3🥀

97 51 4
                                    

Malam ini Kia dan Mika jadi menginap di rumah Ana. Walaupun Neneknya sempat berkata pedas kepadanya tapi Neneknya masih mau mengizinkannya menginap di rumah Ana.

Kali ini Kia sedang berjalan kaki sendirian. Tadi Kia ingin sekali makan samyang sehingga mau tak mau dia harus pergi ke minimarket yang tak jauh dari komplek rumah Mika.

Langkah kaki Kia berhenti saat melihat di samping mobil hitam yang tak jauh dari tempat Kia berhenti sekarang. Di sana ada seorang laki-laki berjas rapi seusia Om-nya tengah memukuli seseorang.

"MAU NGELAWAN PAPA LAGI KAMU?"
Kia lebih memilih bersembunyi di balik tiang listrik di dekatnya.

"SEBERAPAPUN USAHA AKU PAPA NGGAK PERNAH PUAS."

akhirnya seseorang yang dipukul tadi mengeluarkan suaranya, kedua pria berbeda usia itu saling berteriak meluapkan amarahnya masing-masing. Tapi yang berhasil di tangkap Kia mereka berdua itu adalah ayah dan anak.

BUGH. Satu pukulan lagi sebelum pria yang lebih tua tadi meninggalkan anaknya yang terbaring lemah di atas aspal. Setelah memastikan ayah orang itu sudah pergi baru Kia berani mendekati orang yang mungkin sekarat itu.

Kia membekap mulutnya tak percaya saat melihat siapa gerangan orang yang terbaring di hadapannya.

"Kak Arkan." Dia langsung panik, bagaimana mungkin orang yang habis di pukuli ayahnya tadi adalah Arkan.
Kia memukul pelan pipi Arkan agar kesadarannya kembali.

"To-long to-long." Jika tadi pagi Arkan malah menyuruhnya pergi. Kali ini Arkan meminta tolong kepadanya, dengan panik Kia memindahkan kepala Arkan ke pangkuannya agar lebih nyaman. Kemudian Kia mengeledah saku Arkan untuk mencari ponsel cowok itu.

"Ketemu."

Kia langsung membuka ponsel Arkan yang sama sekali tidak di kunci. Dia langsung melihat siapa yang terakhir kali di hubungi cowok itu. Kia langsung menelfon nomor Raka yang setahunya sering terlihat bersama Arkan.

Untung saja di detik ketiga teman Arkan mengangkat telfonnya.

"Kenapa Ar, tumben banget lo telfon gue dulu." Ucap seseorang di sebrang sana.

"Maaf kak, kak Raka bisa nggak ke sini. Soalnya kak Arkan pingsan habis di pukulin orang." Tak mau berbasa-basi Kia langsung menjelaskan keadaaan Arkan. Agar temannya itu segera datang membantunya.

Tak membutuhkan waktu yang lama Raka sudah datang dengan membawa mobilnya. Terlihat sekali kalo Raka sangat panik saat mendengar jika Arkan terluka.

"Bantuin pindahin ke mobil ya dek."
Kia mengangguk. mereka berdua memapah tubuh Arkan yang sudah terkulai lemas, menidurkannya di jok belakang mobil Raka.

"Gue mau bawa Arkan ke rumah sakit. Lo nggak papa kan kalo pulang sendiri."

"Nggak papa kok kak, yang penting kak Arkan cepet di bawa ke rumah sakit aja."

"Lo hati-hati di jalan."
Raka mengacak rambut Kia pelan sebelum masuk ke dalam mobil. Selanjutnya Raka masuk ke dalam mobil dan membawa Arkan ke rumah sakit. Kia masih termenung sebentar kala mengingat kejadian dimana Arkan di pukuli oleh ayahnya sendiri. Sangat di sayangkan, apa sebenarnya kesalahan Arkan sehingga ayahnya bisa memukulnya seperti itu.

"KIA."
kantung plastik yang di pegangnya nyaris jatuh saat mendengar suara cempreng milik Mika yang saat ini sedang berjalan kesal ke arahnya.

"Mika ish ngagetin aja ah." Jelas saja Kia kesal, penyakit kagetannya lama-lama bisa membuatnya mati mendadak.

"Sini lo, gue jewer ya." 

Kia mengaduh kesakitan, Mika benar-benar menjewer telinganya.

"Anak kecil malem-malem kelayapan, kalo lo di culik terus di jual gimana." Mika tak henti-hentinya mengomel sambil menarik tangan Kia, katanya agar tidak hilang.

Kiana ArsyanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang