ALEXANDER POV
Saya menghempaskan badan saya ke atas sofa. Badan saya tidak bermaya mahu bergerak. Dua hari sudah saya demam dan terperap di rumah sebab saya tidak bermaya mahu bergerak.
"You should call your girl to take care of you. She is a doctor." Bilang Dylan sambil bawa segelas air kosong untuk saya.
"I don't want to worry her." Jawap saya lalu bangun untuk makan ubat. Disebabkan demam saya tidak kebah Dylan paksa saya ke klinik dan mahu tidak mahu terpaksa juga saya pergi klinik.
"When the last time you call your girl?" Tanya Dylan.
"Two days ago." Jawap saya.
"Are you crazy? She must be thinking you cheat on her. You better be prepared for the risk." Bilang Dylan dengan nada yang serious.
"I will call her and explain everything when I get better." Jawap saya walaupun dalam hati saya takut kalau sangkaan Dylan betul.
Tiba-tiba bunyi lonceng rumah saya ditekan menandakan ada orang datang.
"Did you expect any guest?" Tanya Dylan kepada saya.
"No."
"Then who is coming?" Tanpa melengahkan masa Dylan pergi tengok siapa yang datang. Beberapa minit keadaan sunyi sepi membuatkan saya rasa pelik. Siapa yang datang?
"Dylan, who is coming?" Tanya saya dengan mata yang terpejam.
"You're sick and you didn't bother to tell me? Who am I to you Alexander?" Suara yang cukup saya kenal itu membuatkan saya membuka mata saya.
"Doll."
"Sorry dude, since your personal doctor already here I will get going now. Take care of him Libby." Bilang Dylan lalu keluar meninggalkan penthouse saya. Kini hanya saya dan Libby sahaja dalam rumah ni.
"Doll, I can explain." Saya mula menerangkan perkara yang sebenar.
"Did you already eat?" Tanya Libby dengan nada yang dingin. Dari nada suara Libby saya tahu dia marahkan saya.
"No." Jawap saya.
"I will make you chicken soup after that you eat your medicine." Bilang Libby tanpa memandang saya langsung. Lantas Libby ke dapur untuk masakkan saya chicken soup.
"Doll, I know you mad at me." Bilang saya dengan nada yang lemah. Saya bangun ikut Libby pergi dapur.
"Am I not important to you?" Tanya Libby tiba-tiba yang membuatkan saya terkejut dengan pertanyaannya.
"Of course not love. You're an important person in my life. Please don't say like that Doll." Bilang saya dengan nada separuh merayu.
"If I'm important to you why you won't tell me you're sick." Bilang Libby yang sudah tengok saya dengan wajah yang sayu, terus saya pergi peluk Libby.
"Because I don't want to make you worry." Bilang saya lalu memeluk Libby.
"You not calling me in two days make me more worry than finding you are sick." Balas Libby dengan nada yang tegas dan dari nada itu saya tahu Libby berkecil hati dengan saya atas tindakan saya dengan tidak memberitahu Libby yang saya demam.
"I'm so sorry Doll." Saya merangkul erat pinggang Libby agar dia tidak berkecil hati lagi dengan saya.
"Promise me next time when you sick you must tell me." Bilang Libby dengan nada yang tegas.
"Promise." Saya buat pinky swear dengan Libby baru ada senyuman yang terukir di bibir Libby.
Sepanjang hari itu saya menghabiskan masa saya dengan berehat bersama Libby. Saya berasa sangat bertuah sebab mempunyai teman wanita seperti Libby yang mahu menjaga saya sewaktu saya sakit. Ketika ini Libby sedang masak makan malam untuk kami berdua. Demam saya pun sudah kebah dan badan saya pun tidak lagi terasa lemah seperti tadi.
"Why didn't you go back to your mother house?" Tanya Libby dari dapur. Ketika ini saya sedang menikmati coffee yang dibuat oleh Libby.
"My mother not at New York right now." Jawap saya.
