7🥀

55 23 6
                                    

Sebelum pulang sekolah Kiana menyempatkan diri untuk membeli camilan dahulu, karena jika sudah sampai rumah nanti ia tidak yakin di perbolehkan keluar oleh neneknya.

Kia menyusuri rak-rak panjang, memilih beberapa camilan kesukaannya lalu meletakkannya di dalam keranjang belanja yang di pegangnya. Ia bisa belanja seperti ini karena tadi Kenzo mengirimkan uang kepadannya, tentu saja tanpa sepengetahuan neneknya.

Saat akan memilih peralatan mandi Kiana menuju rak di sampingnya. Matanya memicing saat melihat Arkan yang sedang terduduk di lantai bersama Viona, Kia tidak terlalu tahu siapa Viona. Setahunya Viona satu angkatan dengannya.

Entahlah seperti ada yang mencubit hatinya kali ini, karena melihat Arkan dan Viona yang tampak sangat serasi. Ia tidak munafik Viona itu sangat cantik, seingatnya Leo juga sering memuji kecantikan Viona.

Dengan segera Kiana meninggalkan mereka berdua, segera menuju kasir dan membayar belanjaan miliknya.

🥀🥀🥀

"Kak Arkan?"
Arkan mengangkat wajahnya, menatap bingung ke arah gadis di hadapannya. Ia merasa tidak mengenal cewek di hadapannya.

Arkan menepis tangan yang bertengger di pundaknya. "Lo siapa?"

Viona tampak salah tingkah saat dengan terang-terangan Arkan menepis tangannya.

"Ah maaf, aku Viona kak." Viona mengulurkan tangannya untuk mengajak Arkan berkenalan tak lupa dengan senyuman paling cantiknya.
Tapi pandangan Arkan mengarah ke arah lain, Arkan melihat Kiana yang baru saja berbalik pergi.

Arkan buru-buru berdiri, mengabaikan Viona yang masih mengulurkan tangannya mengajak berkenalan. Viona menatap tangannya tak percaya, baru kali ini ada cowok yang menolak untuk berkenalan dengannya.

Arkan segera mengejar Kiana yang baru saja keluar dari minimarket. Arkan berjalan di samping Kiana, menatap wajah gadis itu dari samping. Arkan menahan tawanya saat melihat sikap gadis itu yang pura-pura tidak menyadari kehadirannya.

Gadis itu selalu bisa membuat mood Arkan berubah menjadi baik. Itulah mengapa ia nekat ingin menjadi pacar Kiana.

"Lo cemburu?"

Kiana membulatkan matanya saat mendengar pertanyaan Arkan.

"Anda siapa?" balas Kiana, sebenarnya Kiana tak bisa memungkiri bahwa ia sebenarnya cemburu, tapi secepat itukah ia suka kepada Arkan.

"Gue cowok lo, kalo lo lupa."
Kiana memutar bola matanya malas, memilih melanjutkan perjalanannya.

"Gue anterin." Arkan menahan tangan Kiana saat gadis itu terus berjalan.

"Tadi aku udah pesen ojol. Kasihan abangnya kalo aku cancel." jelas Kiana, lagipula sekarang ia sedang malas dekat-dekat dengan Arkan, mengingat kejadian yang di lihatnya tadi.

Untung saja tak menunggu lama ojek online yang di pesannya sudah datang. "Duluan ya kak." pamitnya sebelum pergi, bagaimanapun ia harus bersikap sopan mengingat jika Arkan adalah kakak kelas sekaligus ketua Osis di sekolahnya.

Saat hendak naik ke atas motor lagi-lagi Arkan menahan tangannya

"Ini pak saya bayar lebih, pacar saya nggak jadi naik." Arkan menjelaskan kepada ojol di hadapannya, Arkan memberikan selembar uang ratusan ribu kepada bapak ojol tadi.

Dengan senang hati ojol itu menerimanya lalu pamit pergi. Sebelum pergi tukang ojek itu mendoakan agar hubungan Kiana dan Arkan langgeng.

"Kak Arkan apa-apaan sih." Kiana berucap sebal, ia menghempaskan tangan Arkan begitu saja.

Kiana ArsyanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang