5. Peduli atau Benci?

41 8 24
                                    

Inspirasi chapter : Kesepian-Dygta

happy reading my love :).

===============================================

"Bentar deh," Aday berhenti, melepaskan rangkulan adiknya. Dia berbalik dan berjalan menuju tempatnya semula.

Matanya menemukan satu buku catatan kecil yang tergeletak tak jauh dari tempatnya bertemu dengan Yana. Dia berjongkok, mengambil buku yang sangat pas dibawanya di tangan. Dia berdiri, menatap manis pada buku biru muda itu, dengan nama pemiliknya yang berada di pojok kanan bawah.

=====================================

JUST A LITTLE DREAM, YANA :)

KENANGAN MANIS TENTANGKU DAN DIARY.

=====================================

'Ya ampun, manis sekali.' Sudut bibirnya terangkat.

"Ada apa kak??" Aday hanya diam tak merspon, Uday semakin penasaran, dia pun menatap satu buku kecil di tangan kakaknya."Ada yang jatuh ya??"

"Iya.. Ada yang ketinggalan." Aday memasukan buku itu dengan hati hati ke tasnya.

"Idihh!! Kayak emas aja!! Hati hati banget." Uday mencibir.

"Ck, kenapa?? Iri sama buku, kamu??" Aday tersenyum meremehkan. Geli melihat raut adiknya.

"Gak lah!! Siapa juga yang iri sama benda mati kayak gitu."

Mereka kembali berjalan menuju wahana rumah hantu. Berjalan beriringan, suasana yang semakin larut bukan membuat pasar malam surut namun semakin ramai.

Hawa malam yang semakin dingin, membuat keduanya beberapa kali menggosok gosok telapak tangan. Akhirnya mereka dan temannya pun memasuki tumah hantu tersebut.

Yodi yang umurnya paling tua berjalan lebih dahulu. Dia merasa, bahwa dia berhak menjadi pemandu bagi temannya yang lain. Mereka setuju, tidak mau untuk membantah, mereka tau kalau Yodi dibantah maka bukannya memasuki rumah hantu tetapi menuju parkiran, akan terlalu lama.

Mereka masuk di ruang pertama, suasana hening nan semilir angin dingin tak elak membuat buluk kuduk mereka meremang. Yayan ketakutan, berjalan disamping Andi dengan wajah pucat pasi.

Tiba tiba, suara nyaring dan tertawa membuat Yayan terkaget. Dia berteriak, langsung memeluk erat Andi. Menyembunyikan wajahnya di dada temannya itu.

"Eh-eh!! Jangan peluk-peluk dong Yan!! Gue jijik tau." Andi marah, langsung melepaskan pelukan Yayan dengan kasar.

"JANGAN!! GUE TAKUTT.... TAKUT..." Yayan histeris.

"Aduhh!! Loe bukan bayi lagi pe'a," Yodi berujar.

"Tapi gue tetep takut sama hantu Yod!!!"

"Mau kuberi tau gak Yan?? Biar gak takut lagi." Uday tersenyum jahil.

"A apa??"

"Tampang elo tuh bisa jadi tameng!! Nanti, kalo ada mbak kunti, mbak sundel, dan mbak mbak lainnya. Pepet aja, nanti mbak mbak itu kaburr liat elo."

"Kok bisa??" Yayan mundur, berjalan sejajar dengan Uday.

"Soalnya wajah elu tuh lebih nyeremin n lebih ancur dari mereka. Makanya, anehlah kalo elu takut, yang bener mereka yang takut elo."

SRAAAA.... KHIKHIKHIKHI...

1

2

3...

Secangkir Kopi :)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang