Hujan deras menerjang Ibu kota. Kuchel masih menunggu di ruang tunggu untuk mencari kesempatan pulang. Levi pasti merindukannya. Levi tak akan bisa tidur jika tidak dipeluk oleh dirinya.
Tok tok tok!
Ketukan pada pintu membuat Kuchel berhenti melamunkan anak semata wayangnya.
"Dr. Kuchel? Apa anda didalam?" Tanya seorang suster dari luar pintu.
Kuchel sangat kenal dengan suara ini. "Ya. Masuk saja, Historia."
Pintu terbuka menampilkan seorang gadis berambut kuning sebahu serta mata biru yang cerah. Namun wajahnya menyiratkan kegopoh-an serta meminta tolong.
"Dr. Kuchel, ada pasien yang membutuhkan pertolongan segera. Para dokter shift malam sedang melakukan operasi, tinggal anda dan Dr. Eren saja disini. Sebetulnya Dr. Erenlah yang menangani ini, namun Dr. Eren tadi juga kelihatan terluka parah. Mohon bantuannya... " pinta Historia.
Kuchel tersentak. Ia langsung berdiri dari duduknya dan mengambil jubah dokter di sampingnya.
"Ayo berangkat. Pastikan semua peralatan siap." Perintah Kuchel yang diangguki Historia. Mereka berdua langsung pergi ke UGD tempat dimana pasien yang dimaksud berada.
° D R E A M °
<~~~~~>
Es Batu present
■■■
Eren x Levi
■■■
「進撃の巨人」© Hajime Isayama
■■■
Enjoy^^
◇•◇•◇•◇•◇•◇"Ini pasiennya, Dr. Kuchel!" Salah seorang suster menuntun Kuchel ke salah satu ranjang.
Betapa terkejutnya ia dihadapkan dengan anak satu-satunya yang terbaring dengan luka dimana-mana.
"Levi!" Pekik Kuchel. Para suster saling bertukar pandang.
"Dokter? Ada apa?" Tanya suster laki-laki berkepala plontos.
"Dia anakku! Dia Levi! Cepat bersihkan dulu kotorannya! Kita akan segera mengobatinya!" Perintah Kuchel pada lima suster disana.
"Dokter! Luka di kakinya cukup parah!" Lapor suster Historia.
"Cepat tangani! Jangan sampai harus diamputasi!"
.
.
.
.
.
Eren mondar-mandir didepan kamar UGD. Ia tidak diperkenankan masuk oleh Connie, si suster laki-laki yang botak.Semua luka ditubuhnya tak seberapa. Ia tadi sempat melihat Levi yang melawan. Lebih parah luka milik Levi. Bagaimana tidak? Kepalanya dipukul dengan kayu sampai berbunyi sedikit nyaring, kakinya ditusuk yang ia yakini pisau.
'Ughh, semoga saja belum terlambat'. Batin Eren takut.
"Kenapa jadi seperti ini?" Gumam Eren.
"Ini salahku... seharusnya aku memaksanya ikut denganku... Eren bodoh! Baka! Apa yang dikatakan orang tua Levi nanti? Pasti aku tak akan mendapat restu. Bagaimana rencana aku melamarnya nanti? Aarghh! Eren no baka!" Racau Eren sambil mengusak kasar rambutnya sendiri.
Pintu terbuka menampilkan sosok Historia.
"Eren?" Ucapnya menepuk pelan pundak Eren."Ah! Historia. Apakah aku boleh masuk sekarang?" tanya Eren.
"Oh, tentu saja. Masuklah. Tapi pasien akan dipindahkan ke kamar inap." Historia mempersilahkan Eren dan memilih pamit untuk membantu dokter lainnya.
Eren membawa langkah kakinya kedalam. "Ibu Kuchel?!" Eren tersentak melihat Kuchel.
"Eren? Ada apa?" tanya Kuchel. Eren menghampiri Kuchel yang tengah berberes peralatan.
"Apa yang ibu lakukan disini? Ibu tidak pulang? Bagaimana dengan anak ibu nanti?" Pertanyaan beruntun Eren ajukan pada Kuchel. Kuchel terkekeh dan mengacak surai Eren.

KAMU SEDANG MEMBACA
D R E A M
Fanfiction[On-Going] EreRi Mereka berdua terikat dengan benang merah lewat sebuah MIMPI 《□•□•□•□•□》 MIMPI seringkali disebut Bunga tidur. Tapi tidak bagi Eren. Mimpinya yang berisi teka-teki selalu berhubungan dengan apa yang akan terjadi diwaktu mendatang. S...