6. Gadis manis dan insidennya

40 8 20
                                    

Inspirasi chapter : NONA-Rizky Febian

~SELAMAT HUT RI KE 75~

=========================================

Aku berjalan menjauh, dengan senyum rekah yang tak henti membuat jantungku ikut bersenandung. Aku tak tau, rasanya berbunga bunga saat tau, kalau benda kecil yang kini kupengang adalah milik gadis berkaca mata itu.

Apakah aku akan bertemu dengannya lagi?? Dan... Kurasa aku akan bertemu lagi. Aku percaya.

Aku berbelok ke kiri, menghindari jalan utama yang biasa dijajah oleh para pengunjung yang lain, lalu aku berbelok ke kanan. tepat di samping stan penjual es krim kesukaanku.

"Beli rasa apa mas?? Murah murah... Satu esnya 3500an kok, terjangkau kan?? iya gak? iya gak?"

Aku menahan tawaku di tenggorokan, penjual itu langsung dengan sigap di depanku kala aku baru saja datang, berdiri tegak dan menaik naikan alisnya. Okey cukup, aku tidak bisa menahan dan terkekeh.

"Saya beli rasa vanilla coklatnya 7 ya bang." Ujarku sambil menyerahkan uang satu lembar lima puluh ribuan.

Penjual itu menjulurkan telunjuknya dengan gesit menutup mulutku,"tssuuutt... tssuutt... NO!" Telunjuknya menempel pada dua bilah bibirku yang tertutup tiba tiba.

aku mengernyit,"Anu--"

"tsuutt.. tsuutt.. no no no! Jangan panggil BANG donggg genteng," Dia melotot dengan manjanya. Aku meneguk liur hambarku dengan sulit.

"Terus saya panggil apa dong... Bang??"

"ADUDUDUHH, anak anak jaman sekarang yahh..." Dia menghempaskan tangannya bak seperti menyikap rambut ke belakang," PANGGIL SAYA M-A-MA-M-A-MA-SS... MAMAS." Dia berujar dengan elegannya, dan menekan kata MAMAS dengan penuh gairah.

AMPUN DEH AMPUN, NYEBUT NYEBUT.. MAMAK BAPAK AKEK ANEK... SAYA GAK MAU DISOSOR KOLONG IJO, BAHKAN YANG TAMPILANNYA 10 TAHUN GAK DICUCI KEK GINI.

"HAHAAHAHAHA.. " Penjual itu menjauh, dengan tawanya yang lebar, bahkan semburan uap hijau pun tak luput.

"Eykye cyumah canda kok dek, SANTAI AJA." Aku menghirup udara banyak banyak demi mengisi rongga dadaku, lalu mengusap ngusapnya dengan prihatin.

Aku menoleh ke kiri, melihat seorang lelaki berpenampilan anak punk tertawa terbahak-bahak."HAHAHAHA..."

Dia menepuk punggungku agak keras, bahkan membuat tubuhku terdorong dan condong ke depan. Aku merasa kebingungan, aku menatapnya yang berjalan di samping penjual es krim dan merangkul leher penjual itu dengan akrap. Alisku naik sebelah.

"Sip Dead!! prank kau hari ni mantull benar!!" Dia terbahak, hingga menyentuh perutnya sendiri yang seperti tergelitik.

"Oe DAD bukan DEAD gembel!" Penjual itu menjitak kepala si Punk. Lalu melanjutkan kerjanya.

"Maaf ya dik, tadi kau kena prank dari ayah saya." Si punk itu menjabat tanganku dengan sopan guna meminta maaf. Aku pun tersenyum kikuk, mengambang atas apa yang terjadi beberapa waktu lalu.

aku tersenyum lalu menggaruk tengkukku yang sebenarnya tidak gatal. Malu, aku benar benar malu.

Jarak sekian detik, alisku menyatu. Bibirku terbungkam, telingaku mendengarkan panggilan seseorang yang familiar, aku menutup mataku dalam dalam lalu memfokuskan indra pendengarku menjadi mode siaga.

"..... Yana.... Yana...." Aku mendongak, semakin memejam dalam dalam mataku, suara panggilan itu masuk ke indraku, lalu aku menoleh ke sumber suara. Kelopak mataku perlahan bangkit.

Secangkir Kopi :)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang