satu alisnya. "Kara"
"Kenalin gue Reza, itu yang didepan Lo Megan yang disamping gue Jack yang duduk diujung pak bos kita Eros namanya" ucap Reza laki-laki yang terlihat lumayan asik.
Kara mengangguk sekali lagi lalu mulai fokus terhadap ponselnya. "Lo punya pacar ya?" Tanya Jack. Membuat kara tersedak air liurnya sendiri. Yang lain hanya terkekeh geli melihat muka kara yang merah padam karena terbatuk-batuk. Kara meminum minuman didepannya lalu menatap Jack santai. "Iya sama mba ariana," jawab asal kara.
"Sangkain dari tadi bentar-bentar lihat ponsel, kayakk nungguin ngebucin sama pacar," santai Megan lalu terkekeh atas pikirannya
"Sayangnya Lo salah,"Bel berbunyi nyaring membuat kantin benar-benar sepi tinggal mereka. "Lo mau ikut?" Tanya Eros. Kara hanya mengerjap matanya lucu.
"Bolos?" Tanya kara, dibalas anggukan semangat mereka. Kara tersenyum dingin lalu mereka pergi menuju tembok belakang yang tampak tinggi.
•••
TBC
(TETEP VOTE DAN KOMEN)
KAMU SEDANG MEMBACA
ASING!✓
Teen FictionRumah yang begitu ASING? ••• SINOPSIS. Rumah sendiri memiliki banyak arti, entah sebagai tempat berteduh saat cuaca memburuk atau sebagai tempat pulang. Rumah sendiri memiliki banyak manfaat yang akan membuat suasana membaik ataupun sebaliknya. Kala...