"Oh, where did she go?" Tanya Libby lagi tapi tangan dia lincah memotong daun bawang untuk dimasukkan dalam masakkannya.
"He going back home to visit her family." Bilang saya.
"Why didn't you go with her? They also your family right." Pertanyaan Libby buatkan saya sedikit terkejut. Kalau mereka dapat menerima saya sebagai salah seorang ahli keluarga mereka saya tentu akan berasa sangat gembira tapi perkataan keluarga itu tidak mungkin akan keluar dari mulut keluarga mommy Alena sebab sampai bila-bila saya hanyalah orang luar yang tidak tahu asal usul dari mana.
"They didn't like me." Jawap saya dengan nada yang perlahan tapi masih dapat didengar oleh Libby. "I am not my mother biological son." Bilang saya.
"What do you mean?" Tanya Libby dengan nada terkejut.
"My mother found me at the dumpster when I was still a baby. Her family asks her to send me to an orphanage but she wants to take care of me even she has to against her family. When she can't take anymore how her family treats me she decide to move to New York and raised me until now." Cerita saya kepada Libby tentang diri saya yang dibuang oleh keluarga kandung saya sendiri. "She even didn't want to get marry because she wants to take care of me." Bilang saya lagi. Libby tersenyum.
"Alena is such a great mother." Puji Libby.
"She is and I'm so grateful that she the one found me at that dumpster." Bilang saya dengan senyuman kecil. Walaupun Alena bukan wanita yang melahirkan saya tapi bagi saya sampai mati pun Alena ialah ibu saya yang telah memberikan cukup kasih sayang kepada saya.
"You never try to find your birth family?" Tanya Libby dengan nada yang teragak-agak. Saya hanya tersenyum tawar.
"Maybe it's the best if I never know my birth parents. Maybe I'm only their mistake." Jawap saya dengan nada yang tenang. Tangan Libby pegang tangan saya lalu mengucup lembut tangan saya.
"No matter who are you, I will always by your side." Bilang Libby.
"Thank you doll. I'm glad you are with me." Tidak ingat sudah yang saya masih demam saya mengucup lembut bibir Libby.
Tiba-tiba telefon Libby berdering. Libby mengambil telefonnya dari dalam handbag lalu jawap panggilan telefon orang yang menghubungi Libby.
"Hello... Oh, Mrs Windscott... When... Sure... I will come to Mrs Windscott... Thank you for inviting me. I will see you tomorrow night Mrs Windscottt. Bye." Libby meletak telefonnya ke dalam handbag nya semula setelah selesai bercakap dengan orang yang menghubungi Libby.
"Who's calling you?" Tanya saya sambil menghirup jus orange yang Libby sediakan untuk saya.
"One of my patients. Mrs Windscott invites me to her youngest son's birthday party tomorrow night and she asks me to bring a date." Bilang Libby sambil menghidangkan dinner kami berdua.
"I can come with you."
"But you still sick. It's okay I can go alone." Jawap Libby yang sudah mengambil tempat duduknya di sebelah saya.
"I feel better now. I can go with you to that party." Bilang saya.
"You sure?" Libby meminta kepastian dari saya.
"Very sure. I will pick you up tomorrow at your home." Bilang saya.
"Thank you babe." Libby mengucup pipi saya.
Saya bantu Libby mengemas dapur bekas dia masuk tadi kemudian saya dan Libby menonton Netflix sehingga tiba masa Libby untuk balik.
"See you tomorrow doll. Dream of me." Saya mengucup lembut bibir Libby yang sudah jadi seperti drug bagi saya.
"Don't forget to take your medicine babe. Bye." Selepas mengucapkan selamat malam Libby hilang di sebalik lift. Tanpa membuang masa saya pun masuk bilik untuk berehat.To Be Continued...
Stay Tuned...
YOU ARE READING
BS #2 : BILLIONAIRE HEART
RomanceVERY SLOW UPDATE SECOND STORY OF BILLIONAIRE SERIES